Faisal pun mendekati Raisa, dia memeluk erat tubuh sang istri. Mencoba menenangkan istrinya yang sedang sensitif.
"Maafkan, aku! Ibu sangat membutuhkanku, karena aku adalah anak laki satu-satunya di keluarga ini. Aku mohon kamu bisa mengerti," Ucap Faisal sambil mengelus punggung Raisa.
Raisa hanya bisa meneteskan air matanya, dia mencoba menguatkan dirinya.
Selesai menuangkan isi hatinya, Raisa pun berhenti menangis. Faisal langsung membuka bungkusan sterofom yang berisi bubur ayam. Lalu Faisal menyuapi Raisa, mereka pun makan bersama.
Saat sedang makan berdua, tiba-tiba terdengar suara orang berteriak dari arah luar kamar.
"Sal, kalau beli makanan bagi-bagi dong! Jangan makan sendiri aja..." Teriak Maria yang sedang berada di ruang tamu.
"Beli aja sendiri!" Faisal membalas teriakan Maria.
"Oh, gitu ya! Lebih sayang istri daripada sodara sendiri. Inget dulu kamu siapa yang ngurusin?" Teriak Maria menyindir Faisal
"Yang dulu jangan di ungkit-ungkit!" jawab Faisal membalas teriakan Maria.
Maria masih saja berseloroh, menceritakan semua kejadian masa lalu saat dirinya mengurus Faisal sewaktu kecil.
Sebenarnya Faisal tak enak hati pada sang istri, hanya saja dirinya harus bisa menenangkan hati Raisa.
Faisal terdiam, tak lagi membalas kata-kata Maria. Karena sudah tidak lagi di ladeni oleh Faisal, Maria pun pulang ke rumahnya.
"Tuh kan! Kalau gak di ladeni dia pulang sendiri," ucap Faisal menghibur Raisa yang wajahnya sedari tadi cemberut.
Raisa pun tersenyum, lalu mereka meneruskan lagi makan bubur ayam.
Sudah larut malam, para penghuni rumah semua sudah tertidur lelap.
***
Waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi, Faisal terbangun dari tidurnya. Dia membangunkan Raisa untuk mandi wajib, karena semalam mereka telah melakukan hubungan intim suami istri.
Sebenarnya Faisal menyadari jika dirinya belum bisa menerobos kewanitaan milik sang istri. Karena laki-laki yang lebih tua lima tahun dari Raisa itu memiliki masalah pada kejantanannya.
Selama ini Raisa tak pernah menyadari jika selama berhubungan, Faisal tidak pernah bisa memasukkan kejantanannya. Faisal hanya bisa memuaskan Raisa dengan cara lain, agar sang istri tak mengetahui kekurangan pada dirinya. Dia begitu mencintai Raisa dan tak ingin kehilangannya.
"Bisa, masakan aku air panas?" pinta Raisa yang merajuk pada sang suami. Gadis berparas cantik itu masih terbaring di atas di tempat tidur.
Faisal keluar dari kamarnya lalu menuju dapur. Kemudian menadahkan air keran di panci untuk memasak air panas.
Selesai menyalakan kompor dan menaruh panci, Faisal langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Faisal pun keluar dari kamar mandi dan mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat subuh.
"Sa, airnya sudah aku masak. Coba kamu cek, sudah panas belum?" kata Faisal yang sudah mengenakan sarung.
Raisa pun keluar dari kamarnya, lalu melihat air yang sudah di masak oleh Faisal.
Ternyata sudah mendidih, kemudian Raisa mematikan kompor lalu menuju kamar mandi. Dia menuangkan air panas ke ember yang kosong, kemudian sisanya mengisi dengan air dingin. Setelah air sudah siap, Raisa pun mandi.
Selesai mandi, Raisa langsung menuju kamarnya. Namun saat ingin menuju pintu, dia mendengar percakapan antara Faisal dan Bu Leha.
"Bu, kemarin Faisal sudah memberikan uang untuk membeli beras. Tapi kok berasnya gak ada?" Tanya Faisal pada ibunya.
"Memangnya kamu sudah cek?" Tanya Bu Leha
"Kemarin Raisa ingin masak nasi, tapi tidak ada beras untuk di masak," jawab Faisal.
"Dia mengadu apalagi sama kamu?" Tanya Bu Leha dengan nada ketus.
"Dia tidak mengadu Bu, hanya bertanya soal beras. Karena aku sudah memberi ibu uang untuk beli beras, sedang Raisa tidak aku berikan uang. Kemarin dia kelaparan karena di rumah tidak ada makanan," Faisal menjelaskan kepada ibunya.
"Ya, sudah! Biar dia aja yang masak,"
"Ya, sudah! Nanti biar Faisal suruh Raisa saja yang masak, ibu gak usah kerja lagi ya!" Kata Faisal
Karena mendengar Faisal ingin keluar dari kamar, Raisa langsung masuk ke kamarnya.
Raisa langsung mengenakan baju dan mukenanya untuk melaksanakan solat subuh.
Faisal pun masuk ke kamar, lalu merapikan dirinya karena ingin berangkat mengantarkan koran.
