Beranda / Pendekar / Lahirnya Legenda Ksatria Abadi / Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA

Share

Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA

Penulis: MN Rohmadi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-02 15:58:59

Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA

        Waktu berlalu secepat angin yang berhembus jika tidak dinanti, akan tetapi akan terasa sangat lambat ketika waktu di tunggui.

       Sepuluh  tahun berlalu sejak tragedi di desa Waru dan kehancuran di seluruh dunia sejak keonaran yang dibuat para golongan hitam.

       Saat ini dunia sudah kembali tertata, meskipun tidak kembali seperti sebelumnya.

       Karena penguasa dunia ini pada saat ini adalah para penguasa dari golongan hitam, bahkan raja-raja dari berbagai negeri juga sudah ditaklukkan oleh para pendekar golongan hitam yang sangat kuat.

      Meskipun tidak ada penyebaran dan pembantaian seperti sepuluh tahun yang lalu, akan tetapi ketenangan penduduk sudah terbiasa karenanya.

      Akan tetapi kejahatan seperti perampokan, perdagangan budak dan kejahatan lainnya masih saja berlangsung.

       Dunia sekarang kembali ke hukum rimba, siapa yang kuat maka dia akan bisa melindungi kelompoknya, dan siapa yang lemah akan dibantai serta para wanitanya akan di rudapaksa dan dijual sebagai barang dagangan.

        Hujan saat ini sedang turun dengan sangat lebatnya, seakan langit sedang menangis, menangisi ulah manusia yang senantiasa berbuat angkara di muka bumi ini.

        Malam sangat gelap di hutan Mentaok yang masih dipenuhi pepohonan tinggi dan menjulang.

        Di tengah hutan terlihat ada sekumpulan tenda dan kereta kuda yang terparkir mengelilingi api unggun yang sudah padam. oleh siraman air hujan.

      “Ha ha ha ha… sepertinya malam ini kita akan berpesta, ha ha ha ha….”

       Keheningan malam seketika di terusik oleh suara tawa yang menggema di dalam hutan yang sedang diguyur hujan lebat.

       Suara tawa yang entah datang dari mana tentu saja mengejutkan rombongan saudagar yang sedang beristirahat di tengah hutan Mentaok ini.

       Para pendekar yang disewa untuk menjaga dan mengawal perjalanan rombongan saudagar ini, seketika langsung berdiri sambil menggenggam gagang golok di pinggang mereka.

      “Semuanya bersiap, sepertinya kita mendapat serangan,” terdengar suara seseorang dari salah satu tenda yang memberi perintah kepada para pendekar pengawal rombongan pedagang ini.

        Para pendekar ini sebelumnya sudah pernah mendapatkan kabar, kalau di dalam hutan Mentaok ada gerombolan perampok yang sangat sadis dan suka menjarah siapapun yang melewati hutan ini.

        Rombongan kereta ini merupakan rombongan saudagar Atmaja yang berasal dari kota Kutowinangun yang merupakan ibukota kadipaten.

       Di dalam rombongan ini, selain Juragan Atmaja sebagai pemilik semua kereta kuda. Di salah satu kereta kuda ikut bersama dirinya Nimas Ayunina yang merupakan anak gadisnya.

       Nimas Ayunina mempunyai wajah yang sangat cantik dengan kulit kuning langsat khas keluarga bangsawan di tanah Jawadwipa dan mempunyai postur tubuh yang indah pula.

        Rambutnya yang hitam dan matanya yang bulat dan jernih, membuat setiap bangsawan muda tergila-gila padanya.

       Nimas Ayunina sendiri sudah dilamar oleh Raden Mas Wijoyo kusumo yang merupakan putra selir dari Raja Angling Kusumo penguasa kerajaan Madangkara.

        Saat ini saudagar Atmaja sedang mengantarkan anak gadisnya menuju kerajaan Madangkara untuk menemui Raden Mas Wijoyo Kusumo.

       Sebenarnya dari pihak kerajaan sudah mengirimkan seorang orang utusan dan lima prajurit untuk menjemput Nimas Ayunina, yang saat ini ikut mengawal rombongan ini.

       Karena perjalanan menuju kota raja Madangkara harus melewati hutan Mentaok yang terkenal angker dan dikuasai oleh gerombolan perampok warok Buto Kolo.

       Sehingga juragan Atmaja menyewa puluhan pendekar bayaran untuk mengawal perjalanan mereka.

       Nimas Ayunina sendiri saat ini berada di kereta kuda yang paling mewah kiriman Raden Mas Wijoyo Kusumo.

