Share

02

“Jijik tau nggak liat muka kamu kayak tadi.” Ucap Laras sambil menjauhkan muka Damar dengan telunjuknya. Seperti menjauhkan seonggok Sampah bukan? Ya memang kalo sudah berhadapan dengan muka memelas Damar Laras akan seperti itu. Terserah sang pemilik muka tersinggung atau tidak, yang pasti itulah yang Laras lakukan sekarang.

“Ish padahal ini muka udah imut tau, kamu nya aja yang kayak gini.” Ucap Damar lalu membenarkan posisi duduknya di samping Laras

“Memangnya tiap Damar keluarin muka kayak tadi Laras selalu iba? Nggak ya, jijik tau liat muka Damar kayak tadi.” Ucap Laras sambil kembali mengecek hp nya

“Hm iya-iya Damar tau.” Ucap Damar sedikit nada sebal

“Jangan ngambek, udah ayo pulang. Udah sore soalnya.” Ucap Laras sambil menunjukkan jam tangan yang menunjukkan pukul 16:30

“Iya-iya nggak ngambek kok, yaudah ayo pulang.” Ucap Damar lalu bangkit dan menggandeng tangan Laras

“Mau kemana?.” Ucap Laras saat tangannya di gandeng

“Pulang lah sayang, masa diam saja di sini.” Ucap Damar sambil melihat ke arah Laras

“Laras pulang sama Damar?.” Tanya Laras

“Iyalah sayang, ayo pulang. Lagian kan kos an Laras satu arah sama kos an damar.” Ucap Damar lalu menarik tangan Laras

“Ayok pulang.” Ucap Damar sambil melihat ke arah Laras

“Heum iya ya, Laras lupa. Yaudah ayo pulang.” Ucap Laras lalu mengikuti Damar dari belakang

“Ini pake, takutnya kenapa-napa di jalan.” Ucap Damar sambil memberikan helm ke Laras

“Eoh, makasih.” Ucap Laras lalu mengambil helm tersebut dan tersenyum manis, lalu memakai helmnya

“Sudah siap?.” Tanya Damar yang sudah siap mengendarai motor

“Sudah.” Ucap Laras lalu memeluk pinggang Damar. Bukan bermaksud ganjen atau gimana, memang sudah biasa kalo naik motor sama Damar pegangannya seperti ini. Jadi istilahnya sudah menjadi kebiasaan mereka berdua.

Lalu setelah itu, Damar dan Laras pun pulang ke kos an nya masing-masing.

Ke esokanya, Laras yang asik makan di kantin buat sarapan pun sedikit tergantung dengan kedatangan kakak seniornya.

Laras yang sedang sarapan pun merasa sedikit risih karena dari tadi terus diperhatikan oleh sang kakak senior.

“M,maaf kak. Jangan liat muka Laras seperti itu bisa?.” Tanya Laras agak sedikit ragu dan terus menundukkan kepalanya

“Tidak, muka kamu begitu cantik sayang kalo di lewatkan begitu saja.” Ucap sang kakak senior lalu dengan tidak sopan nya mencolek pipi Laras

Laras pun yang terganggu menghindari niatan sang kakak senior yang hendak mencolek pipi ya tadi. Enak aja main asal colek coleh, di kira sambel apa main asal colek

“M,maaf kak, jangan lancang ya sama saya.” Ucap Laras sedikit memberanikan diri untuk melawan sang kakak senior

Sang kakak senior tidak meng acuhkan perkataan Laras, Dan terus saja melakukan aksinya.

Karena Laras geram dan risih dengan kelakuan seniornya ini, maka dengan berani Laras berdiri dan memukul pipi senior tersebut.

“Jangan kurang ajar ya, walaupun saya wanita bukan berarti saya tidak bisa melawan.” Ucap Laras penuh penekanan

“Ouh berani juga kamu.” Ucap senior tersebut dan hendak memukul pipi Laras sebelum Banyu sang senior datang menahan tangan senior tadi.

“Berani jangan sama cewek, kalo berani sini lawan saya.” Ucap Banyu menatap tajam sang senior tadi

“S,sorry kak. B,bukan bermaksud tapi dia yang mulai pukul saya duluan.” Ucap senior tadi sedikit ketakutan. Ya gimana nggak ketakutan, Banyu itu bisa di bilang masih lebih senior dari pada senior tadi. Jadi wajar saja bila takut.

Dan apa tadi senior bilang, Laras yang mulai duluan? Helo yang mulai memancing emosi Laras siapa, sendirinya yang mulai memancing dengan menyentuh pipi Laras sembarangan. Sekarang malah menuduh yang macam-macam aneh memang senior satu ini.

Kalau saja yang bela Damar, sudah habis di tangan Laras sang senior itu di hajar habis-habisan. Untung saja orang lain yang bela Laras sekarang.

“Apa saya tidak salah dengar? Kamu mencoba membela diri yang jelas-jelas kamu yang salah di sini.” Ucap Banyu

“Ingat malu dengan jenis kelamin, kamu ini laki-laki dan tugas laki-laki melindungi wanita, bukan menyakiti wanita. Paham! Sekali lagi saya liat kamu menyakiti wanita, habis kamu di tangan saya.” Ucap Banyu lalu melepas genggaman tangannya.

“Cepat pergi dari sini, sebelum saya berubah pikiran.” Ucap Banyu lalu melihat senior tadi pergi dengan tergesa-gesa

Laras hanya memperhatikan tingkah mereka, bukan tidak mau melawan, tapi hanya malas saja. Kalau saja yang bela tadi Damar Laras sudah bertindak mencakar dan memukul orang tadi.

Tapi ini orang lain yang menolongnya ya dia hanya melihat saja, malas juga ikutan melawan. Dan lagi, dimana perginya si Damar itu, giliran di butuhkan saja menghilang. Tapi saat tidak di butuhkan nongol di manapun itu, menyebalkan memang.

“Kamu tidak apa-apa kan?.” Tanya Banyu

“E,eh tidak apa-apa kok kak. Saya baik-baik saja.” Ucap Laras

“Pantas saja orang tadi berusaha menggoda wanita ini, paras dia begitu cantik. Cantik dari luar maupun dalam. Luar biasa.” Ucap Banyu dalam hati

Ya bagaimana lagi, memang paras Laras bisa di bilang sangat cantik. Itu sebabnya banyak kakak senior mendekati Laras, pantas saja Damar sedikit posesif sekarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status