Share

Bab 7 Sang Mertua Datang

Penulis: Endah Tanty
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-20 20:15:04

Luna meraih ponsel dan menelpon salah satu temannya dulu di WR Company.

“Hai Lun, ada apa?”

“Ada yang ingin aku tanyakan, apakah Agnes yang sekarang menduduki jabatanku di WR Company?”

“Oh...kamu juga mengenal Agnes, kamu benar  Luna, kamu digantikan oleh Agnes,” jawab staf WR Company.

Luna langsung menutup ponselnya, entah mengapa ia merasakan ada sesuatu yang aneh yang sedang mempermainkan hidupnya.

‘Agnes...ada di WR Company, menggantikan kedudukanku, apa ini kebetulan?’ batin Luna.

Wanita ramping itu, melihat kembali foto di layar ponselnya, matanya tiba-tiba fokus pada gelang yang dipakai Agnes.

‘Hai itu gelang yang sama yang ditemukan mbok Sumi,’ batin Luna.

Luna semakin bingung dengan situasi yang ada dihadapannya, ia berpikir kenapa Imran tidak bercerita tentang Agnes yang bekerja di WR Company dan gelang itu, nyatanya Imran sampai sekarang tidak pernah memberikan gelang itu, lagi pula ukurannya memang pas jika di tangan Agnes.

Luna melamun ia  teringat waktu dulu, pernah mendengar jika Imran menyatakan cinta pada Agnes, tapi Agnes menolaknya. Pikiran Luna semakin kacau. Di saat hati kalut dan pikirannya kacau. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Mbok Sumi secepatnya membukakan pintu.

Ceklek! “Nyonya Amina?” Sumi terkejut melihat wanita tengah baya dengan wajah judesnya tepat berdiri di ambang pintu.

Luna yang mendengar  nama Amina di sebut, langsung keluar kamar.

“Ibu...kenapa tidak kasih kabar jika ibu akan datang, aku bisa jemput di terminal ‘kan?”

“Tidak usah, ibu kemari memang ingin kasih kejutan untuk kalian, dan juga ingin membicarakan sesuatu yang penting,” ucap wanita tengah baya yang bernama Amina, yang merupakan ibu mertua Luna. Wanita itu langsung duduk di sofa tamu.

“Mas Imran, sebentar lagi pulang, ibu makan dulu biar aku siapkan,” tawar Luna.

Baru saja Luna akan beranjak tiba-tiba ibu mertuanya menarik tangannya.

“Duduk saja,  apa kamu tidak bekerja lagi?”

“Sudah satu bulan aku resign, Bu,” jawab Luna.

“Kenapa?”

“Ini keputusan HRD.”

“Jika begitu kasihan Imran, harus banting tulang mencukupi biaya hidup, kamu dan anakmu, apa kamu tak mikir di Jakarta biaya hidup begitu tinggi,” omel wanita semakin terlihat marah dengan wajah yang menegang.

“Mas Imran, sekarang menjabat sebagai manager keuangan Bu, jadi gajinya dua kali lipat, aku rasa bisa memenuhi kebutuhan kami,” jawab Luna.

“Tidak bisa begitu, kamu juga harus bekerja, kelak jika Mora dewasa, ia akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi, apa kamu tak memikirkan biaya pendidikan di perguruan tinggi yang lumayan menguras kantong!” gertak Amina.

Luna mendesah pelan, lalu berucap,” Ibu tak usah khawatir tentang Mora, kami akan berusaha untuk memenuhi semua kebutuhannya.”

“Bagaimana, kamu dan Imran akan memenuhi kebutuhan jika kamu saja tidak bekerja dan enak-enakan di rumah  hanya menghabiskan uang Imran,” Amina, tampak kesal.

Mendengar ucapan sang mertua, Luna hanya terdiam, tapi hatinya mendidih. Sejak menikah pun Luna selalu berusaha bekerja dengan maksud membantu suaminya, supaya tercukupi kebutuhan keluarga, tapi jika saat ini ia tidak bekerja, itu bukan berarti dia menikmati dan bersenang –senang di rumah.

“Jika kamu tak bekerja, kenapa masih memperkerjakan  Mbok Sum, apa kamu tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah, buang–buang duitnya Imran,” gerutu Amina lagi.

“Mbok Sum, sudah seperti keluarga sendiri, sejak Mora lahir, Mbok Sum yang menjaganya, “ sahut Luna.

