Share

4. Setelah Kelas Biologi

Langkah kakinya menuju arah pintu keluar kelas, ia melihat ke kiri dan ke kanan, suasana masih tampak sepi karena jam pelajaran masih berlangsung, dan bel istirahat pun belum berbunyi. Akhirnya dia memutuskan untuk menunggu Sella, teman sebangkunya yang masih sibuk mengerjakan soal-soal ulangan biologi dari Pak Dito di dalam kelas, tetapi tiba-tiba ia melihat ada seseorang yang menyusulnya keluar dari kelas, dan orang itu adalah Tony. Tony menatap ke arah nya dengan tajam. Tony kenapa ya? Belum sempat Laurene berpikir untuk menjawab pertanyaan yang berkecamuk di dalam hatinya tiba-tiba Tony menarik tangannya.

"Ikut aku!"seru Tony sambil menggenggam erat pergelangan tangannya.

"Apaan sih Tony! Aku gak mau! Lepasin tanganku, sakit tau!"

"Aku gak peduli!" jawab Tony ketus tanpa melihat kearah dan menarik tangan Laurene.

Tangannya digenggam sangat erat oleh Tony, alhasil ia tidak bisa kemana-mana. Laurene hanya bisa mengikuti langkah kaki Tony. Tony melangkah ke arah taman yang terletak di belakang sekolah.

"Rene, aku ga suka ya kamu dekat-dekat dengan anak baru itu! "

"Mak... maksud kamu... Shawn?" ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar dengan pandangan penuh tanda tanya pada Tony.

"Iya, anak baru itu! Aku ga suka kamu dekat-dekat dengannya! Kamu menyebut namanya saja aku tidak suka! "

Apa-apaan sih nih si Tony! Kok ngebentak-bentak kayak gitu. Rasanya tidak pernah ia seperti ini sebelumnya.

"Kamu apa-apaan sih, Tony! Kok kamu ngatur-ngatur aku kaya gitu?" Laurene pun mulai merasa kesal pada Tony.

"Kita kan sekarang udah sama-sama gede, boleh dong aku berteman dengan siapa aja yang aku suka. Kamu ga bisa dong terus-terusan mengatur aku, dan memaksaku untuk terus berteman hanya dengan kamu aja."

"Tapi Rene, aku gak suka sama anak baru itu! Aku mau mulai sekarang kamu jauhi dia. Dia bukan cowok yang baik untuk kamu, Rene."

"Dari mana kamu tahu kalau Shawn bukan cowok yang baik? Kamu aja gak kenal sama dia!"

"Aku tahu kok cowok yang baik dan yang tidak baik. Kamu tidak boleh sembarangan menuduh orang lain seperti itu, apalagi kalau kamu belum kenal sama orang itu."

"Pokoknya aku bilang kamu gak boleh dekat-dekat sama dia lagi, titik!"

"Kamu gak bisa dong ngatur-ngatur aku,Ton. Aku aja gak pernah kan ngatur-ngatur kamu. Kamu mau temenan sama siapa aja, aku gak pernah melarang kamu."

"Dari kecil kamu selalu suka ngatur-ngatur aku, aku bosan."

"Pokoknya kamu tidak boleh dekat-dekat sama anak baru itu lagi! Titik!"

"Serah-serah aku lah,Ton. Kenapa kamu jadi marah-marah gitu sama aku?"

"Aku bilang dia bukan cowok baik-baik, Rene!"

"Terus cowok yang baik tuh yang gimana? Semua cowok selalu kamu bilang gak baik, gak baik inilah, gak baik itulah." Tony pun hanya terdiam tidak bisa berkata-kata.

"Cowok yang baik emang yang kaya kamu gitu? Yang bisanya cuma bikin tanganku sakit kayak gini. Lihat ini, lihat! Sampai berbekas gini tangan aku. Emangnya kamu pikir gak sakit apa!" Bola matanya mulai berkaca-kaca, terasa sakit di pergelangan tangannya, tapi rasa sakit itu juga telah menusuk ke dalam hatinya.

"Maaf, aku gak sengaja,Rene." Tony pun segera melepaskan cengkeramannya pada tangan Laurene.

"Gak sengaja apaan, kamu sengaja kok! Tadi kamu datang-datang langsung mencengkeram tanganku dengan sangat kencang dan menarik tanganku dengan kasar. Terus kamu bilang itu tidak sengaja?" balas Laurene dengan kesal sambil menahan air mata yang tiba-tiba saja mulai menyeruak ke dalam kedua bola matanya.

"Aku hanya tidak suka cowok itu dekat-dekat sama kamu, Rene."

"Apaan sih Tony! Sampai kapan sih kamu punya sifat childish kayak gini? Aku capek sama kamu terus-terusan seperti ini."

Aku sangat kesal sama Tony, sampai kapan dia akan seperti ini? Dia memang temanku sejak kecil, tapi itu bukan berarti dia bisa semuanya mengatur hidupku, mengatur dengan siapa aku boleh berteman, dan dengan siapa aku tidak boleh berteman. Tidak! Aku tidak mau diatur-atur terus sama Tony."

