Karena perutnya sudah sangat lapar, akhirnya perempuan berkulit putih itu berinisiatif untuk meminjam uang pada ibu mertuanya. Barangkali ibu mertua mau meminjamkan uang untuknya.
Raisa mencoba mengetuk pintu bu Leha, barangkali mertuanya bisa meminjamkan uang untuknya membeli nasi Padang.
Tok, tok, tok. Raisa mengetuk pintu kamar mertuanya, namun tak ada jawaban. Lalu Raisa melihat ada gembok yang melingkar di bagian gagang pintu kamarnya.Bu Leha memang selalu mengunci pintu dengan gembok. Alasannya adalah karena cucunya sering kali bolak-balik dan memberantak dikamarnya. Hal itu yang membuat Bu Leha memutuskan untuk mengunci pintu kamarnya.
Raisa pun sudah dijelaskan oleh Faisal sejak mereka berpacaran. Saat perempuan cantik itu berkunjung kerumah Faisal dan melihat ada kunci gembok dipintu ibunya.
Rupanya mertuanya sedang pergi dan bu Leha tidak pamit kepada Raisa. Sungguh tak disangka jika perlakuan ibunya pun sama dengan anaknya. Setidaknya Bu Leha mengetuk pintu kamar Raisa untuk izin pergi keluar rumah. Walaupun Raisa bukanlah pemilik rumah itu. Tetapi dia sudah menjadi bagian dari keluarga Faisal.
Seperti tak di anggap saja di rumah itu, Raisa semakin kesal pada penghuni di rumah mertuanya. Raisa pun tidak tahu apa yang akan di perbuatnya di rumah itu. Karena seluruh ruangan sudah bersih, begitu juga bagian dapur sampai isinya tak ada bahan makanan.Sekalipun mengutang keluar, Raisa belum mengenal orang disekitarnya. Sungguh amat menyedihkan hidupnya karena tidak diberi uang belanja oleh suaminya.
Akhirnya Raisa kembali masuk ke dalam kamarnya. Lalu dia merebahkan tubuhnya di kasur. Raisa menunggu kepulangan Faisal yang sedang mencari nafkah di jalan. Dengan perut yang kosong keroncongan, akhirnya kedua mata Raisa pun bisa terpejam.Brrm, brrm ...Terdengar suara motor Faisal yang berhenti di depan rumah.
"Assalamualaikum," Ucap Faisal memberikan salam.Kemudian suami Raisa itu membuka pintu yang tidak terkunci.
Faisal berpikir jika ada ibunya dan Raisa didalamnya. Hingga dia tidak perlu khawatir akan kemalingan.
Karena tidak ada yang menjawab salamnya, akhirnya Faisal masuk ke dalam rumah.
"Raisa," panggil Faisal dari arah depan pintu kamar. Lalu Faisal masuk ke dalam kamarnya, melihat Raisa yang sedang tertidur pulas. Kemudian Faisal pun mendekati Raisa, dan duduk di sebelahnya. Faisal melihat keringat mengucur di kening Raisa. "Raisa..." Panggil Faisal seraya mengusap keringat yang membasahi kening Raisa. "Kamu sakit?" Tanyanya sembari mengusap dahi Raisa yang basah karena keringat.Dia melihat kedua mata Raisa sudah terbuka. Faisal langsung tersenyum melihat wajah sang istri yang selama ini diimpikannya.
"Kamu sudah pulang?" Tanya Raisa dengan suara yang lemah. "Kamu sakit?" Faisal mengulang pertanyaannya. "Aku lapar!" Ucapnya lirih sambil memegang perutnya yang sudah sakit sejak tadi. Bibirnya terlihat sudah pucat, tetapi Faisal tidak memperhatikannya. "Memangnya ibu tidak masak?" Tanya Faisal seraya mengernyitkan dahi."Enggak tahu. Ibu kamu pergi sejak tadi." Raisa memberitahu Faisal. "Dan aku memeriksa dapur, tidak ada makanan yang bisa di makan. Dan juga gak ada beras," kata Raisa sambil meringis kesakitan menahan perutnya dengan tangan
"Ya, sudah. Kamu mau makan apa?" Tanya Faisal yang langsung membangunkan Raisa. "Perutku sudah sakit. Sebaiknya belikan bubur ayam saja," pinta Raisa yang sudah bersandar di headboard tempat tidur. Kemudian Faisal langsung bergegas pergi keluar rumah untuk membelikan bubur ayam. Raisa yang sudah terkulai lemas, langsung menuju dapur untuk membuat teh manis panas. Ternyata tidak ada air di termos, lalu Raisa pun memasak sedikit air di ketel uap. Sembari menunggu air yang di masak, Raisa menuangkan gula dan menaruh teh ke dalam gelas. Tiba-tiba ada suara berisik dari arah pintu depan. Suara anak kecil dan juga Bu Leha yang sudah masuk ke dalam rumah. "Eh, Sal! Kamu sudah pulang?" Tanya Maria yang sedang membawa banyak belanjaan di tangannya. Faisal telah sampai di rumah, berpapasan dengan kedatangan Maria dan juga ibunya. "Sudah," Jawab Faisal yang sudah mematikan mesin motornya. "Bawa apaan tuh?" Tanya Maria yang melihat ada bungkusan sterofom di tangan Faisal. "Bubur ayam," Jawab Faisal yang akan masuk ke dalam rumah. "Bubur ayam, buat siapa?" Tanya Maria "Buat Raisa," Jawab Faisal. "Ya elah buang-buang duit aja. Bukannya dia masak, malah jajan mulu kerjaannya," Celetuk Maria yang sudah masuk ke dalam kamar ibunya. Raisa mendengar sindiran dari Maria, dia sudah sangat geram dengan sindiran dari kakak iparnya itu. Setelah air matang, Raisa langsung menuangkan air panas ke dalam gelas. Lalu membawa dua gelas teh panas ke dalam kamarnya.Ingin rasanya Raisa menyirami air panas ke wajah Maria. Agar mulut comelnya tak lagi berceloteh dan selalu menyindirnya.