“Sudah-sudah, jika kamu dalam waktu satu bulan tidak bekerja, pecat saja, Mbok Sum!” perintah  Amina.

“Baik Bu...” Akhirnya Luna mengalah ia tak mau berdebat panjang lebar, toh saat ini dirinya sedang mencari pekerjaan, dan berharap bulan depan sudah mendapatkan pekerjaan.

Amina dengan rasa kecewa mendalam hanya memasang wajah cemberut, sedangkan Luna berusaha memyembunyikan kekesalannya pada ucapan sang mertua.

Sejak menikah ibu mertuanya memang selalu ikut campur tangan terutama soal keuangan.

“Luna , apa KPR  belum lunas?”

“Belum, Bu, kurang  4 bulan bulan lagi.”

“Nah, tahu kebutuhan masih banyak, malah resign,“ umpat Amina.

Wanita tengah baya itu lalu memilih masuk kamar tamu dan beristirahat.

Luna terduduk di kursi makan, menatap sejenak asisten rumah tangga yang telah bersamanya selama 9 tahun, dan bekerja dengan baik.

“Jika Bu Luna,  keberatan saya bekerja di sini, saya berhenti saja,” ucap Sumi.

“Tidak Mbok Sum, aku akan mencari pekerjaan, hanya Mbok Sum, yang bisa menjaga Mora,” jawab Luna.

Malam semakin larut, mobil Imran berhenti di depan rumah, Amina menyambutnya dengan antusias.

“Bu..kenapa dadakan sih datangnya,” ucap Imran.

“Kamu tak senang jika ibumu ini datang,” jawab Amina.

“Bukan begitu, aku tahu jika ibu datang pasti ibu butuh duit ‘kan?”

Amina tersenyum ia bergelayut manja pada putra semata wayangnya.

“Siapa lagi, jika tidak minta padamu, kamu anak satu-satunya ibu, toh nanti semua harta yang ibu punya menjadi milikmu, yang beruntung itu Luna, dia ikut menikmati hartaku kelak, dan sekarang ia enak-enakan tidak  bekerja, dan  membuatmu seperti sapi perah saja,” ucap Amina.

Imran dan Amina kini duduk di sofa, Luna pun membawakan camilan dan minuman untuk  suami dan sang mertua.

“Duduklah Lun, aku ingin menyampaikan sesuatu pada kalian,” suruh Amina.

Perasan Luna menjadi tidak enak, dengan berat hati ia duduk di sofa, dan menatap sang mertua, sedangkan Imran sudah terlihat wajah tegangnya ketika ibunya mulai berbicara.

“Ibu membutuhkan uang, 20 juta,” ucap Amina dengan jelas.

“Untuk apa Bu?” tanya Imran.

“Untuk modal, tanam kebun, tahun ini  gagal panen, jadi ibu perlu modal, dan akan ibu bayar jika ibu  panen lagi,” ucap Amina.

“Aku sudah kasih saran Bu, lebih baik disewakan saja, atau bagi hasil, jadi ibu tak keluar modal,” balas Imran.

“Kamu sekarang ngatur ibu,” Amina terlihat kesal.

“Imran tak punya uang sebanyak itu, Bu..” jawab Imran.

“Lun, kamu punya perhiasan ’kan, pinjamkan ibu dulu,” pinta Amina.

“Perhiasan itu sudah aku jual untuk biaya kuliah Alif,” sahut Luna.

“Haa, jadi adikmu minta di biaya kuliah,” sela Amina sambil tatapannya menajam ke arah Luna.

“Lagi pula, itu perhiasan Luna sendiri yang sebagian  Luna dapatkan dari hasil  kerja Luna sebelum menikah,” jawab Luna.

“Tidak bisa begitu dong Luna, urusan adikmu itu ya  urusan orang tuamu,” sela Amina.

“Mas Imran, kenapa kamu tidak memberikan gelang yang ditemukan mbok Sumi beberapa waktu yang lalu, kamu masih menyimpannya ‘kan?” suruh Luna.

Seketika wajah Imran menjadi pucat.

“Heumm...gelang itu, sebenarnya..” Imran tampak gugup.

“Sebenarnya buat aku ‘kan, nggak apa-apa jika kamu berikan gelang itu pada ibu, jika aku tak salah taksir, gelang itu seharga 10 juta, lumayan ‘kan kekurangannya bisa kamu ambilkan dari tabunganmu,” saran Luna.

