Share

Bab 8 Curiga

Author: Endah Tanty
last update Last Updated: 2025-08-21 20:44:24

Luna beranjak dari ruang tamu, menyiapkan makan malam, setelahnya Amina, Imran, Mora dan Luna menikmati makan malam.

“Luna, bagaimana kabar ibumu?” tanya Amina.

“Ibuku kesehatannya menurun Bu, harus kontrol rutin ke Dokter,” jawab Luna.

“Terus siapa yang menanggung semua itu, apa Imran lagi?”

Luna terdiam, begitu dalam batinnya  menjerit, begitu sulitkah saat ini menjadi seorang istri dan menantu yang tidak bekerja.

“Luna masih punya tabungan, Luna tidak akan merepotkan Mas Imran dengan biaya pengobatan ibu Saida,” jawab Luna.

“Bagus, jadi istri jangan seperti parasit, hanya numpang hidup bekerjalah,” tuntut Amina.

“Sudahlah Bu, kita bahas yang lain saja, bagaimana keadaan rumah dan kebun di kampung, apa yang akan ibu taman di kebun?” tanya Imran.

“Tahun kemarin ibu tanam cebe tapi gagal, banyak cabe yang terkena hama, kali ini ibu mau tanam singkong saja,” jawab Amina.

“Mudah-mudah berhasil, besok aku akan berikan uangnya,” jawab Imran.

Setelah makan malam usai, Luna dan Imran masuk ke kamar. Imran sedikit ragu berkata pada Luna.

“Jadi kamu tahu tentang gelang itu?” tanya Imran.

“Iya Mas, sebenarnya aku sudah tahu,Mbok Sumi keceplosan, katanya kamu akan memberikan hadiah gelang pada hari ulang tahunku,”dalih  Luna.

“Maaf, aku sudah bilang padamu ‘kan , gelang itu rusak.”

“Ya sudah besok ambil dan berikan pada ibu,” pinta Luna.

“Baiklah,” jawab Imran.

Imran membaringkan tubuhnya di samping Luna, dengan memunggungi Luna, akhir- akhir ini Imran tidak  menyentuh Luna, dan wanita itu semakin gelisah, prasangkanya semakin menjadi-jadi, serta feelingnya sebagai wanita mengatakan jika Imran sedang tidak beres.

Pagi dengan sinar sang surya bersinar cerah, Amina sudah menikmati sarapan bersama Imran, sedangkan Luna masih sibuk di dapur karena mbok Sumi izin tidak masuk.

“Itu ‘kan kamu bisa mengerjakannya tanpa Sumi, jika kamu belum dapat pekerjaan lebih baik Sumi diberhentikan saja,” coleteh Amina.

Luna memilih diam, dan tetap fokus pada cucian perabotan di tangannya.

“Nanti siang , Luna akan pergi wawancara, ibu sudah aku siapkan untuk makan siang,” ucap Luna.

“Kamu mau mencari pekerjaan di mana?” tanya Imran.

“Diam saja Mas,..yang penting bekerja, bukankah suami dan mertua jaman sekarang menginginkan seorang wanita yang bekerja,” jawab Luna kesal.

Amina terdiam, mukanya semakin terlihat jutek sedangkan Imran bersikap datar terkesan tidak peduli.

***

Imran sudah tiba di WR Campany, ia langsung masuk ke dalam ruang kerjanya, tak lama Agnes datang.

“Ada apa Mas, kenapa sepagi ini ingin bicara padaku?”

“Agnes, aku sebelumnya minta maaf, bisakan gelang itu aku ambil lagi, Luna tahu jika aku memiliki gelang itu, dan sekarang gelang itu diminta untuk diberikan pada ibuku yang butuh uang,” pinta Imran.

“Haduh...gimana sih Mas, aku juga  sudah pamer di media sosialku tentang gelang ini, kenapa malah kamu minta,” timpal Agnes kesal.

“Aku belikan yang baru bulan depan, aku janji,” jawab Imran.

Agnes memasang wajah cemberut dan dengan berat hati melepaskan gelang dari tangannya, dan menaruhnya kasar diatas meja, setelah itu ia beranjak pergi.

Imran menghela napas lega, lalu menyimpan gelang dalam tas kerjanya.

Agnes duduk di kursi kerja, tangannya mengepal.

