Terbilang mujur nasib Bhara, kehadiran Alisa lekas memulihkan kembali suasana hati Luna. Dua gadis itu kerap pergi bersama, nonton film atau berbelanja. Alisa selalu ada menjadi teman bicara bagi Luna, dalam tiga hari, dia sudah mau kembali ke sekolah, dan Bhara bisa kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Aku udah bilang kan, Bhar ... dia itu yang membantu aku dan bawa aku ke sini," terang Maya. Benar pikirnya, Bhara bahkan jauh lebih posesif ketimbang Dev.
"Mbok Aya mau masak makan malam?" tanya Maya sambil menghampiri.
Maya yang baru keluar dari kamar mandi berhenti mengeringkan rambutnya yang masih basah lantaran matanya jatuh pada sebuah kotak misterius yang ada di atas tempat tidur. Kotak merah muda itu dihiasi pita ungu. "Kotak apa ini?" lirihnya pelan.
"Ngapain kamu ada di sini?" Suara mama Maya sontak mencuri perhatian orang-orang yang semeja dengan mereka. Lirikannya tajam dan sinis mengarah kepada Bhara yang kikuk, bingung harus ikut bicara atau tidak.Cepat-cepat Maya berdiri dan menggandeng lengan ibunya, "Ma ... kita ngobrol di luar dulu, yuk. Malu di sini jangan ngomong kenceng-kenceng," bisiknya membujuk.Mama Maya menuruti permintaan puterinya, mereka keluar dariballroom, Bhara diam-diam menyusul tapi cuma berani memandang dari jarak dua meter."Itu Bhara yang dulu, kan? Anak miskin di kampus kamu yang dulu itu? Kamu masih berhubungan sama dia?" Sang Mama bertanya tanpa basa-basi.
Selama perjalanan di mobil menuju rumah, baik Bhara maupun Maya tak ada yang berinisiatif untuk membuka mulut lebih dulu, keduanya kompak membisu walau ribuan kata saling adu jotos di kepala mereka masing-masing.
"Non ... Non Maya ...!"Suara panggilan Mbok Aya mengu
Bhara menepikan mobilnya di depan sebuah kios bunga. Dia tak ingin pulang dengan tangan kosong hari ini. Pertengkaran waktu lalu dia sadari tak luput dari egonya yang terlalu tinggi, karenanya dia berinisiatif untuk berbaikan dengan membawakan bunga untuk Maya.Dari bunga mawar sampai krisan, lily sampai anggrek. Bhara berpikir sebentar.Laki-laki sialan itu bawa lily kemarin buat Maya, aku harus bawa yang beda,pikirnya, mengingat apa yang terjadi di rumah sakit."Pak, mau bawa bunga untuk siapa?" Florist bertanya."Pacar saya. Cuma saya nggak tau dia sukanya bunga apa.""Kalau boleh tau
"Tin, tadi pagi-pagi banget Maya telepon Mama." Nenek Maya yang baru duduk di meja makan menuang susu ke dalam gelas sembari membuka percakapan.