Imran semakin pucat, pasalnya gelang itu sudah diberikan pada Agnes.

“Oh...jadi kamu punya gelang yang akan kamu berikan pada Luna, nah sekarang berikan pada ibu, toh Luna sudah mengizinkannya ‘kan?” desak Amina.

“Gelang itu rusak sedikit, jadi aku bawa ke reparasi perhiasan, besok aku akan berikan pada ibu,” jawab Imran ragu.

Luna tersenyum getir, kini ia tahu jika gelang itu memang tidak ada di rumah, dan mungkin benar tebakannya gelang itu diberikan pada Agnes.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   Bab 7 Sang Mertua Datang

    Luna meraih ponsel dan menelpon salah satu temannya dulu di WR Company.“Hai Lun, ada apa?”“Ada yang ingin aku tanyakan, apakah Agnes yang sekarang menduduki jabatanku di WR Company?”“Oh...kamu juga mengenal Agnes, kamu benar Luna, kamu digantikan oleh Agnes,” jawab staf WR Company.Luna langsung menutup ponselnya, entah mengapa ia merasakan ada sesuatu yang aneh yang sedang mempermainkan hidupnya.‘Agnes...ada di WR Company, menggantikan kedudukanku, apa ini kebetulan?’ batin Luna.Wanita ramping itu, melihat kembali foto di layar ponselnya, matanya tiba-tiba fokus pada gelang yang dipakai Agnes.‘Hai itu gelang yang sama yang ditemukan mbok Sumi,’ batin Luna.Luna semakin bingung dengan situasi yang ada dihadapannya, ia berpikir kenapa Imran tidak bercerita tentang Agnes yang bekerja di WR Company dan gelang itu, nyatanya Imran sampai sekarang tidak pernah memberikan gelang itu, lagi pula ukurannya memang pas jika di tangan Agnes.Luna melamun ia teringat waktu dulu, pernah mend

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 6 Ancaman Untuk Imran

    Sementara itu di kamar apartemen setelah melampiaskan hasrat, Imran memeluk Agnes dengan erat.“Nes, dulu aku pernah menyatakan cinta padamu tapi kamu menolak. Dan saat ini, kamu seakan menggilaiku. Kenapa? Apa tidak ada pria yang mau denganmu?” ucap Imran sambil tertawa kecil.“Wanita seperti aku tidak laku? Mana mungkin!” sahut Agnes. “Aku sudah menolak lebih dari 10 lelaki yang mengajakku menikah dan memilihmu.”“Aku tersanjung, Agnes. Akhirnya gadis yang kutaksir kini berada di pelukanku dan memberikan cinta.” Imran berkali-kali mengecup bibir Agnes.Setelah itu, Imran bangkit dan menuju kamar mandi. Sedangkan Agnes masih menutupi tubuhnya dengan selimut sambil bermain ponsel.Senyum merekah di bibirnya, merasa puas setiap kali bercinta dengan Imran.Tak lama Imran keluar dari kamar mandi memakai handuk sebatas pinggang.“Menginaplah di sini,” pinta Agnes dengan suaranya yang manja.“Tidak bisa, Luna nanti curiga. Aku tidak mau hubungan kita diketahui Luna, setidaknya untuk saat i

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 5 Hubungan Gelap Mulai Tercium

    Sementara itu WR Company, di sebuah ruang meeting seorang wanita mengamati satu persatu staf yang sudah duduk di kursi masing-masing. Pandanganya terhenti pada sosok wanita yang tampak asing.“Kamu staf baru?” tanya Ina—direktur utama perusahaan.“Iya, Bu, saya baru bergabung dua minggu ini,” jawab Agnes dengan rasa percaya diri. “Nama saya Agnes.”“Oke, Agnes. Semoga kamu bisa bekerja dengan baik dengan tim operasional,” sahut Ina, lalu tatapannya mengedar seakan mencari seseorang.“Di mana Luna? Kenapa dia belum hadir?” tanya wanita itu lagi.“Bu Luna sudah resign, Bu. Agnes yang menggantikan,” jawab salah satu staf.Seketika Ina terkejut. “Luna resign? Kenapa HRD tidak memberitahuku?”Semua tertunduk, tidak berani membalas tatapan Ina yang kini terlihat kecewa. Ada kilatan amarah di wajahnya yang tidak lagi muda.Mereka semua tahu bahwa Luna adalah staf terbaik yang sangat dibanggakan oleh sang direktur utama. Wajar saja wanita itu terkejut dengan berita pengunduran diri Luna.Agne

