Aku mau ketemu kamu ...
Hanya membaca satu pesan singkat berisi empat kosa kata yang dikirim oleh Maya sudah mampu menciptakan getar hebat di dada Bhara. Dua minggu sudah berlalu, film yang dibintangi Maya sudah turun layar dengan pendapatan nyaris minus, tapi Bhara tidak menyesal sama sekali, dia kini sudah dekat dengan tujuannya. Sesi promosi dan tetek bengek lainnya selesai sudah, Maya kini kembali seperti semula, tidak banyak jadwal dan siap menjumpai Bhara untuk menuntaskan urusan mereka.
Bhara menutup ponsel pintarnya, pesan itu belum dia balas. Sebentar dia teguk air mineral untuk menstabilkan degup jantung yang mendadak tidak menentu. Setelah agak tenang, barulah dia kirim pesan balik kepada Maya: Ketemu di rumah aku aja, aku kirim alamatnya ...
***
"Kamu mau ke mana?"
Wajah Maya seketika terperangah tatkala dia buka pintu dan ternyata Dev sudah berada di depan pintunya, berniat untuk menekan bel, sebelum didahului ol
Dengan agak kesusahan, Alisa menarik koper besarnya keluar dari kamar. Di luar rumah, taksi yang akan membawa dia ke stasiun kereta sudah siap menunggu. Tepat saat kopernya baru sampai di anak tangga pertama, Damar masuk dengan derap langkah kaki yang cepat, pintu mobil bahkan dibantingnya tadi.
"Sayang ...!!"Jantung Bhara nyaris mau copot rasanya ketika suara nyaring Maya tiba-tiba memekakkan telinga, perempuan cantik itu masuk ke dalam ruang kerja Bhara membawa serantang makanan, menggunakan gaunsummerberwarna putih bermotif bunga seroja."Ngapain kamu di sini?" tanya Bhara bingung."Kunjungan mendadak ~" jawab Maya manja seraya mendekat lalu duduk di atas pangkuan Bhara. "Aku juga buatin makan sing, loh. Kamu belum makan, kan?""May, nggak usah berlebihan, deh. Ini tuh kantor, minggir sana. Atau turun tuh, temui Tommy aja di bawah, liat kerjaannya," ujar Bhara pura-pura seb
Kedua tangan Alisa memegang hasil pemeriksaan USG kehamilan yang baru tadi siang dia lakukan. Dipegangnya perut yang mulai membesar. Genap kandungannya memasuki usia enam bulan, dan menurut tes USG, jenis kelamin janin yang dia kandung adalah laki-laki. Lantas hasil pemeriksaan USG itu dia letakkan di atas meja lampu, di samping sebuah undangan pernikahan yang juga baru saja dia baca.
Pria di hadapan Bhara masih membolak-balik foto-foto yang tadi diserahkan kepadanya. Bhara sendiri sembari menyesap kopinya pelan-pelan terus mengawasi.
"Mana Bang Bhara? Kak Maya?" tanya Tommy ketika dia temukan hanya ada Luna di rumah.Luna yang tengah asyik membaca novel di ruang tengah cuma melirik sinis sesaat lalu menjawab datar, "Di rumah sakit.""Eh? Siapa yang sakit?" tanyanya lagi.Novel di tangan ditutup Luna dengan kasar, dia mulai tak senang dengan gempuran pertanyaan dari Tommy, terlebih rasanya, pertanyaan itu hanya sekadar basa-basi cuma untuk mendekatkan diri dengannya."Kalau mau tau, tanya aja sendiri." Luna bangkit berdiri.Sebelum gadis remaja itu menaiki anak tangga, Tommy kembali membuka mulutnya, "Heh, B
Tulilit Tulilit ...