Share

3. Telat masuk kelas

Tidak terasa Laurene pun sampai di depan pintu kelas 10 MIA 3. Jantungnya saat ini benar-benar tak bisa dikendalikan, berdebar tak menentu.

Hari ini adalah hari rabu artinya hari ini akan diawali dengan kelas Pak Dito. Pak Dito adalah guru biologi yang super galak. Ia mengajar di kelas 10 MIA 3 dan 10 MIA 4, tapi ia akan masuk ke kelas MIA 4 saat jam pelajaran ke-3 dan ke-4 setelah dari kelas Laurene.

"Laurene, are you okay?"

Laurene pun menengok ke belakangnya, ia seakan lupa dengan sosok cowok tampan di belakangnya itu, yang tadi berjanji mengantarnya ke kelas, dan akan menjelaskan kepada guru biologinya yang galak ini.Ia pun segera menjawab pertanyaan Shawn dengan gugup.

"I'm ok, I'm oka ... okay."

"Haha. Kamu sedang tidak baik-baik saja, Laurene." ujar Shawn kepada Laurene.

Laurene melihat tangan Shawn yang tadinya ada di dalam saku celananya, sekarang bergerak mendekat ke arahnya. Ia bingung apa yang akan dilakukan Shawn. Jantung Laurene pun berdetak dua kali lebih cepat seperti akan melompat keluar.Ia melihat sekilas ke arah kelas, ada tatapan tajam yang sedang mengamatinya. Laurene menyadari keberadaannya yaitu Tony. Laurene masih saja fokus memandang Tony yang sepertinya tidak suka dirinya bersama Shawn, lalu seketika ia merasa tangan Shawn mengusap dahinya dengan sapu tangannya.

Aduh, ini Shawn ngapain lagi sih! Gimana kalau sampai yang lain melihat aku dan Shawn? Apalagi kalau sampai Pak Dito lihat. Gimana ini? Mungkin aku bisa dikeluarkan dari sekolah ini  karena dikira bolos pelajaran biologi dan bermesraan di depan kelas, gumam Laurene dalam hati.

Shawn masih mengusap dahi Laurene dengan sapu tangannya. Seketika ia merasa seperti ingin pingsan karena belum ada cowok yang bersikap seperti ini kepadanya, dan ia pun seketika refleks melangkah mundur.

"Maaf Laurene, ada keringat tadi di dahimu."

"Eh, eng ... engga usah Shawn. Biar aku sendiri saja." Laurene mengambil saputangan dari tangan Shawn dan mengusap keringat di dahinya.

"Aku akan mengembalikan saputanganmu nanti kalau sudah aku cuci."

"Tidak usah Laurene, buat kamu saja."

"Eh ga Shawn, jangan! Ini punyamu, aku akan tetap mengembalikannya nanti."

"Baiklah kalau itu mau kamu Laurene, tapi kamu tidak usah gugup begitu, aku akan bilang ke Pak Dito alasan mengapa kamu telat." Laurene pun menganggukkan kepalanya.

"Kalau bukan karena aku, mungkin kamu tidak akan terlambat Laurene."

"Eh, ini bukan salahmu Shawn. Aku yang tidak melihat jalan jadinya menabrak kamu. Sudahlah jangan dibahas lagi, ayo masuk!"

"Permisi pak."

"Iya, siapa ya?"

Laurene melihat muka Pak Dito yang sepertinya tidak bersahabat seperti ingin memarahinya. Shawn pun langsung ambil posisi berdiri di samping Laurene.

"Laurene! Kenapa kamu sekarang baru datang! Lupa pelajaran saya dimulai satu jam yang lalu? Iya?" perkataan Pak Dito seperti hendak menelan dirinya. Laurene ingin meminta maaf, tapi suaranya tidak mau keluar hanya sampai ditenggorokan tiba-tiba Shawn sudah mendahuluinya.

"Maaf pak, saya Shawn kelas 10 MIA 4. Saya yang sudah menyebabkan Laurene terlambat Pak, bukan salah Laurene. Semua karena saya, saya yang bersalah Pak."

"Oh, kamu anak baru itu ya? Kok bisa begitu?"

"Begini Pak, saat Laurene sedang berlari mau menuju ke kelasnya, saya tidak melihat jalan lalu menabraknya, akhirnya Laurene jatuh dan tangannya terluka dan memar. Jadi tadi saya langsung memaksa Laurene ke UKS. Sebenarnya dia menolak, takut telat masuk kelas Biologi katanya, tapi saya harus bertanggung jawab Pak karena saya yang menyebabkan dia jatuh dan luka memar pada tangannya jadi saya harus mengobati luka dan memar itu, kalau tidak segera diobati takutnya infeksi dan ia tidak dapat menulis Pak."

Ia melihat raut wajah pak Dito tidak seseram sebelumnya,apa Pak Dito menerima penjelasan Shawn ya? Apa Pak Dito akan memaafkan dirinya atau ia akan mendapat hukuman karena telat pada kelas beliau? Laurene hanya bisa berdoa semoga Pak Dito memaafkannya. Laurene melihat Pak Dito mau berbicara, tapi langsung dipotong dengan suara ramai anak-anak cewek yang ada di kelasnya itu. Mereka membicarakan Shawn.

"Aduh, beruntung banget sih si cewek kutu buku itu! Nabrak pangeran, udah gitu diobati pula. Gapapa deh gw mah rela dimarahin sama Pak Dito pun, asal bisa deket sama tuh anak baru itu. Apalagi bisa minta nomor teleponnya."

