Freya masuk ke pesta. Mencari kakeknya yang juga menghadiri pesta. Sebenarnya Freya malas sekali. Apalagi dia tidak mengenal orang-orang di dalam pesta. Langkahnya terus dia ayunkan. Menyapu pandangan mencari beradaan kakeknya.
“Frey ….”Mendengar namanya dipanggil, membuat Freya menoleh. Tampak Al yang tampil gagah dengan setelan jasnya, mengayunkan langkahnya menghampiri Freya.“Kak Al di sini juga?” tanya Freya yang terkejut melihat Al.“Iya, aku diundang juga karena perusahanku bekerja sama dengan perusahaanmu.”Freya hanya mengangguk-angguk. Dia juga tidak tahu persis pemilik acara, karena kakeknya tidak menjelaskan detail.“Mana El?” tanya Al yang tidak melihat saudaranya datang.“El ke London hari ini, Kak.”Al terkejut dengan yang diucapkan oleh Freya. Dia tidak tahu jika saudaranya itu sedang pergi ke luar negeri. “Kamu tidak ikut?” tanyanya penasaran.“Aku akan berangkat besok lusa sSore ini sesuai janji, El dan Noah bertemu di tea house. Menikmati kudapan dan teh di sore hari memang memberikan sensasi berbeda. Selalu menciptakan ketenangan tersendiri. El selalu suka aroma teh. Selalu menangkan. “Jadi besok aku harus datang pagi?” tanya El malas. “Iya, dan kamu harus tampil keren besok.” “Aku sudah keren. Buktinya aku sudah laku.” El melirik malas pada temannya itu. “Kenapa harus bawa-bawa laku dan tidak?” Noah mendengus kesal, kemudian menyesap teh miliknya. “Cepatlah menikah!” “Aku ingin mencari seperti Freya saja.” “Maksudmu?” tanya El membulatkan matanya. Memasang mode siap-siap untuk Noah jika sampai menyukai istrinya. “Maksudku yang suci. Yang belum disentuh.” El memutar bola matanya malas. “Sadarlah jika kamu juga tidak suci.” “Kata orang sebrengsek apa seorang pria akan mencari wanita baik-baik untuk menjadi ibu dari anak-anaknya.” Noah tertawa mengatakan
“Ada apa Shera menghubungimu malam-malam?” tanya Freya seraya menekuk bibirnya. Semalam dia sudah mengantuk sekali setelah kegiatan panjangnya bersama El. Namun, sayup-sayup terdengar suara El yang berbicara. “Dia menanyakan nomor Al.” El yang menikmati sarapan memasukkan makanan ke dalam mulutnya. “Kak Al? Untuk apa dia meminta nomor Kak Al?” Dahi Shera berkerut dalam. Merasa heran dengan permintaan Shera yang meminta nomor Al. “Mana aku tahu.” El menaikkan bahunya tanda dia tidak tahu. Lagi pula bukan urusannya untuk bertanya untuk apa Shera meminta nomor Al. Apalagi semalam dia terlalu lelah dan memilih untuk segera istirahat. “Kak … Kakak ….” Suara Cia berteriak dari kamar. Dia berlari menghampiri El dan Freya yang sedang asyik menikmati sarapan. El dan Freya terkejut melihat Cia yang berlari-lari sambil memanggil mereka. Adiknya itu terlihat sangat panik ketika menghampiri. “Kenapa lari-lari?” tanya Freya menatap adik
Angin berembus menerpa pepohonan membuat beberapa daun berguguran. Jalanan yang tertutup dedaunan yang mengering tampak indah saat dilalui. El dan Freya berjalan menyusuri jalanan kota London.Pemandangan kota London begitu indah. Pepohonan dengan daun yang menguning, memberikan warna yang cantik. Rencananya mereka akan ke taman Hyde Park untuk menikmati indahnya pemandangan indah di musim gugur ini di taman terbesar di London. Mereka sengaja berangkat pagi. Berharap mendapatkan kehangatan matahari. Mengingat musim gugur, udara tetap terasa dingin.Cahaya matahari yang menerpa kulit begitu menghangatkan. Kehangatan itu bertambah ketika dua insan saling bergandengan tangan. Seperti halnya yang dilakukan oleh El dan Freya. Tangan yang saling bertautan memberikan kehangatan tersendiri. “Lihatlah.” Freya menunjuk ke gerombolan angsa yang indah sekali berenang di danau. Terlihat indah sekali. El tersenyum melihat wajah Freya yang dihiasi se
Hari ini mereka kembali beraktivitas. Perjalanan jalan-jalan mereka yang menyenangkan, memberikan energi baru untuk mereka menjalankan aktivitas kembali. Pagi-pagi sekali mereka sudah bangun dengan semangat. Bersiap untuk hari pertama bekerja.“Sebaiknya oleh-olehnya kita bawa saja sekalian. Nanti pulang kita bisa mampir untuk memberikan pada mereka semua.” Freya sibuk menyusun paper bag yang berisi oleh-oleh yang dibelinya kemarin. “Iya, nanti kita ke sana dan sebaiknya kita menginap saja. Karena pasti mereka akan mengajak mengobrol kita.” Freya membenarkan ucapan suaminya. Apalagi sudah pasti para orang tua ingin tahu kabar anak-anak mereka di sana. “Baiklah, kita akan menginap saja di sana. Agar puas bisa saling bercerita.” El mengangguk. Kemudian melanjutkan kembali bersiap untuk berangkat bekerja. Seperti biasa, El mengantarkan istrinya itu untuk ke kantor. Sepanjang jalan mereka membahas tentang pekerjaan. Bagi Freya kini dia pu