‘Luna...aku harus segera membuat Imran menceraikanmu, dia harus bercerai, tanpa mendapatkan sesuatu,’ batin Agnes.

Sementara itu, Luna kini duduk di sebuah kursi, dihadapannya duduk seorang pria yang menjabat sebagai HRD di sebuah perusahaan .

“Kamu memiliki CV yang bagus, juga pengalamanmu di WR Company sangat bagus, tapi kami akan mempertimbangkan lagi, kami akan menghubungi Anda dalam waktu dua hari jika diterima,” ucap pria itu.

“Baik, terima kasih.” Luna pun pergi, hatinya ragu jika akan diterima, jaman sekarang ijazah dan pengalaman tidak terlalu diperhatikan jika tidak ada koneksi orang dalam. Di tengah kegalaun hatinya, sebuah panggilan ponsel membuyarkan lamunannya.

“Hallo Alif ada apa?”

“Mbak, aku mentrasnfer uang, hasil penjualan perhiasan, tolong cek,” ucap Alif di sebarang ponsel.

Luna pun segera mengecek, dan ia terkejut karena jumlah yang diterimanya terlampau banyak, kembali Luna menelepon sang adik.

“Hallo Alif, kenapa jumlahnya banyak, lalu apa kamu sudah membayar uang kuliahmu?”

“Sudah Kak, jadi uangnya aku berikan ada kakak, mulai sekarang siapkan mental dan finansial  Mbak Luna,” ucap Alif lalu sambungan terputus.

Luna terbengong mendengarkan ucapan sang adik.

”Aneh, sekarang dia bisa menasehati tentang mental dan mandiri secara finansial,” gumam Luna.

Waktu terus berlalu,malampun tiba, saat ini Luna dan Imran duduk di depan Amina, wanita tengah baya itu tersenyum bahagia  karena di depannya ada sebuah gelang dan segepok uang .

“Nah begitu dong Imran, kamu memang anakku yang berbakti, besok ibu akan pulang,“ ucap Amina sambil meraih gelang dan uang di atas meja dan menyimpannya dalam tas.

Luna hanya mendesah pelan, menatap sekilas suaminya yang terkesan gelisah, diam-diam Luna membuka sosial media dengan sibuk menscrol ponsel, dan seketika nama Agnes dan gambar Agnes terpampang, ia memperhatikan, saat ini Agnes baru memposting makan malamya bersama rekan sekantor, langsung Luna mengamati pergelangan tangan Agnes, dan  tak mendapati gelang itu melingkar di tangan Agnes.

‘Ini bukan lagi kebetulan, gelang itu memang diberikan pada Agnes, Ada  hubungan apa kamu mas Imran  dengan Agnes,’ batin Luna lalu menatap sang suami.

Luna mulai curiga, apalagi akhir-akhir ini suaminya jarang meminta  nafkah batin darinya. Malam itu menjelang tidur, Luna sengaja memakai daster minim bahan, daster bahan katun lembut dengan lengan kecil yang mengatung di bahunya, hingga membuat leher dan bahu terekspos begitu indah, aroma parfum rose, juga sengaja dioleskan ke tubuhnya, rambut sebahu dibiarkan tergerai, lalu ia keluar dari kamar mandi, dan mendapati Imran sedang duduk di sofa pojok ruangan dan asyik dengan ponsel, sekilas Imran menoleh, tapi lelaki itu tidak merespon, justru masih  asyik dengan ponselnya dan tidak menghiraukan Luna yang sudah tampil seksi.

Luna sedikit kesal, ia semakin curiga jika Imran sudah mendapatkan jatah dari wanita lain, pasalnya akhir-akhirnya juga beralasan lembur dan nongkrong. Luna pun akhirnya tertidur, hingga tengah malam ia terbangun, dan merasa kehausan, dengan pelan ia keluar kamar, langkahnya terhenti seketika ia mendengar dari dalam kamar tamu, ibu mertuanya sedang serius menelpon seseorang, rasa penasaran Luna pun menyuruhnya menguping dengan pelan ditempelkannya telinga di daun pintu, walau pelan, Luna masih bisa mendengarkan suara Amina.