       Saat mendengar suara tawa yang mengerikan itu, Nimas Ayunina dan ayahnya Juragan Atmaja sudah tertidur didalam kereta kuda, mereka berdua langsung terbangun dan tampak waspada.

   Kereta kuda yang di tumpangi Nimas Ayunina cukuplah besar dan bisa untuk tiduran, sehingga Nimas Ayunina tidak perlu tidur di tenda.

       Demikian juga dengan kereta kuda yang di tumpangi Juragan Atmaja, meskipun kereta kudanya tidak semewah kereta kuda yang ditumpangi Ayunina, akan tetapi kereta kudanya juga cukup luas dan bisa untuk tidur juga.

       Hujan masih turun dengan lebatnya dan kilat juga masih menyambar-nyambar seakan langit sedang murka dan bersedih dengan apa yang akan terjadi di hutan Mentaok ini.

       Para Prajurit dan Pendekar yang mengawal rombongan Juragan Atmaja segera keluar dari dalam tenda, dengan golok dan pedang di tangan, mereka segera berlari ke arah kereta kuda yang berisi Nimas Ayunina dan Juragan Atmaja.     

       Begitu para prajurit dan pendekar bayaran sudah siaga di sekeliling kereta kuda Nimas Ayunina dan Juragan Atmaja, puluhan bayangan hitam terlihat berloncatan dari dahan pohon.

       Sosok-sosok kekar dengan pakaian serba hitam bermunculan satu persatu seperti hantu hutan Mentaok.

       Seketika ada ratusan pria dengan tampak sangar sudah mengepung rombongan kereta Juragan Atmaja.

       Ciri khas gerombolan perampok Warok Buto Kolo adalah kumisnya yang tebal dan panjang melintang, dengan pakaian serba hitam dan gelang akar bahar di tangan mereka.

        Pandangan mata para warok ini sangatlah tajam dan buas, seakan mereka bukanlah manusia.

       Benar, sebelumnya mereka adalah gerombolan perampok yang tidak terlalu kuat, akan tetapi sejak sepuluh tahun yang lalu, mereka mempunyai fisik dan kekuatan yang sangat mengagumkan.

        Sejak sepuluh tahun yang lalu pula, gerombolan perampok Warok Buto Kolo ini berani mengikrarkan diri sebagai penguasa hutan Mentaok.

       “Ha ha ha ha… ternyata hari ini kita sedang mujur. Lihatlah kereta yang indah itu, pasti di dalam kereta itu ada harta benda yang sangat berharga!”

       “Ha ha ha ha…. betul sekali, kita sudah lama tidak mendapatkan jarahan. Sekarang meskipun hujan, sepertinya sang Raja Iblis Angkara telah mengasihi kita dengan dikirimnya mereka untuk menjadi mangsa kita!”

      “Ha ha h ha…..”

      “Ha ha ha ha….”

Suara tawa dari ratusan perampok seketika memenuhi hutan Mentaok, seakan suara mereka sedang bersaing dengan derasnya hujan saat ini.

      “Semuanya waspada, siapapun yang berusaha mendekati kereta kuda langsung kita habisi,” perintah salah satu prajurit yang sepertinya adalah seorang senopati muda atau perwira muda.

      “Siap Senopati,” semua orang segera menyerukan kesiapan mereka.

      “Kalian para prajurit dan pendekar lemah, kalau sayang dengan nyawa kalian maka pergi dan tinggalkan semua kereta kuda ini!” terdengar suara serak dan sedikit parau memberi perintah kepada para prajurit dan pendekar yang mengawal rombongan juragan Atmaja untuk pergi.

       Bukan nya menuruti perintah perampok itu, Senopati muda segera balas menjawab, “Sebaiknya kalian yang segera pergi, apa kalian tidak tahu siapa kami? Kami adalah utusan dari kerajaan Madangkara penguasa wilayah ini!”

      “Ha ha ha ha… Penguasa wilayah ini katamu? Ha ha ha ha… penguasa wilayah ini adalah aku Warok Buto Kolo, ha ha ha ha….”

     “Raja kalian yang lemah itu, mana berani berhadapan denganku. Buktinya selama ini tidak ada prajurit yang datang mengusir kami, ha ha ha ha…”

       “Ha ha ha ha….”

Tawa Warok Buto Kolo terdengar menggema di penuhi dengan nada ejekan kepada raja mereka.

         Para prajurit seketika memucat dan amarahnya tidak bisa ditahan lagi, ketika mendengar junjungan mereka diejek Warok Buto Kolo dan anak buahnya.