Faisal pun pamit pada Raisa usai sang istri melaksanakan solat subuh.
"Sa, aku jalan dulu. Ini ada sedikit uang buat kamu belanja. Pulang nanti, aku ingin makan nasi goreng, ya!" pesan Faisal seraya memberikan uang lima puluh ribu pada Raisa.
"Iya," jawab Raisa sembari mencium tangan suaminya.
Raisa berdiri di depan pintu, dia mengiringi kepergian Faisal yang akan mencari nafkah.
Setelah Faisal pergi, dia langsung ke dapur melihat stok bahan makanan.
"Sepertinya memang tidak ada apa-apa!" batin Raisa yang melihat ke rak dapur. "Selama ini, Faisal memberikan ibunya uang. Kenapa tidak di belikan stok dapur ya?" Gumam Raisa yang miris melihat tidak ada stok bahan makanan apapun di dapur.
Lalu Raisa keluar rumah di saat matahari masih malu-malu menampakkan cahayanya. Gadis cantik itu mencari warung yang sudah buka. Dia akan membeli beras dan juga sayuran dengan uang lima puluh ribu yang di berikan oleh sang suami.
Raisa belum paham dengan situasi daerah tempat tinggal Faisal.
Membuat Raisa harus berputar-putar mencari warung dan juga tukang sayur yang sudah buka pada pagi hari.
"Neng!" sapa pemuda yang sedang duduk di atas motor. Memakai baju berwarna kuning berbalut jaket kulit berwarna coklat.
Raisa hanya tersenyum mendengar sapaan laki-laki itu.
Laki-laki itu pun terkesima dengan senyuman Raisa.
Raisa pun berhenti, sejenak dia berpikir untuk bertanya pada pemuda yang sedang duduk di atas motor nya.
Lalu Raisa menghampirinya, "maaf, Bang! Mau tanya, boleh?" Raisa mendekati pemuda itu.
"Iya, Neng! Mau nanya apa?" Jawab pemuda itu dengan ramah.
"Warung yang sudah buka di mana ya?" Tanya Raisa sambil menoleh ke arah kiri dan kanan.
"Oh, warung! Tuh warung pak Kodir di ujung jalan, biasanya ufa buka Neng!" Jawab pemuda itu seraya menunjukkan jari telunjuknya.
"Oh, makasih ya Bang!" jawab Raisa sambil menundukkan kepalanya lalu berbelok arah ke warung pak Kodir.
"Cantik! Kayaknya bukan orang sini, kok aku gak pernah liat yka?" Batin pemuda tadi bertanya-tanya melihat kepergian Raisa.
Komentar dan subscribe ya cerita ku
"Silakan duduk dan bergabung dengan yang lain," suruh Aldo pada Jenifer dengan tatapan dingin."I-iya, Pak," kata Jenifer dengan suara terbata-bata. Ia sangat malu karena Aldo tidak menanggapi penampilannya.Bianca, yang berada di sebelah Aldo, hanya tersenyum mengejek. Dalam hatinya ia berkata, “Aku aja sekretarisnya disuruh ganti baju dan celana panjang. Pak Aldo nggak tertarik sama wanita kecentilan kayak kamu.”Aldo mulai membuka pembicaraan. Ia menjelaskan tentang permintaan dari para konsumennya. Mereka yang menawarkan kerja sama harus sesuai dengan target pasar.Kemudian, produk yang ditawarkan oleh Johnson Corp memang lebih menarik. Namun, sekilas Aldo langsung menolaknya karena ia sangat mengetahui siapa pemiliknya.Rapat akan dibuka kembali besok pagi. Aldo masih mencari supplier yang cocok untuk pangsa pasarnya. Ia memberikan kesempatan pada para pebisnis baru yang ingin menawarkan produknya.Selesai rapat, Jenifer langsung menghampiri Aldo."Pak, produk kami lebih berkuali
Raisa dan Aldo telah menyelesaikan makan malamnya. Kini mereka antre untuk membelikan es krim."Kau mau beli berapa?" tanya Raisa yang ikut berdiri di sebelah Aldo."Untuk seisi rumah, ada berapa orang?" tanya Aldo.Raisa menghitung jumlah orang yang ada di rumah."Enam," jawab Raisa."Baiklah," jawab Aldo yang sudah menuju meja kasir.Kemudian Aldo membeli banyak pesanan, hingga dia kerepotan untuk membawanya."Mengapa kau begitu banyak membeli makanan?" tanya Raisa."Aku ingin makan bersama mereka di rumah," kata Aldo dengan jalan tertatih karena repot membawa barang belanjaan.Kemudian Raisa membukakan pintu mobil dan menaruh makanan di bangku belakang.Mereka sudah masuk ke dalam mobil dan mulai melaju menuju rumah Arifin."Raisa, apakah kau masih belum menerimaku?" tanya Aldo dengan mata yang fokus ke arah jalan."Aku sedang mencoba," jawab Raisa."Baiklah, aku akan selalu menjaga kepercayaanmu. Aku harap secepatnya kau membuka hatimu," pinta Aldo.Sesampainya di rumah, Aldo dan
