Share

NAMAKU?

Author: Yuta W
last update Huling Na-update: 2021-08-12 12:37:24

   Deva kembali pergi untuk mencari gadis itu, ia masih berharap besar hari ini bisa bertemu kembali dengan gadis misterius yang ia temui. "Aku harap kau datang hari ini, aku harap aku bisa menemuimu lagi," ujar Deva. Ia kembali menyusuri sepanjang jalan sambil meyakinkan diri jika gadis itu akan datang.

  "Mungkin saja dia akan kembali ke jalan ini lagi, aku akan menunggunya di sini saja," kata Deva sambil meneguk air yang ia bawa dari istana. Deva pun menunggu kedatangan gadis itu sambil duduk di bawah pohon, ia merasa sangat lapar dan kelelahan saat itu. "Aku lupa membawa bekal makanan kemari, padahal aku sudah sangat lapar," ucap Deva. Tanpa disadari, ia pun tertidur di bawah pohon itu, ia juga terlihat begitu pucat karena menahan rasa lapar seharian.

“Ah! Mengapa aku tertidur di sini, jangan-jangan gadis itu sudah melewati jalan ini dan aku tidak melihatnya," kata Deva. Deva terbangun sambil melihat di sekitar jalan untuk memastikan kedatangan gadis itu, namun ia masih tetap tidak melihatnya, Deva takut jika gadis itu sudah sempat berada di sekitarnya, namun ia tidak melihatnya karena sudah tertidur di bawah pohon. Wajah Deva sudah sangat pucat, kepalanya pusing dan ia merasa lemas. "Ini pasti karena aku menahan lapar seharian," kata Deva sambil memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Deva pun kembali meneguk air yang dibawanya, ia berharap air ini bisa menghilangkan rasa tidak nyaman itu, dan akhirnya rasa sakit yang dialami Deva perlahan membaik, namun wajahnya masih terlihat sangat pucat.

“Apa kau baik-baik saja?" kata seorang gadis yang mendatangi Deva.

Dan betapa terkejutnya Deva saat melihat wajah gadis itu.

“Kau? Kau ada di sini?” tanya Deva kepada gadis itu.

“Iya, aku datang kemari untuk membeli sesuatu," jawab gadis itu pelan.

Rupanya gadis yang mendatanginya adalah gadis yang ia temui waktu itu.

“Hay! Apa kau tahu, aku sudah lama mencarimu, bahkan aku membuat sayembara untuk bisa menemukanmu," ucap Deva.

“Benar kah? Untuk apa kau mencariku? Dan sayembara itu? Konyol sekali, mencari gadis sepertiku saja kau harus melakukan sayembara," ujar gadis itu sambil mengejek Deva yang sedang menatapnya.

“Karena mencarimu itu tidak mudah, ke mana saja kau? Dan kenapa kau baru datang hari ini?” tanya Deva penasaran.

“Aku tidak pergi ke mana-mana, aku hanya diam di tempatku saja," jawab gadis itu.

“Di mana? Kau tinggal di mana? Kau berasal dari mana?” sahut Deva.

“Kau ini! Kenapa kau menanyakan banyak hal padaku?” ujar gadis itu.

“Aku adalah Putra Mahkota di sini, jadi aku harus tahu asal usul orang yang datang kemari," jawab Deva.

“Apa dengan menyebut Putra Mahkota, aku jadi takut padamu?" tanya gadis itu.

“Apa-apaan kau ini! Apa kau tidak lihat tubuhku sampai lemas dan wajahku sangat pucat seperti ini karena mencarimu?” jawab Deva.

“Untuk apa kau mencariku?” tanya gadis itu lagi.

“Tidak, aku hanya ingin bertemu denganmu saja, tapi siapa namamu?" ujar Deva.

"Namaku Georgia, aku juga seorang Putri Mahkota dari kerajaan ayahku," jawab gadis itu.

“Putri Mahkota dari kerajaan ayahmu? Di mana? Kerajaan apa?” tanya Deva.

“Ah! kau ini, kau bilang tubuhmu lemas, wajahmu pucat, tapi terus saja bertanya banyak hal padaku, kau tidak perlu tahu asalku dari mana, yang harus kau tahu adalah,  aku juga seorang Putri Mahkota dari kerajaan," sahut gadis itu.

Deva pun terdiam dan menatap wajah gadis itu, ia merasakan ketenangan ketika melihat wajah Georgia.

“Makanlah! Aku membawa makanan untukmu," ujar Georgia kepada Deva.

Georgia memberikan makanan untuk Deva, ia tahu jika Deva pucat seperti itu karena menahan lapar.

“Terima kasih, tapi ijinkan aku bertanya satu hal lagi padamu," jawab Deva.

“Ah! Baiklah, kau ingin bertanya apa lagi padaku?” jawab Georgia sambil memberikan makanan kepada Deva.

"Mengapa kau meninggalkanku waktu itu?” tanya Deva.

“Waktu itu? Karena aku sedang terburu-buru untuk kembali ke istana, sudahlah, ayo makan," jawab Georgia.