Laurene pun segera berlari menuju ke kelasnya.

"Laurene ...." Tony memanggil dan berusaha mengejar Laurene, dan Laurene pun terus berlari meninggalkan Tony. Ia sangat kesal dan kecewa pada Tony, teman masa kecilnya itu.

Saat ia sedang melangkah menuju ke perpustakaan, perpustakaan adalah satu-satunya tempat di sekolah ini yang dapat membuat ia merasa lebih nyaman dan tenang, tempat dimana ia dapat melarikan diri dan menyembunyikan semua kesedihannya. Tiba-tiba ia mendengar ada suara yang memanggil namanya dari arah belakang. Ia langsung berbalik, dan melihat siapa pemilik suara itu. Ternyata itu adalah suara Shawn, anak baru itu. Shawn datang dengan senyum manis yang terukir lebar di bibirnya sepertinya ia sangat senang di hari pertamanya sekolah di sini.

"Hey Shawn. Thanks udah nolongin aku tadi, berkat bantuan kamu aku jadi ga dimarahin sama Pak Dito." ucap Laurene kepada Shawn. Entah mengapa seketika insiden yang sengaja dilakukan oleh Tony di taman belakang sekolah barusan, sesaat terlupakan.

"You're welcome, lagian aku yang salah kok kalau bukan karena aku, mungkin kamu gak bakal telat masuk ke kelas Pak Dito."

"Eh, engga kok. Jelas- jelas yang salah tuh aku. Aku yang tadi gak hati-hati, gak liat jalan, seharusnya aku yang minta maaf."

"Udah gak usah dibahas lagi, Shawn. Oh ya, bagaimana hari pertamamu di sekolah ini? Menyenangkan gak?"

"Iya menyenangkan sekali, soalnya aku  mendapat banyak teman baru. Teman sebangku orangnya baik, dia sangat friendly kepadaku, dan kelakuannya sangat lucu."

"Wah,syukurlah! Coba aku tebak, pasti temanmu itu cewek ya? Pasti saat kamu masuk kelas semua cewek-cewek di kelas kamu pada terpesona sama kamu."

"Haha. Kenapa kamu berpikir seperti itu,Laurene?"

"Karena kamu tampan."

Laurene langsung menutup mulutnya, ia sangat malu karena keceplosan bilang Shawn tampan. Walaupun benar kenyataannya memang seperti itu, tapi kan malu bilang begitu di depan orangnya, bisa-bisa nanti gede kepala dia. Seketika Laurene menyesal, dan meruntuki kebodohannya sendiri.

"Eh bukan begitu maksudku."

"Haha. Tadi kamu bilang aku tampan, tidak ada ralat. Berarti aku benar tampan."

"Gapapa, aku tidak akan menertawaimu kok." lanjut Shawn sambil tertawa senang.

"Kamu bilang gak menertawakan aku, tapi sekarang apa? Buktinya kamu sedang melakukan hal itu."

"Habisnya kamu lucu sih, coba sekarang kamu ke kaca jendela itu, dan lihat wajahmu di sana, merah seperti tomat yang sudah matang."

"Ih Shawn!"

Andai saja Tony bisa seromantis Shawn dan tidak mencari ribut terus denganku, pasti aku akan sangat senang, dan tidak akan bertengkar terus dengannya, tapi persahabatan itu memang aneh, tidak mudah dipisahkan. Buktinya walaupun sering berantem sampai sekarang masih tetap bersahabat dengan Tony. Walaupun Tony sering meledekku, menertawakan ku gara-gara aku suka ngehalu ingin naik motor ninja bersama pacar impianku, aku tetap masih bersahabat dengannya. Kenapa tadi Tony Tiba-tiba berubah banget ya? Jadi marah-marah gak jelas gitu. Kasar pula, sampe sakit tanganku.

Laurene melihat pergelangan tangannya, untunglah sekarang sudah gak sakit lagi.

"Sorry Laurene, sekali lagi aku minta maaf ya karena insiden tadi pagi jadi membuat siku tangan kamu luka dan memar."

"Gak apa-apa kok Shawn, itu juga karena salahku juga bukan salahmu."

"Salahku."

"Bukanlah, aku yang nabrak kamu, itu jelas salahku."

"Tidak, itu salahku Laurene."

"Sudah Shawn. Kalau gitu gimana kalau kesalahannya kita bagi setengah-setengah aja ya, biar adil." Mereka pun berdua tertawa gembira. Seketika kekesalannya tadi pada Tony terlupakan.

"Boleh aku lihat siku tangan kamu?"

"Udah gapapa kok Shawn."

"Masih memar gak?"

Belum sempat ia menjawab, Shawn sudah mendekat ke arahnya dan memegang tangan Laurene, melihat ke arah siku tangannya. Shawn memegang tangannya dengan sangat hati-hati. Seketika ia teringat kejadian tadi, saat Tony mencengkeram tangannya dengan sangat kencang dan kasar.