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 4 Perasaan Aneh

    Di sebuah rumah sederhana dengan desain kuno, Luna tampak sedih menatap ibunya yang terbaring lemah di tempat tidur.“Ibu harus banyak istirahat, kata dokter obatnya harus habis,” ucap Luna khawatir.“Iya, Lun,” sahut ibunya lemah. “Apa kamu izin tidak masuk kerja?”“Aku sudah resign Bu…”“Kenapa?” wanita renta itu bertanya sambil terbatuk-batuk.“Perusahaan tidak menginginkan suami istri ada dalam satu perusahaan, jadi Luna yang mengalah keluar. Ibu tak usah khawatir, aku tetap akan membantu biaya pengobatan ibu,” jelas Luna sambil tersenyum, menutupi kegelisahannya mengenai biaya pengobatan ibunya.“Syukurlah, jadi kamu bisa lebih fokus menemani Mora di rumah,” jawab sang ibu.Luna mengangguk, lalu keluar kamar.“Aku mendengar percakapan Mbak Luna dengan ibu. Sayang sekali harus keluar,” ucap Alif, adik Luna.“Ini bukan keinginanku, Lif. Kalau perusahaan tidak menginginkan keberadaanku, apa yang bisa aku perbuat?”Alif mendengus. “Lalu bagaimana dengan biaya kuliahku Mbak? Apa Mas I

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 3 Hubungan Terlarang Imran dan Agnes

    “Papa! Papa sudah pulang,” seru Mora menghampiri ayahnya sambil tersenyum lebar. “Mora senang Papa pulang sore ini.”Imran terkekeh, lalu meraih tubuh mungil putrinya. “Papa ingin jalan-jalan denganmu, Nak.”“Hore! Ayo telepon Mama biar cepat pulang dan ikut kita jalan-jalan,” pinta Mora antusias.“Tidak, Mora. Mama masih sibuk, kita pergi berdua saja, bagaimana?”“Oke!”Imran membawa putrinya naik ke mobil, lalu melaju pelan meninggalkan kediaman mereka.Beberapa menit kemudian, Luna sampai di rumah. Ia mendapat pesan dari Imran yang mengatakan bahwa dirinya dan Mora pergi jalan-jalan dan makan malam di luar.Setelah membaca pesan dari suaminya, Luna menjadi kecewa sekaligus heran.Akhir-akhir ini, suaminya sering memberi perhatian lebih pada Mora. Luna tahu Imran memang ayah yang baik. Ia sangat sayang pada putri mereka, semua keperluan Mora selalu diperhatikannya.Hanya saja, belakangan ini Imran sangat sibuk. Tapi entah bagaimana ia selalu punya waktu untuk Mora.Luna menggelengka

  • LUKA HATI WANITA YANG KAU SIA-SIAKAN   BAB 2 Misteri Sebuah Gelang

    Luna duduk di sofa ruang tamu, tangannya sibuk menggulir laman sebuah situs lowongan pekerjaan.Berkali-kali ia menghela napas karena tidak menemukan pekerjaan yang sesuai.Lama-lama, Luna merasa bosan, apalagi anaknya tak mau dijemput.“Anak jaman sekarang gengsinya minta ampun,” gumam wanita itu.Tak lama, ia mendengar sebuah mobil berhenti di depan pagar rumahnya. Luna mengintip dari balik jendela, dan terheran saat melihat mobil suaminya.Ia melihat anaknya keluar dari dalam mobil. Luna bergegas keluar rumah, tapi belum sempat membuka pagar, mobil telah melaju pergi.“Daah, Papa!” seru Mora sambil melambaikan tangannya.“Mora, kamu dijemput Papa?” tanya Luna begitu pintu pagar besi itu dibukanya.“Iya, Ma. Aku senang kalau yang jemput Papa, soalnya bawa mobil keren,” jawab anak itu sambil tersenyum semringah.“Mora, Mama tidak senang kalau kamu berbicara seperti itu. Jangan terlalu terpukau dengan kemewahan, sayang, itu tidak baik,” nasehat Luna pada putri kecilnya itu.“Teman Mor

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status