Georgia seakan tidak ingin jika Deva mengetahui asalnya. Namun Deva tak memperdulikan itu, Deva merasa bahagia karena bisa bertemu dengan gadis impiannya, dan gadis impiannya itu juga sudah menolongnya hari ini.

“Apa kau sudah membaik?" ujar Georgia pelan.

“Iya, aku sudah baik-baik saja, Terima kasih kau sudah datang lagi dan menolongku," jawab Deva.

Georgia pun tersenyum dan menatap wajah Deva, ia juga merasakan ketenangan ketika menatap wajah Deva yang tampan itu.

“Hari sudah mulai gelap, apa kau tidak kembali ke istana?" tanya Georgia.

“Kenapa kau menanyakan itu padaku? Justru aku yang seharusnya bertanya seperti itu, kau ini gadis dan tidak berasal dari sini, apa kau tidak takut pergi ke istana sendirian? Apa perlu aku mengantarmu?” ucap Deva sambil  meneguk air minumnya.

"Aku sudah terbiasa pulang sendirian, dan nanti akan ada pengawal ayahku yang akan datang menjemputku, jadi kau tenang saja, kau tidak usah mengantarku," jawab Georgia.

“Aku tidak ingin kau terkena bahaya di sana, sudahlah, biar aku saja yang mengantarmu sampai ke istana ya?" tanya Deva kepada Georgia.

“Jika kau mengantarku, aku tidak akan mau kembali ke sini lagi untuk bertemu denganmu," kata Georgia mengancam.

"Hay! Jangan berkata seperti itu, baiklah, aku tidak akan mengantarmu, tapi kau akan pergi bersama pengawalmu," ujar Deva.

"Baiklah, aku pergi dulu sebelum hari semakin gelap, aku akan bertemu pengawalku di pertengahan jalan. Kau tidak perlu khawatir, dan kau harus pulang juga ke istana," jawab Georgia sambil bergegas meninggalkan Deva yang masih duduk di bawah pohon.

Georgia pun pergi meninggalkan Deva saat itu, Deva merasa bahagia bisa bertemu lagi dengan gadis impiannya. Namun ia juga merasa bingung dengan Georgia karena tidak mau memberitahu asal kerajaannya berada.  Deva pun akhirnya kembali ke istana dan memberitahu ayahnya tentang kedatangan gadis itu. Sesampainya ia di istana, Deva langsung menghampiri ayahnya.

“Ayah, hari ini aku bertemu dengan gadis itu lagi,” ujar Deva.

“Benar kah? Lalu apa kau sudah tahu dari mana ia berasal?” tanya Carolus penasaran.

“Tidak, dia seakan tidak mau memberitahu asalnya kepadaku Ayah, ia hanya mengatakan jika dirinya adalah Putri Mahkota dari kerajaan ayahnya. Dia tidak memberitahu asal dan nama kerajaannya itu,” jawab Deva.

“Aneh sekali, kenapa dia tidak mau memberitahu asalnya?” ucap Carolus.

“Sudahlah, tapi aku sudah tahu nama gadis itu,” ujar Deva semangat.

“Siapa nama gadis itu?” tanya Carolus lagi.

“Georgia! Namanya Georgia, dia sangat cantik, anggun, dan dia juga sudah menolongku dari rasa lapar tadi,” ujar Deva.

“Apa? Kau kelaparan? Kenapa kau tidak kembali ke istana saja untuk makan?” sahut Carolus.

“Tidak, saat itu aku hanya ingin bertemu dengan gadis itu. Jika aku kembali ke istana, aku tidak akan bertemu dengannya, Ayah. Tapi ia sudah menolongku dan betapa bahagianya aku,” jawab Deva.

Semenjak pertemuannya dengan Georgia, Deva jadi semakin bahagia dan selalu mengharapkan kehadiran Georgia di setiap harinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • LOVE IN THE ENEMY   EDAYON PART 1

    Sang Mentari kembali memancarkan sinarnya, dan tiba saatnya Deva, Sang Guru dan juga para pengawal pergi ke Kerajaan Edayon. Semua sudah dipersiapkan dengan matang, baju, serta perlengkapan menyamar lainnya juga sudah dipersiapkan. Di tengah perjalanan, Deva masih sempat memikirkan Georgia. Apa yang terjadi dengan Georgia nanti dan apa keputusan yang akan ia ambil jika benar Georgia adalah warga Edayon? Itulah yang dipikirkan Deva sepanjang perjalanan.“Guru, berapa lama kita berada di Edayon?” tanya Deva kepada Sang Guru“Aku belum bisa memastikannya, Deva. Kita akan kembali ke istana ketika sudah mendapat kebenaran,” jawab Sang Guru.“Guru, jika Georgia benar warga Kerajaan Edayon, apa yang akan kita lakukan?“ ujar Deva.“Biar ayahmu yang memutuskan itu, Nak. Aku tidak berhak membuat keputusan untuk seseorang,” sahut Sang Guru.Deva hanya terdiam saja setelah mendengar ucapan dari Sang Guru itu. I