“Iya, aku sudah mendapatkan uang itu, pokoknya sepulang dari Jakarta, kita main lagi. Mudah-mudahan kali ini berhasil aku bisa menebus kembali rumahku yang sudah aku gadaikan, pokoknya kali ini harus berhasil,” suara Amina tedengar jelas

Deg!..Luna terbelalak, ia tak percaya jika rumah ibu mertuanya sudah digadaikan dan imran tidak tahu menau tentang ini.

‘Untuk apa uang 20 juta, mungkin kah ibu terlibat judi online’ batin Luna.

Luna berjalan ke arah dapur lalu membuka almari pendingin dan meraih botol minum dan meneguknya hingga tandas, pikirannya masih melayang pada perkataan sang mertua, jika benar rumah dan sudah digadaikan, kenapa ibu mertuanya begitu sombong membanggakan kekayaannya yang akan diwariskan pada Imran dan memperolok dirinya yang tidak bekerja.

“Jadi uang 20 juta bukan untuk modal menggarap kebun, apa aku harus memberitahukan Mas Imran ya soal percakapan ibu,“ gumam Luna masih merasa bingung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 85 Kejutan

    Agnes dan Iwan mencari tempat aman untuk berbicara.“Jadi apa rencanamu Agnes?” tanya Iwan.“Aku berniat menjadi istri Tuan Dargo dan mewarisi semua harta kekayaannya,” jelas Agnes pelan namun serius.“Ha..Ha…” Iwan tertawa, lalu berkata. ”Yang aku tahu Tuan Dargo memang hidung belang, sebelumnya ia memilik gundik, tapi tak satupun wanita yang dekat dengannya dijadikan istri sah, mereka hanya dijadikan simpanan,” jelas Iwan.“Betulkah …jadi hanya bersenang-senang dengan wanita?”“Betul, satu-satunya wanita yang dicintai istrinya tapi sayang istrinya kabur,” jelas Iwan.“Aku sudah dengar cerita itu, tapi apakah Tuan Dargo tidak berniat menikah lagi?”“Semoga kamu beruntung dan berjodoh dengan Tuan Dargo,” balas Iwan tersenyum kecil seakan meremehkan keinginan Agnes.“Kalau begitu, Aku akan buktikan jika aku bisa menaklukan pria tua itu dalam waktu beberapa bulan,” jawab Agnes dengan yakin.“Kamu memang ahlinya menaklukan pria , jika perlu bantuanku, Aku siap,” tawar Iwan.“Oke.”Agnes

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 84 Kawan Dalam kejahatan

    Andini alias Agnes berjalan sejajar dengan Rina, sambil berbincang dan bercanda. Langkah kaki mereka menuju sebuah rumah mewah, sampai disana, para keryawan perkebunan, mulai berdatangan, semuanya tampak bahagia, karena acara seperti ini jarang di adakan.Agnes berjalan ke arah dalam, rumah, hidangan sudah tersaji di atas meja panjang dan besar, pera pekerja sudah duduk di sebuah kursi yang sudah disediakan.“Duduk Andini, sebelum makan-makan biasanya Tuan Dargo akan menyampaikan sesuatu terlebih dahulu,” ucap Rina, Agnes hanya mengangguk dan duduk.Beberapa menit kemudian yang ditunggu para pekerja perkebunan datang, seorang pria yang berjalan menuju depan, senyum tampak menghiasi wajah tuanya yang sudah keriput. Lalu tak lama terdengar suara Tuan Dargo memecah keheningan.“Terima atas kedatangan kalian, seperti biasanya kita bersilahturahmi antar pekerja, dan selain itu saya akan membagikan bonus untuk kalian,” ucap Dargo.Semua pekerja sangat senang, Tuan Dargo dikenal, majikan yan

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 83 Mangsa Rubah

    Pagi hari waktu subuh, Omar menyempatkan diri untuk jogging di sekitaran hotel, sementara Luna masih terlelap. Omar berlari kecil menembus hawa dingin, lalu berhenti di pasar, sebenarnya ia penasaran dengan cerita Luna yang melihat wanita mirip Dewi, oleh karena itu Omar mendatangi pasar, siapa tahu wanita yang mirip Dewi datang ke pasar lagi.Hingga matahari muncul tapi yang diharapkan Omar tak kunjung datang. Omar hanya bisa menarik napas dalam.‘Ahh sudahlah, Dewi atau bukan aku tak perlu memikirkannya. Sekarang aku memiliki Luna, Dewi masa laluku, jika benar duganku ia masih hidup dan sengaja bersembunyi, biarlah ia pasti memiliki alasan untuk melakukannya,’ batin Omar.Omar kembali berlari kecil, menyusurui jalan kecil pemukiman, rumah adat khas Bali sangat mendominasi pemukiman, hawa sejuk dan suasana tenang, pasti membuat betah penghuninya.Ketika Omar berlari kecil, tiba-tiba dari arah belakang ada seorang wanita yang menyalipnya, wanita dengan rambut warna merah tembaga, be