        Mereka memang sudah tahu, kalau gerombolan Warok Buto Kolo ini mempunyai ilmu kebal.

        Setiap anggota perampok Warok Buto Kolo tidak mempan bacokan maupun tusukan pedang maupun tombak.

        Sebenarnya Raja Angling Kusumo pernah mengirim ratusan prajurit yang menyamar sebagai rombongan saudagar dan sengaja mendatangi hutan Mentaok ini.

        Akan tetapi dari seratus orang prajurit hanya tersisa lima orang saja yang berhasil kabur dan melaporkan kejadian ini kepada Raja Angling Kusumo.

        Sejak saat itu, pihak kerajaan tidak berani mengusik Warok Buto Kolo lagi.

        Saat ini Senopati muda dan yang lainnya hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk bisa menyelamatkan Nimas Ayunina, sebagai pilihan pertama untuk diselamatkan jika keadaan tidak memungkinkan untuk selamat.

       “Kamu, nanti bawa kabur Nimas Ayunina jika kita sudah terdesak, saya akan berusaha melindungi kalian,” kata Senopati muda kepada salah satu prajurit kepercayaannya.

       “Baik, Senopati,” balas prajurit dengan wajah tegas.

        Semua prajurit dan pendekar bayaran tampak tegang, ketika ada ratusan perampok mengepung mereka.

       Terdengar suara perintah Warok Buto Kolo dikumandangkan menembus gemuruh hujan yang masih turun dengan lebatnya.

       “Semuanya serbu, jarah semua kereta kuda itu dan habisi para prajurit yang mengawalnya!” 

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sitie khotimah
Nimas ayunina. siapakah dia
goodnovel comment avatar
MN Rohmadi
Jangan lupa masukkan novel ini ke daftar Pustaka anda, agar bisa membaca kelanjutannya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 7. JERITAN KEMATIAN WAROK BUTO KOLO

    Bab 7. JERITAN KEMATIAN WAROK BUTO KOLO Krak…! Sekali lagi terdengar suara tulang patah, suara ini menyerupai suara bambu yang ditekuk dengan paksa dan begitu nyaring. Saking nyaringnya suara tulang patah ini, membuat telinga siapa saja yang mendengarnya langsung bergidik ngeri. “Argh… sialan kamu kampret… ! “ maki Warok Buto Kolo dengan wajah dipenuhi ekspresi kesakitan bercampur dengan kemarahan. Mendengar makian Warok Buto Kolo, ekspresi wajah Jaka Tole tetap datar seakan makian pentolan perampok itu hanya angin lalu. Setelah menghancurkan kaki Warok Buto Kolo, Jaka Tole melepaskan pegangan pada tangan Warok itu. Bruk… Tubuh Warok Buto Kolo terjatuh di lantai ubin batu, begitu Jaka Tole melepaskan cengkraman pada tangannya. Tatapan mata Jaka Tole langsung berubah sangat tajam, ketika mendengar makian pentolan perampok ini. Dengan santainya pemuda berpenampilan aneh ini, segera mengangkat kakin

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO

    Bab 6. MENGHUKUM WAROK BUTO KOLO “Kamu ingin tahu siapa saya? Sebaiknya kamu tanyakan kepada Malaikat maut yang akan menjemputmu,” kata Jaka Tole dengan nada bercanda sambil tersenyum mengejek. “Kurang ajar, kalian tangkap orang gila ini dan siksa dia untuk mengaku siapa dia.” “Baik ketua…!” teriak lima orang berbadan kekar yang menjadi komandan pasukan gerombolan perampok ini. Jaka Tole yang melihat ada lima orang berbadan kekar, menghampirinya tampak cuek, ekspresi wajahnya sama sekali tidak terlihat takut maupun panik. “Kenapa hanya lima yang minta dikirim menemui Malaikat maut? Sebaiknya kalian semua menangkapku kalau bisa, he he he he….” ejek Jaka Tole sambil menyeringai dengan ekspresi menghina. “Brengsek, dasar kecoa. Terima ini…!” teriak salah satu warok sambil menyabetkan golok besar di tangannya ke arah Jaka Tole. Melihat ada golok besar berkelebat kearahnya, ekspresi wajah Jaka Tole tidak berubah. Mana mungki

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 5. MENYATRONI MARKAS PERAMPOK