Mobil melaju dengan cepat, membelah kemacetan di pagi hari. Wajah El sudah panik melihat istrinya yang pingsan. Sesekali pandangannya beralih dari jalanan ke arah istrinya. Memastikan jika siapa tahu istrinya ada pergerakan. Mobil memasuki area Rumah sakit. Berhenti tepat di depan UGD. El bergegas turun dan menuju ke kursi sebelah. Tangannya langsung menangkup tubuh istrinya yang terkulai lemas. Perawat yang datang dengan membawa brankar, meminta El untuk meletakkan Freya di atas ranjang bangkar.Dengan setia El menemani Freya menuju ke ruang UGD. Para perawat langsung melakukan beberapa tindakan sambil menunggu dokter datang. Memasang jarum infus agar dapat memasukan cairan infus ke dalam tubuh Freya. Perawat juga mengecek keadaan detak nadi dan tekanan dari Freya. Tubuh Freya yang lemas membuat Freya masih tak sadarkan diri. Sesaat kemudian, dokter datang dan mengecek keadaan Freya. “Tadi saya pikir dia tidur, tetapi ternyata dia pi
El menunggu Freya dengan setia di sampingnya. Tak melepas pandangannya barang sedikit pun. Saat mendapati tangan istrinya yang sedari tadi, dia pegang bergerak, El tersenyum. Pemandangan pertama yang dilihat Freya adalah senyuman manis khas El. Senyuman yang selalu membuatnya jatuh cinta. “Apa tubuhmu masih lemas?” tanya El menatap lekat istrinya yang begitu dia cintai.“Aku sudah jauh lebih baik.” Walaupun wajahnya masih terlihat pucat, Freya masih bisa tersenyum. Senyumannya masih seperti biasa, terlihat sangat cantik. “Tadi perawat membawakan makan saat kamu tidur, jadi sekarang makanlah, agar kamu cepat kuat.” Mendapati perhatian suaminya sudah biasa untuk Freya, tetapi kali ini rasanya berbeda. Suaminya itu jauh lebih perhatian dari biasanya. El mengambil makanan yang disediakan rumah sakit. Menyuapi istrinya dengan telaten. Freya memang tidak merasakan mual. Dia hanya lemas saja dan pusing. Jadi dia masih bisa menerima
“Bisakah aku bicara dengan Freya berdua.” Kakek Theo memandang El yang berdiri tepat di samping Freya. Kalimat permintaannya terdengar biasa, tetapi penuh penekanan dan seolah tak terbantahkan. El ragu. Netranya beralih pada istrinya. Bertanya dengan isyarat mata. Anggukan dari Freya menandakan tidak apa-apa jika suaminya itu keluar. Meyakinkan dengan senyuman tipis jika dia akan baik-baik saja. “Aku akan tunggu di luar.” El membelai wajah istrinya sebelum keluar. Kemudian mengayunkan langkahnya keluar ruang rawat. Sesekali El masih menoleh pada Freya. Masih sedikit ragu dengan istrinya itu. Takut Kakek Theo melakukan hal yang buruk pada istrinya. Tepat saat menutup pintu. El berharap. Istrinya akan baik-baik saja. “Apa yang ingin Kakek bicarakan?” Tanpa berlama-lama Freya langsung bertanya. Tak berbasa-basi terlebih dahulu. “Aku sudah bilang untuk menunda kehamilanmu, tetapi kenapa kamu justru mengabaikannya.” Mata yang sudah mulai di kelilin
“Kamu yakin akan bekerja?” tanya El memastikan kembali pada istrinya. Istrinya yang pagi-pagi bangun, bersiap untuk ke kantor. Membuat El keheranan dan bertanya. Ternyata istrinya berniat untuk berangkat bekerja. “Iya.” Freya tersenyum manis. Tubuhnya yang sudah jauh lebih segar membuatnya ingin merasakan kembali beraktivitas. Dua hari di Rumah sakit membuatnya sangat bosan. “Baiklah, kamu harus menjaga dirimu. Jangan terlalu lelah. Nanti siang, aku akan ke kantor untuk menemani makan.” El memberikan peringatan penuh untuk istrinya dan berbalas pelukan dari sang istri. Setelah sarapan pagi, mereka menuju ke kantor. Sepanjang jalan Freya dan El bercerita tentang kehamilan Freya. Dia tidak merasakan mual sama sekali seperti yang terjadi pada ibu hamil lainnya. Membuatnya menjadi ragu, apakah dia benar-benar hamil atau tidak. El meyakinkan istrinya, jika mungkin karena usianya masih dini jadi belum membuatnya mual. Freya pun mengiyakan apa yang d