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 82 Wanita Mirip Dewi

    Beberapa minggu berlalu, keadaan Luna sudah pulih, bahkan sudah mulai beraktivitas seperti biasanya, ia kini berada di Omara Kontruksi, yang saat ini di pimpinnya, wajahnya kembali ceria setelah beberapa minggu yang lalu tampak masih bersedih kehilangan janinnya.“Bagaimana keadaanmu Lun?” tanya Bu Ina.“Aku sudah membaik, kata Dokter. Aku sudah boleh beraktivias, Aku mulai bekerja, Mas Omar juga sudah mengizinkanku untuk bekerja, supaya Aku tidak terlalu larut dalam kesedihan,” jawab Luna.“Kamu tahu ngak Lun, menurut kau keguguranmu kali ini ada baiknya, untuk pernikahanmu kedepannya, kalian bisa memiliki anak sendiri,“ jelas Ina.“Aku merasa bersalah pada Dewi, ia sahabatku aku berhutang budi padanya,“ desahan napas berat terdengar dari bibir Luna.“Sudahlah, toh Dewi sudah meninggal, tidak baik membicarakan orang sudah meninggal, sekarang fokuslah pada pernikahanmu, jangan sampai Omar terlepas, jaga suamiu dengan baik.” Ina berkata seraya tertawa kecil.Luna hanya tersenyum menang

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 81 Keguguran

    Di Jakarta masih dengan kesibukannya yang luar biasa, seperti biasanya Omar pagi-pagi sudah berangkat, Luna untuk saat ini mengurangi ativitasnya di luar rumah, mengingat kandungannya yang masih rentan. Kini ia menyibukan diri berselancar di dunia maya , browshing tentang kehamilan, wanita yang semakin cantik itu kini fokus pada kehamilannya, walau janin yang di rahimnya adalah benih Omar dan Dewi, Luna tetap bersemangat dan menjaga kesehatannya.Luna berjalan ke arah jendela ruang tengah yang menghadap ke jalan, tangannya mengusap perut datarnya seraya tersenyum. Pagi itu mentari bersinar dengan cerahnya, hingga angin juga berhembus lembut, sangat menyejukan, tiba-tiba mata Luna tertarik pada sosok wanita yang berdiri di tepat depan jalan, wanita yang menutupi wajahnya dengan masker dan topi serta kaca mata itu seakan sedang mengawasi rumahnya.‘Siapa wanita itu, kenapa ia menatap lama rumah ini,’ batin Luna.Tapi Ketika mereka saling beradu pandang, dengan cepat wanita itu mengal

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 80 Bahagianya

    Luna tersenyum ke arah Omar, keduanya saling tatap dan melempar senyum, kemudian dokter memberi resep obat pada Luna, terutama obat penguat kandungan.“Terima kasih Dokter,” ucap Luna.Lalu Luna dan Omar pun meninggalkan ruangan dengan hati penuh harapan ada janin yang kini tumbuh di rahim Luna.“Kita akan rayakan kehamilanmu Luna, undanglah Mora ke rumah, kita makan malam, aku ingin memberitahukan Mora jika sebentar lagi adiknya akan lahir,” suruh Omar.“Betul Mas..Mora harus tahu kabar gembira ini dari kita, aku harap ia juga akan bahagia dengan kehadiran adiknya,” jawab Luna.Malam itu juga Mora memenuhi undangan Luna dan Omar, gadis kecil itu dijemput oleh sopir Omar. Setelah sampai di rumah mewah dimana sang ibu tinggal, Mora hanya berdecak kagum, melihat betapa mewahnya rumah yang di tempati Luna sekarang.“Selamat datang Mora, Mamah dan Papah Omar sangat senang kamu memenuhi undangan kami,” sapa Omar pada Mora.“Terima kasih Papah Omar,” sahut Mora.Lalu Luna mengajak Mora ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status