"Kakakmu pintar sekali memancing di air keruh!" Geram Raisa sambil menaruh gelas teh ke atas meja. "Kamu yang sabar ya! Nanti aku akan menegurnya," Ucap Faisal yang sudah membuka bungkusan sterofom. "Aku capek dengerin semua sindiran kakak-kakak kamu. Aku mau pulang aja!" Kesal Raisa sambil menangis, tak tahan mendengar semua celotehan kakaknya Faisal.Faisal merasa bersalah pada sang istri karena tidak bisa membelanya. Pria berusia dua puluh tiga tahun itu seperti buah simalakama. Jika membela istrinya, maka ibunya akan tersinggung. Apabila dia membela ibunya, maka sang istri merasa teraniaya.
"Maafkan aku, Raisa. Maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu," kata Faisal menatap nanar sang istri.
-Silakan subscribe ceritaku, lalu komentar."Silakan duduk dan bergabung dengan yang lain," suruh Aldo pada Jenifer dengan tatapan dingin."I-iya, Pak," kata Jenifer dengan suara terbata-bata. Ia sangat malu karena Aldo tidak menanggapi penampilannya.Bianca, yang berada di sebelah Aldo, hanya tersenyum mengejek. Dalam hatinya ia berkata, “Aku aja sekretarisnya disuruh ganti baju dan celana panjang. Pak Aldo nggak tertarik sama wanita kecentilan kayak kamu.”Aldo mulai membuka pembicaraan. Ia menjelaskan tentang permintaan dari para konsumennya. Mereka yang menawarkan kerja sama harus sesuai dengan target pasar.Kemudian, produk yang ditawarkan oleh Johnson Corp memang lebih menarik. Namun, sekilas Aldo langsung menolaknya karena ia sangat mengetahui siapa pemiliknya.Rapat akan dibuka kembali besok pagi. Aldo masih mencari supplier yang cocok untuk pangsa pasarnya. Ia memberikan kesempatan pada para pebisnis baru yang ingin menawarkan produknya.Selesai rapat, Jenifer langsung menghampiri Aldo."Pak, produk kami lebih berkuali
Raisa dan Aldo telah menyelesaikan makan malamnya. Kini mereka antre untuk membelikan es krim."Kau mau beli berapa?" tanya Raisa yang ikut berdiri di sebelah Aldo."Untuk seisi rumah, ada berapa orang?" tanya Aldo.Raisa menghitung jumlah orang yang ada di rumah."Enam," jawab Raisa."Baiklah," jawab Aldo yang sudah menuju meja kasir.Kemudian Aldo membeli banyak pesanan, hingga dia kerepotan untuk membawanya."Mengapa kau begitu banyak membeli makanan?" tanya Raisa."Aku ingin makan bersama mereka di rumah," kata Aldo dengan jalan tertatih karena repot membawa barang belanjaan.Kemudian Raisa membukakan pintu mobil dan menaruh makanan di bangku belakang.Mereka sudah masuk ke dalam mobil dan mulai melaju menuju rumah Arifin."Raisa, apakah kau masih belum menerimaku?" tanya Aldo dengan mata yang fokus ke arah jalan."Aku sedang mencoba," jawab Raisa."Baiklah, aku akan selalu menjaga kepercayaanmu. Aku harap secepatnya kau membuka hatimu," pinta Aldo.Sesampainya di rumah, Aldo dan
Raisa..." suara yang tak asing pun terdengar di telinga Raisa.Raisa langsung menoleh ke arah samping, saat dia akan keluar gerbang sekolah."Aldo..." lirihnya.Aldo menghampiri Raisa. "Aku antar pulang," kata Aldo sambil membungkukkan badannya."Apa kau tidak punya kerjaan?" tanya Raisa yang heran dengan keberadaan Aldo setiap saat."Ini sudah jam pulang kantor, dan aku sudah menunggumu dari satu jam yang lalu," kata Aldo dengan wajah memelas."Aku tidak menyuruhmu," jawab Raisa dengan wajah yang malas."Mengapa kau keluar terlambat?" tanya Aldo."Eh, Mas Aldo, mau jemput istrinya ya?" tanya salah seorang wali murid yang sedang menjemput anaknya. Kebetulan sang anak adalah siswa yang ikut kompetisi, jadi pulangnya lebih sore."Istri?" batin Raisa sambil melihat ke arah Aldo, dan Aldo hanya tersenyum menanggapi pertanyaan wali murid."Iya..." jawaban Aldo yang membuat Raisa gusar."Bu Raisa beruntung, loh, punya suami kaya, terkenal, tampan lagi."Raisa hanya tersenyum pias menanggapi