  • LOVE IN THE ENEMY   CURIGA DAN RENCANA

    “Deva, sekali lagi aku minta maaf atas keputusan yang sudah aku buat,” ujar Georgia.“Kenapa kau membuat keputusan yang tidak jelas seperti itu?” jawab Deva.“Ayah memintaku untuk tinggal di rumah kakek, jadi aku tidak bisa membantahnya, Deva,” sahut Georgia.“Tolong bicara yang jelas, Georgia. Aku tahu kau adalah gadis yang misterius, tapi untuk kali ini, tolong bicara yang jelas!” pinta Deva.“Deva, aku melihat secara langsung saat ayahmu memberikan hukuman mati kepada orang asing itu. Dan setelah itu, aku jadi takut untuk datang kemari lagi, aku takut keberadaanku mengganggu di sini,” jelas Georgia.“Kau sama sekali tidak mengganggu

  • LOVE IN THE ENEMY   MIMPI YANG NYATA

    “Georgia, kau di sini?” ujar Deva. Georgia melihat Deva yang sudah berada di hadapannya. Georgia terkejut dan terheran-heran ketika melihat orang yang sangat ia rindukan ada di hadapannya dan memberikan tatapan serta senyuman yang sangat ia rindukan itu. “Deva, sudah lama kau di sini? Kenapa kau tidak memberitahuku dulu jika kau ingin datang kemari?” tanya Georgia.“Aku tahu kau sedang merindukan kehadiranku, Georgia. Itu sebabnya aku datang kemari untuk menemuimu, lagi pula aku juga sangat merindukan dirimu,” jawab Deva.“Terima kasih, kau sudah datang kemari. Aku memang sangat merindukanmu, Deva, setiap hari aku selalu menginginkan kehadiranmu di sisiku,” sahut Georgia memandang Deva tanpa henti.

  • LOVE IN THE ENEMY   SEMANGAT YANG SEDERHANA

    Setelah dari makam sang kakek, Deva dan ayahnya kembali ke istana. Namun, di perjalanan Deva masih terlihat murung, sedih dan tidak berkata sedikit pun. Carolus pun kebingungan dengan anaknya itu, tidak biasanya dia sedih dan murung dengan waktu yang lama.“Deva, Anakku. Kau ada masalah apa?” tanya Carolus kepada Deva.“Aku baik-baik saja, Ayah. Lanjutkan saja perjalanan kita,” jawab Deva. Carolus hanya bisa mengikuti kata anaknya itu tanpa bertanya lagi. Seakan Carolus sudah mengerti maksud dari sang anak yang tidak mau menceritakan kesedihannya itu. Saat sampai di istana, Deva langsung memasuki kamarnya dan terdiam di sana. Entah rasa

  • LOVE IN THE ENEMY   RINDU YANG MENYAKITKAN

    Matahari pun kembali muncul tanpa mengenal rasa lelah untuk menyinari dunia. Deva terbangun dari tidurnya sambil menyapa matahari yang sudah memancarkan sinarnya yang begitu cerah. Namun, hari ini sedikit berbeda, tidak ada lagi yang menemani hari-hari Deva dan mengisi kerinduan hatinya. Deva akan menikmati hari-harinya seperti dulu lagi, tanpa seorang kekasih ataupun gadis pujaan hati yang menemaninya. “Ayolah! Deva! Dulu kau terbiasa tanpa seorang gadis, bahkan sangat tidak ingin menanggapi semua gadis,” ujar Dev dirinya sendiri. Deva kini menjadi sedikit berubah, ia menjadi lebih cuek dengan semua hal termasuk tentang seorang gadis. Sikap Deva yang dulu manis dan hanya berpikir untuk menunggu seorang gadis, kini berubah kembali menjadi seorang yang dingin dan malas untuk memikirkan seorang gadis. Meskipun begitu, di dalam hatinya masih tersimpan rasa rindu yang sangat dalam untuk Georg

  • LOVE IN THE ENEMY   KEPERGIAN SI GADIS MISTERIUS

    “Semuanya terlihat baik-baik saja, mari kita kembali ke istana dan aku sudah mengutus beberapa pengawal untuk tetap berjaga di sini,” ujar Carolus. Deva dan Sang Guru pun mengikuti perintah dari Sang Raja itu. Mereka kembali ke istana untuk berdiskusi kembali masalah keamanan kerajaan. Saat sampai di istana, Deva terlihat masih gelisah dan murung, tatapan matanya pun seakan kosong. Carolus yang saat itu merasa risih melihat putranya murung seperti iu, langsung menanyakan apa masalah hatinya dan sebisa mungkin untuk menenangkannya.“Deva, dari tadi aku lihat kau begitu murung, tidak jelas,” ujar Carolus.“Maafkan aku, Ayah. Hanya saja aku kepikiran Georgia, ia tidak datang menemuiku lagi,” jawab Deva.“Deva, haruskah ayah menasehatimu?

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status