"Pagi ini cerah banget ya, ketemu sama cowok ganteng. Emang gw lagi butuh pencerahan di sela-sela pelajaran."

"Cowok, udah punya pacar belum? Pasti belum kan? Udah sama Dira aja."

"Kayaknya tuh cowok pinter, boleh juga tuh. Pepet aja ah. Siapa tahu bisa dibantuin belajar."

Ia melihat tatapan semua anak cewek di kelasnya sepertinya sedang mengagumi ketampanan Shawn. Yang bisa ia lakukan hanyalah diam.

"Semuanya diamm!" Tiba-tiba terdengar suara Pak Dito berteriak keras, seketika kelas menjadi sepi.

"Untuk Laurene ... ya sudah saya maafkan kamu, tapi lain kali tidak ada kata telat lagi ya! Saya paling tidak suka ada anak yang telat di jam pelajaran saya. Kalian ini harus disiplin. Bangun harus pagi, dan pergi ke sekolah harus lebih awal. Sebelum masuk kelas review dulu apa yang sudah diajarkan guru, bukan bercanda. Mengerti semuanya?" Pak Dito memulai ceramahnya lagi.

"Mengerti Pak." Teman sekelasnya menjawab serentak seperti kelompok paduan suara.

"Ya sudah, Laurene lain kali perhatikan jalanmu! Jangan sampai jatuh lagi! Sekarang kamu boleh duduk."

"Baik Pak, terima kasih."

Laurene segera beranjak menuju ke mejanya. Sella langsung menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Laurene, tetapi ia hanya memilih untuk diam dan ia berencana akan menceritakan semuanya pada Sella saat istirahat nanti.

"Untuk kamu Shawn, silakan masuk ke kelas sebelah."

"Baik pak, terima kasih. Saya minta maaf telah menganggu waktu bapak."

"Tidak apa-apa. Selamat datang ya di sekolah kami, semoga kamu betah."

"Terima kasih, pak. Saya permisi dulu." ujar Shawn melempar senyum pada Laurene, lalu berjalan ke luar kelas.

Laurene melihat senyum khas Shawn yang tertuju kepadanya, seketika kelas yang tadinya sudah diam menjadi berisik lagi karena momen itu. Ia mendengar teman-temannya yang membicarakan dirinya dan Shawn.

"Wih, Laurene dapat gebetan ganteng banget, kenalin dong Ren."

"Iya. Beruntung banget sih."

"Kok bisa sih cowok sekeren Shawn dekat sama cewek kayak dia?"

"Sudah, sudah. Sekarang kalian tutup bukunya dan siapkan selembar kertas, kita ulangan harian yang pertama." ucap Pak Dito dengan tegas.

Mendengar hal itu seisi kelas terdiam dan ia pun kaget,tapi untunglah semalam ia sudah belajar biologi. Lebih tepatnya ia selalu belajar pelajaran buat besok sampai sering tidur larut malam bahkan pernah ia tidak tidur semalaman. Hehe.

Dengan percaya diri,ia mengeluarkan selembar kertas, tak lupa ia berdoa agar ia bisa mengerjakan semua soal yang diberikan Pak Dito. Kira-kira tiga puluh menit pak Dito sudah selesai mendikte soalnya. Dengan segera ia melihat soal pertama, ia merasa soal itu mudah. Kurang lebih 3 menit, ia sudah menyelesaikan soal nomor 1, beralih ke soal nomor 2, dan semua begitu mudah ia lewati. Begitu sampai ke soal nomor 15. Untung yang sudah ia pelajari semalam semuanya keluar di ulangan kali ini.

"Pak, saya sudah selesai."

"Wah, apa benar sudah selesai? Masih ada waktu tiga puluh menit lagi."

"Sudah pak."

"Baik. Bawa kemari kertas ulanganmu, saya akan langsung memeriksanya."

Ia beranjak dari tempat duduknya menuju meja Pak Dito, menyerahkan kertas ulangannya dan menunggu pak Dito memeriksanya. Selama Pak Dito memeriksa kertas ulangannya ia pun berdoa dalam hati semoga dapat nilai sempurna. Melihat Pak Dito berhenti memeriksa, lebih tepatnya sudah selesai, membuatnya panas dingin. Ia hanya berharap kabar baik yang akan diucapkan Pak Dito.

"Laurene, saya tidak menyangka kamu dapat hasil yang benar-benar ba ...."

"Paling juga remedial pak, mana mungkin dia bisa ngerjain soal susah kayak begini." ujar Rita, teman sekelasnya yang dijuluki 'miss perfect' oleh teman-temannya.

Ia mendengar apa yang baru diucapkan oleh si 'miss perfect' itu, tapi ia hanya bisa diam dan bersabar. Entah mengapa anak ini selalu seperti itu padanya. Laurene hanya menghela nafas, dan menunggu jawaban dari Pak Dito.

"Kamu tidak boleh berkata seperti itu Rita, tidak baik. Hasil ulangan Laurene ini sempurna. Benar-benar sempurna. Selamat ya Laurene, kamu mendapat nilai 100 di mata pelajaran saya. Pertahankan nilaimu."

"Terima kasih, pak. Saya akan berusaha untuk mempertahankannya."

Ia benar-benar tidak menyangka akan mendapat nilai sempurna di ulangan pertama pada mata pelajaran biologi. Tak sia-sia ia belajar semalam.

"Sama-sama. Kamu boleh istirahat duluan, Laurene."

"Terima kasih, pak." Sekali lagi Laurene mengucapkan terima kasih pada Pak Dito.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status