Raisa langsung menghampiri sekumpulan ibu guru yang mengerumuni Aldo."Bu Raisa, sini foto," panggil Angelica, yang merupakan guru paling modis dan termuda dari guru yang lain.Raisa hanya tersenyum malas saat melihat kegenitan Aldo di depan ibu-ibu yang berada di sekelilingnya."Memang dia siapa, Bu, kok pada minta foto?" tanya Raisa dengan tangan bersedekap."Ih, Bu Raisa gak tahu? Apa dia tuh pengusaha muda yang lagi terkenal itu, loh," sahut Jessy yang mengarahkan kamera ponsel ke Aldo."Ish," gumam Raisa yang melihat Aldo begitu narsis."Eh, sudah dulu ya, Bu-Ibu, aku mau bicara dengan Mama Alesha," kata Aldo menyudahi acara sesi foto-foto."Yah..." sorak ibu-ibu yang kecewa, namun begitu terkejut saat tahu dia adalah ayahnya Alesha.Semua ibu-ibu pada berbisik dan bergosip, menceritakan Aldo yang sudah mempunyai anak."Alesha, kok kamu gak ngomong sih kalo Papa kamu itu Revaldo Junior?" celetuk Angelica sambil mendekati Alesha.Angelica adalah wali kelas Alesha, dan dia sangat r
Baiklah, kita pergi membeli es krim," kata Fay yang langsung mengulurkan tangannya ke Alesha.Karena Alesha sudah akrab dengan Fay, maka dia menyambut uluran tangan dari Fay.Fay menuntun Alesha menuju tempat parkir mobil. Raisa dan Calantha pun mengikuti di belakang.Tiba-tiba, saat akan memasuki mobil, tangan Raisa dicegah oleh Aldo."Kau mau ke mana?" tanya Aldo yang sudah memegang lengan Raisa."Fay mengajak kami makan siang," jawab Raisa."Alesha, ayo ikut Papa," kata Aldo seraya membungkukkan badannya ke arah jendela mobil Fay.Alesha terlihat sudah duduk di bangku paling depan."Ikut ke mana, Pah?" tanya Alesha dengan nada suaranya yang lembut."Papa mau beli es krim sama Mama," kata Aldo yang memang tahu kesukaan Alesha."Tapi Om Fay juga mau beliin es krim," jawab Alesha.Aldo langsung menatap tajam ke arah Fay, lalu beralih ke Alesha."Ikut Papa, yuk. Papa udah laper, nih. Temenin Papa makan, ya!" pinta Aldo pada Alesha dengan wajah memelas."Hey, aku yang mengajaknya terleb
Sesampainya di rumah, keluarga Arifin telah menunggu kedatangan Alesha."Alesha," panggil Beby lalu memeluknya."Kak Beby," panggil Alesha, dan seluruh anggota keluarga terkejut saat Alesha memanggil Beby."Kamu sudah bisa manggil aku?" kata Beby yang begitu senang dengan panggilan Alesha."Beby, Alesha lelah. Ajak ke kamarnya," perintah Merlin."Ayo, Ale, kita ke kamar," ajak Beby yang menuntun tangan Alesha masuk ke dalam rumah."Bagaimana jalan-jalannya?" tanya Arifin yang juga menyambut kedatangan Raisa malam ini."Senang, Pah. Alesha senang sekali," kata Aldo semangat."Iya, sudah, kalian masuklah. Kita mau makan malam," kata Merlin yang menyuruh Raisa dan Aldo masuk ke dalam rumah.Mereka makan bersama-sama, menikmati hidangan yang dibuat oleh Merlin.Pagi pun tiba. Alesha sudah kembali normal layaknya bocah usia 5 tahun.Dia mulai mengusili orang rumah, karena Aldo sedang menginap di rumah Arifin.Saat Aldo tertidur di sofa, Alesha datang menjahilinya dengan mencubit hidungnya.