Share

2. Shawn

Pertemuan itu tak disengaja ...

***

Kaki kecil Laurene berjalan semakin cepat. Saat sedang berjalan terdengar suara bel yang mengalun di sepanjang koridor kelas. Ia pun melihat benda bulat yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat lima puluh menit.

Pantas saja bel sudah berbunyi ternyata sudah jam segini, tapi tumben jam segini baru bunyi biasanya jam enam lewat empat puluh lima menit bel baru berbunyi. Mendengar suara bel yang sudah mengalun di sepanjang koridor sekolah, membuat ia mau tidak mau harus berlari kencang. Ternyata Laurene tidak sendirian, banyak siswa-siswi yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba ikut berlarian karena takut telat masuk kelas sama seperti dirinya. Pemandangan seperti ini sudah sangat sering dilihatnya, suasana seperti ini sudah tidak asing lagi. Ia sangat kesal karena waktunya tidak banyak lagi.

Kalau kayak gini sih, aku harus terobos mereka supaya aku tidak telat masuk ke kelas.

Laurene berlari secepat mungkin, tidak peduli dengan tatapan mereka yang memandang Laurene dengan aneh. Walaupun mencoba untuk tidak menghiraukan tatapan mereka, ia dapat mendengar banyak suara dari beberapa siswa yang tertinggal jauh di belakangnya.

"Itu orang pikir kita lagi lari maraton apa ya?"

"Hush! Itu kan si cewek kutu buku yang aku bilang cantik itu lho! Aku sih rela diterobos sama dia ditabrak pun rela, asalkan bisa belajar bareng dia, dia itu pinter banget lho!"

"Itu cewek kenapa ya? Pagi-pagi udah semangat gitu larinya? Apalagi latihan buat ikut lomba lari kali ya?"

"Aduh parfumnya wangi banget sih."

Laurene terus berlari, masih terdengar celotehan anak-anak yang baru saja dilewatinya itu. Ia mencoba fokus untuk mencapai tujuannya yaitu sampai kelas tepat waktu, tapi masih terbayang perkataan Tony barusan, membuat hatinya kesal dan rasanya ia ingin menangis. Belakangan ini Tony nyebelin banget, tapi ia berusaha untuk menahan rasa kesalnya pada Tony.

Bruk!

Laurene merasa sakit pada siku tangan kanannya dan melihat sikunya yang memar akibat jatuh, tapi seketika pandangannya beralih pada cowok yang berada di depannya. Cowok itu sedang membereskan buku biologinya yang terjatuh. Ia merasa asing dengan wajah cowok itu yang belum pernah dilihatnya di sekolah ini.

"Maaf kak."

Walau dengan siku memar, ia berusaha bertanggung jawab dengan membantu membereskan buku biologi dan beberapa buku lainnya yang berserakan di lantai. Tangannya mulai mengambil dan merapikan buku-buku itu: buku biologi, kimia, matematika dan lain-lain.

"Tidak apa-apa, ini bukan salahmu. Salahku yang tidak melihat jalan. Maaf ya," ujar cowok itu dengan senyuman.

Laurene memberanikan diri menatap wajah cowok yang saat ini berada persis di hadapannya itu. Matanya biru seperti kebanyakan mata orang-orang bule. Sesaat ia mencuri pandang ke cowok itu. Selain dua bola matanya berwarna biru, hidungnya mancung, rambutnya juga berwarna pirang. Entah dari mana munculnya makhluk tampan ini. Laurene mulai berpikir rasanya selama hampir setahun sekolah di SMA Permata Bangsa ini, belum pernah ia menemukan makhluk serupa ini di sekolahnya ini. Makhluk tampan aja bisa dihitung dengan jari tangan kirinya apalagi yang matanya biru dan rambutnya pirang seperti ini, sangat langka! Tapi hanya satu kata yang tepat untuk makhluk langka seperti ini yaitu tampan! Satu kata juga untuk kedua bola mata birunya itu, indah!