Raisa..." suara yang tak asing pun terdengar di telinga Raisa.Raisa langsung menoleh ke arah samping, saat dia akan keluar gerbang sekolah."Aldo..." lirihnya.Aldo menghampiri Raisa. "Aku antar pulang," kata Aldo sambil membungkukkan badannya."Apa kau tidak punya kerjaan?" tanya Raisa yang heran dengan keberadaan Aldo setiap saat."Ini sudah jam pulang kantor, dan aku sudah menunggumu dari satu jam yang lalu," kata Aldo dengan wajah memelas."Aku tidak menyuruhmu," jawab Raisa dengan wajah yang malas."Mengapa kau keluar terlambat?" tanya Aldo."Eh, Mas Aldo, mau jemput istrinya ya?" tanya salah seorang wali murid yang sedang menjemput anaknya. Kebetulan sang anak adalah siswa yang ikut kompetisi, jadi pulangnya lebih sore."Istri?" batin Raisa sambil melihat ke arah Aldo, dan Aldo hanya tersenyum menanggapi pertanyaan wali murid."Iya..." jawaban Aldo yang membuat Raisa gusar."Bu Raisa beruntung, loh, punya suami kaya, terkenal, tampan lagi."Raisa hanya tersenyum pias menanggapi
Raisa langsung menghampiri sekumpulan ibu guru yang mengerumuni Aldo."Bu Raisa, sini foto," panggil Angelica, yang merupakan guru paling modis dan termuda dari guru yang lain.Raisa hanya tersenyum malas saat melihat kegenitan Aldo di depan ibu-ibu yang berada di sekelilingnya."Memang dia siapa, Bu, kok pada minta foto?" tanya Raisa dengan tangan bersedekap."Ih, Bu Raisa gak tahu? Apa dia tuh pengusaha muda yang lagi terkenal itu, loh," sahut Jessy yang mengarahkan kamera ponsel ke Aldo."Ish," gumam Raisa yang melihat Aldo begitu narsis."Eh, sudah dulu ya, Bu-Ibu, aku mau bicara dengan Mama Alesha," kata Aldo menyudahi acara sesi foto-foto."Yah..." sorak ibu-ibu yang kecewa, namun begitu terkejut saat tahu dia adalah ayahnya Alesha.Semua ibu-ibu pada berbisik dan bergosip, menceritakan Aldo yang sudah mempunyai anak."Alesha, kok kamu gak ngomong sih kalo Papa kamu itu Revaldo Junior?" celetuk Angelica sambil mendekati Alesha.Angelica adalah wali kelas Alesha, dan dia sangat r
Baiklah, kita pergi membeli es krim," kata Fay yang langsung mengulurkan tangannya ke Alesha.Karena Alesha sudah akrab dengan Fay, maka dia menyambut uluran tangan dari Fay.Fay menuntun Alesha menuju tempat parkir mobil. Raisa dan Calantha pun mengikuti di belakang.Tiba-tiba, saat akan memasuki mobil, tangan Raisa dicegah oleh Aldo."Kau mau ke mana?" tanya Aldo yang sudah memegang lengan Raisa."Fay mengajak kami makan siang," jawab Raisa."Alesha, ayo ikut Papa," kata Aldo seraya membungkukkan badannya ke arah jendela mobil Fay.Alesha terlihat sudah duduk di bangku paling depan."Ikut ke mana, Pah?" tanya Alesha dengan nada suaranya yang lembut."Papa mau beli es krim sama Mama," kata Aldo yang memang tahu kesukaan Alesha."Tapi Om Fay juga mau beliin es krim," jawab Alesha.Aldo langsung menatap tajam ke arah Fay, lalu beralih ke Alesha."Ikut Papa, yuk. Papa udah laper, nih. Temenin Papa makan, ya!" pinta Aldo pada Alesha dengan wajah memelas."Hey, aku yang mengajaknya terleb
Sesampainya di rumah, keluarga Arifin telah menunggu kedatangan Alesha."Alesha," panggil Beby lalu memeluknya."Kak Beby," panggil Alesha, dan seluruh anggota keluarga terkejut saat Alesha memanggil Beby."Kamu sudah bisa manggil aku?" kata Beby yang begitu senang dengan panggilan Alesha."Beby, Alesha lelah. Ajak ke kamarnya," perintah Merlin."Ayo, Ale, kita ke kamar," ajak Beby yang menuntun tangan Alesha masuk ke dalam rumah."Bagaimana jalan-jalannya?" tanya Arifin yang juga menyambut kedatangan Raisa malam ini."Senang, Pah. Alesha senang sekali," kata Aldo semangat."Iya, sudah, kalian masuklah. Kita mau makan malam," kata Merlin yang menyuruh Raisa dan Aldo masuk ke dalam rumah.Mereka makan bersama-sama, menikmati hidangan yang dibuat oleh Merlin.Pagi pun tiba. Alesha sudah kembali normal layaknya bocah usia 5 tahun.Dia mulai mengusili orang rumah, karena Aldo sedang menginap di rumah Arifin.Saat Aldo tertidur di sofa, Alesha datang menjahilinya dengan mencubit hidungnya.