"Tidak apa-apa Shawn, siku tanganku sudah membaik kok, tadi kan cuman luka kecil dan memar sedikit."

"Baiklah. Aku senang kalau siku tangan kamu sudah membaik. Kamu mau ke mana,Laurene?"

"Mau ke perpustakaan Shawn, kamu mau ke mana?"

"Sama, aku mau ke perpustakaan juga. Btw kamu tidak mau makan dulu?"

"Tidak Shawn, jam pelajaran sebenarnya belum berakhir, tapi karena guru Bahasa inggris gak datang jadi kita disuruh untuk mencari buku referensi Bahasa Inggris di perpustakaan."

"Wah, kamu belajar giat banget sih, Laurene. Salut aku sama kamu."

"Makasih Shawn. Bukannya kamu sekarang seharusnya pelajaran Pak Dito ya?"

"Iya, sekarang memang sedang pelajaran Pak Dito,tapi tadi aku minta izin ke toilet."

"Kamu kabur ya?"

"Tidak, aku tidak kabur. Tadi aku beneran kok mau ke toilet."

"Terus sekarang kenapa kamu ada di sini?"

"Karena ngeliat kamu lewat."

"Ya udah, kalau gitu lebih baik sekarang kamu segera balik ke kelas kamu sebelum Pak Dito mencarimu."

"Aku boleh gak ikut kamu ke perpustakaan, Laurene?"

"Jangan Shawn! Kabur dari kelas saat pelajaran itu tidak baik."

"Nanti aku akan cari alasan dan akan bilang ke Pak Dito. Lagian aku bukan kabur, aku hanya mau belajar di perpustakaan sama kamu, Laurene."

"Eh, gak bisa begitu dong! Aku kan bukan guru kamu!" kata Laurene sambil tertawa.

Ada-ada saja si anak baru ini. Emang dia gak tau ya caranya sekolah, ke sekolah tuh belajar sama guru, bukannya sama aku!

"Sekarang kamu cepat balik ke kelas kamu sana! Ini masih jam belajar, nanti kalau sudah istirahat baru kamu boleh ke perpus."

"Gak mau ah, aku mau ke perpus aja sekarang."

"Mungkin kita bisa belajar bersama? Sekalian kamu menunjukkan padaku di mana letak perpustakaan kita."

"Jangan, Shawn! Sebaiknya kamu segera kembali ke kelasmu untuk belajar."

"Tidak mau! Aku ingin ke perpustakaan saja."

"Tidak boleh. Itu namanya melanggar peraturan, Shawn."

"Sebaiknya kamu kembali ke kelas dan belajar."

"Sebentar lagi juga kelas berakhir jadi tidak apa-apa lah aku ke perpustakaan sekarang."

Aduh, gimana ya cara ngomong sama makhluk aneh yang satu ini supaya dia bisa paham dan mengerti peraturan sekolah?

"Terserah kamu lah kalau itu mau kamu, tapi aku gak tanggung jawab ya. Aku tidak mau menanggung resikonya jika kamu tiba- tiba keciduk sama Pak Dito."

"Ok, no problem. Aku cuma ingin ke perpus bareng kamu."

Kalimat yang baru saja diucapkan oleh Shawn membuat dirinya mematung sesaat, anak baru yang tampan ini bilang begitu padanya? Rasanya hampir tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.

"Kamu bilang apa barusan, Shawn?"

"Tidak, tidak ada. It's ok, no problem."

Laurene hanya bisa terdiam sesaat, lalu kakinya mulai melangkah ke arah perpustakaan bersama Shawn yang mengikuti dirinya di belakangnya, tapi perasaannya jadi semakin tak menentu.

Aneh juga kelakuan anak baru yang satu ini, yang tiba-tiba muncul di harinya kali ini. Makhluk tampan ini sebenarnya berasal dari planet mana ya? Kenapa ya ini anak baru mau ke perpus bersamaku, bukankah seharusnya ia belajar biologi di kelasnya pak Dito saat ini. Bagaimana kalau ada yang melihat mereka berdua atau Pak Dito memergoki mereka? Bisa-bisa pak Dito salah sangka dan mengira akulah yang telah mengajak anak baru ini atau aku dikira tidak bisa memberi contoh yang baik buat siswa baru. Aduh, ini anak baru cari masalah aja, tapi aku hanya bisa berharap pak Dito tidak akan melihatnya dan semoga tidak ada anak yang melihat dirinya berdua dengan anak baru ini saat jam pelajaran sedang berlangsung seperti sekarang ini, gumam Laurene. Banyak pertanyaan yang memenuhi otaknya sekarang.

Laurene menghela nafas sesaat, yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah terus berjalan melangkahkan kakinya menuju perpustakaan sekolah.

Percuma saja berdebat dengan makhluk aneh yang satu ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status