    Bab 5. MENYATRONI MARKAS PERAMPOK Tidak berapa lama pria misterius itu sudah kembali dengan dua ekor ayam hutan yang sudah dibersihkan bulu dan isinya dengan air hujan. “Siapa itu?!” kata Nimas Ayunina saat melihat bayangan orang memasuki gua tempat dia berada. Sepertinya dia belum sadar, kalau dia saat ini sedang berada didalam gua milik orang lain. “Ini saya,” kata pria misterius itu sambil melangkah masuk kebagian dalam gua. Rasa panik Nimas Ayunina seketika menghilang ketika mendengar suara dan penampilan orang yang baru saja masuk kedalam gua dengan dua ekor ayam hutan di tangannya. Sekarang dia baru tersadar, kalau sedari tadi pria misterius itu belum masuk ke dalam gua. Kemudian Nimas Ayunina melihat pria yang penampilannya sangat aneh ini mulai menusuk kedua ayam hutan itu dengan ranting, kemudian menggantungnya di atas api unggun. Kriuk… kriuk… Tak lama kemudian bau harum dari ayam bakar diatas api unggun mulai tercium seb

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 4. PRIA MISTERIUS

    Bab 4. PRIA MISTERIUS Ekspresi ketakutan tidak bisa disembunyikan dari wajah Nimas Ayunina, siapa orangnya yang tidak ketakutan, jika saat sedang berlari dari kejaran para perampok tiba-tiba menabrak sesosok tubuh yang mempunyai tampilan kacau.*** “Wanita? Bagaimana bisa, didalam hutan yang sangat lebat seperti ini ada wanita di dalam hutan,” kata manusia yang baru saja ditabrak Nimas Ayunina. Meskipun suara manusia yang ditabraknya tidak terlalu keras, akan tetapi Nimas Ayunina masih bisa mendengarnya. Ternyata manusia yang ditabraknya adalah seorang manusia dan dari nada suaranya terlihat masih muda. Hal ini tentu saja membuatnya semakin ketakutan,siapa yang tidak takut, saat dia sedang melarikan diri dari para perampok, kini dia malah bertemu dengan orang yang tidak jelas jati dirinya. “Kenapa kamu berada di dalam hutan, malam-malam begini? Dimana rumahmu?” kata pria yang ditabrak Nimas Ayunina alih-alih menjawab pertanyaannya. “Pergi! Pergi!

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 3. PUTRI JADI PELAMPIASAN NAFSU

    Bab 3. PUTRI JADI PELAMPIASAN NAFSUSepertinya ini bukanlah pertarungan akan tetapi lebih tepat jika disebut sebagai pembantaian.Karena para prajurit dan pendekar bayaran itu seperti pohon pisang yang bisa di tebas dengan sangat mudah oleh anak buah Warok Buto Kolo.Serangan para prajurit dan pendekar bayaran yang mengenai tubuh anak buah Warok Buto Kolo dibiarkan saja, mereka malah tertawa terbahak-bahak ketika sabetan serta tusukan para prajurit dan pendekar itu mengenai tubuh mereka.Dan saat para prajurit dan pendekar itu tertegun, sabetan golok para perampok menebas leher mereka.Kepala yang tertebas dan perut yang terburai langsung menghiasi hutan Mentaok.Darah segar bercampur dengan air hujan seketika membuat tanah di bawah kereta kuda berubah merah.Hanya dalam hitungan menit, semua pengawal juragan Atmaja sudah binasa di tebas golok dan pedang para perampok. Nimas Ayunina dan Juragan Atmaja yang bersembunyi di dalam kereta kuda tampak panik, saat mendengar teriakan k

  • Lahirnya Legenda Ksatria Abadi   Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA

    Bab 2. PENYERGAPAN TAK TERDUGA Waktu berlalu secepat angin yang berhembus jika tidak dinanti, akan tetapi akan terasa sangat lambat ketika waktu di tunggui. Sepuluh tahun berlalu sejak tragedi di desa Waru dan kehancuran di seluruh dunia sejak keonaran yang dibuat para golongan hitam. Saat ini dunia sudah kembali tertata, meskipun tidak kembali seperti sebelumnya. Karena penguasa dunia ini pada saat ini adalah para penguasa dari golongan hitam, bahkan raja-raja dari berbagai negeri juga sudah ditaklukkan oleh para pendekar golongan hitam yang sangat kuat. Meskipun tidak ada penyebaran dan pembantaian seperti sepuluh tahun yang lalu, akan tetapi ketenangan penduduk sudah terbiasa karenanya. Akan tetapi kejahatan seperti perampokan, perdagangan budak dan kejahatan lainnya masih saja berlangsung. Dunia sekarang kembali ke hukum rimba, siapa yang kuat maka dia akan bisa melindungi kelompoknya, dan siapa yang lemah akan dibantai serta para w

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status