Memiliki bola mata yang indah, plus sikapnya yang baik dan sopan jadi tampan plus plus dah! Padahal tadi jelas-jelas aku yang bersalah, tapi malah dia yang minta maaf duluan. Kalau bukan dia, mungkin saat ini aku sudah dimaki-maki abis sama nih orang. Laurene ... Laurene, makanya lain kali kalau jalan atau lari tuh hati-hati napa, pake hitungan dikit lah.  Eh, tapi gapapa jugalah sekali-sekali nabrak orang kalau yang ditabraknya model begini. Sering-sering juga ga nyesel. Laurene masih terus berdiskusi dengan dirinya sendiri mengomentari makhluk yang langka ini. Hehe.

"Hello! Are you okay?"

Suara itu membuat Laurene tersadar, lamunannya buyar seketika.

"Eh, iya kak. Seharusnya aku yang minta maaf, kan aku yang sudah menabrak kakak jadinya buku-buku kakak berserakan seperti ini. Maaf ya kak."

"Haha, gapapa. Aku yang salah kok, tidak perlu minta maaf. Aku yang seharusnya minta maaf, maafkan aku ya. Sekarang ayo kita pergi ke UKS! Di mana UKSnya ya?"

"Untuk apa kak? Aku sudah telat, harus masuk kelas sekarang. Sekarang pelajaran Biologi, aku ga mau terlambat masuk kelas pelajaran Pak Dito."

"Tapi siku tanganmu memar. Aku harus mengantarmu ke UKS sekarang, tanganmu harus diobati."

Deg... deg... deg...

Ia tak menyangka cowok di depan ini mengajaknya ke UKS dan mau mengobati tangannya, seperti terhipnotis ia pun mengikuti langkah kaki cowok yang baru dikenalnya itu menuju ke arah UKS, yang arahnya berlawanan dengan kelasnya.

Di sinilah dirinya sekarang, di UKS bersama dengan cowok yang ia tidak tahu siapa namanya. Ingin menanyakan namanya, tapi ia tak berani tepatnya sungkan jadi ia hanya diam, menunggu sampai saatnya cowok itu memperkenalkan namanya. Tangan cowok itu mengobati sikunya dengan cekatan dan telaten, lalu mengompresnya dengan rivanol yang diambilnya dari kotak obat. Sesaat ia melupakan rasa sakit di sikunya dan sama sekali tidak menghiraukan rasa sakit itu. Entah apa yang membuatnya jadi seperti saat ini. Ia hanya terdiam tanpa protes dan membiarkan makhluk asing itu mengobati sikunya yang memar.

"Apa masih sakit?"

"Hello?"

"Eh, iya maaf kak. Sudah tidak sakit lagi kok. Terima kasih banyak ya, aku sudah merepotkan kakak."

"Haha. Tidak sama sekali. My name is Shawn, kelas 10 MIA 4."

"10 MIA 4?"

"Iya,10 MIA 4. Kamu tahu gak kelasnya di mana?"

"Kamu anak baru ya?"

"Iya, aku anak baru di sekolah ini. Aku baru masuk hari ini."

"My name is Laurene, kelas 10 MIA 3."

"Senang berkenalan denganmu, Laurene. Berarti kelas kita bersebelahan ya? “

"Iya benar, kelas kita bersebelahan." jawabnya sambil mengangguk.

Tidak mau terhanyut dengan pesona anak baru itu, ia pun segera turun dari tempat tidur UKS. Kakinya bergegas hendak menuju ke kelas, tetapi tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dan seketika ia menghentikan langkah kakinya.

"Tunggu Laurene, biar aku antar ke kelasmu."

"Eh, tidak usah Shawn. Biar aku sendiri saja." 

"Haha. Kelas kita kan bersebelahan jadi tidak ada penolakan."

Laurene tidak dapat menolak dan terus melangkah diikuti oleh Shawn yang berjalan di belakangnya.

"Nanti biar aku saja yang bilang sama Pak Dito alasan kenapa kamu telat."

Terima kasih Shawn

Lauren hanya bisa mengucapkan terima kasih, dan berkata dalam hati. 

Baik banget sih nih anak baru.

Ia mulai berpikir. Mengapa anak baru  itu pindah sekolah ke sekolahnya. Padahal ini bukan awal tahun ajaran baru, malah sudah hampir naik kelas. Aneh juga ya, tapi dari mana asal sekolahnya ya? Tampangnya bule, ia berasal dari mana ya? Tepatnya dari planet mana ya? Eh, maksudnya dari negara mana ya? Laurene ingin bertanya, tapi tak ada kata-kata yang dapat keluar dari mulutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status