Home / Fantasi / Leah dan Rahasia Sihir / BAB 4 - Tanaman Obat

Share

BAB 4 - Tanaman Obat

Author: Kamila Rahma
last update Last Updated: 2024-09-15 21:41:53

Hari itu adalah hari keluarga bagi kediaman Duke. Duchess sengaja meminta butler untuk mengosongkan jadwal Duke, sore hari ini. Ia ingin membawa anggota keluarganya pergi minum teh bersama di taman. Seakan dirinya tahu, tak akan ada lagi hari keluarga untuk mereka.

Namun harapan Duchess gagal begitu saja, ketika Emperor tiba-tiba memanggil Duke untuk segera ke Istana.

"Kenapa Yang Mulia tiba-tiba memanggilmu. Apa yang sebenarnya ingin ia bicarakan."

Lilyana menghentikan suaminya, tepat sebelum Duke memasuki ruang kerja.

"Tenanglah, sayang. Mungkin Yang Mulia hanya ingin menyapaku, setelah sekian lama aku tidak kembali ke kota."

"Ia yang mengirimmu ke perbatasan dan sekarang ia berpura-pura ingin menyapamu. Apa itu masuk akal."

Jika Count Kris adalah kapten dari ksatria tim A, maka Duke Hans adalah kapten dari ksatria tim B. Para ksatria yang ditugaskan untuk menjaga wilayah gerbang perbatasan Murloc dari para monster.

"Ayah akan pergi?" tanya Arez saat melihat kedua orang tuanya tengah berbicara, berada di sebuah lorong dekat ruang kerja Duke.

"Emperor lagi-lagi memanggil ayahmu" kata Lilyana ketus.

"Ada urusan apa?"

"Itulah yang ibumu tanyakan. Bukankah kau juga berpikir hal yang sama, putraku?"

Duchess merasa kesal setiap kali suaminya dipanggil oleh Emperor Rashzan. Karena setiap Duke dipanggil ke istana, maka itu artinya ia harus kembali berpisah dengan suaminya. Emperor terus meminta Duke untuk pergi ke wilayah ujung dan melawan para monster di perbatasan Murloc, tanpa memikirkan solusinya. Sangat berbeda dengan mendiang raja sebelumnya dan para raja terdahulu. Mereka lebih memilih membuka gerbang Bumera, daripada harus membuat para ksatria kewalahan.

"Ibu penasaran, apa Yang Mulia Rashzan, akan terus membuat ayahmu bertemu dengan monster hingga akhir."

Lilyana terus melontarkan kalimat ketus dan sarkasnya, sementara Duke juga terus berusaha menenangkan istrinya.

"Sayang, bagaimana pun kita tinggal di Brigstone. Mengabdi kepada Yang Mulia adalah tugas kita, kaum bangsawan."

"..Kau selalu seperti itu. Setidaknya berikan kita satu hari saja untuk menikmati waktu keluarga" ucap Duchess dengan raut wajah sedihnya.

Duchess pun pergi meninggalkan Duke dan Arez di sana. Kekesalannya sudah tak sanggup lagi ia bendung. Lilyana memutuskan untuk kembali ke kamarnya,karena tak mungkin ia menunjukkan amarahnya di tempat terbuka. Ia kesal namun tidak dapat ia tunjukan di tempat umum.

Duke yang melihat istrinya semakin menjauh, ia lantas berkata "Ayah akan menyusul ibumu terlebih dulu. Kau ada urusan di tempat lain, bukan?"

"Iya ayah."

"Berhati-hatilah" ucap Duke sebelum menghilang dari hadapan Arez.

Duke hanya bisa menghela nafasnya kasar dan segera mengejar istrinya. Melihat ayah dan ibunya menghilang begitu saja, Arez kemudian turut bergegas menemui Leah untuk memenuhi janjinya.

Letak kediaman Count Kris dan Duke Hans tidaklah jauh. Hanya perlu waktu beberapa menit untuk sampai, jika Arez menunggangi kuda. Sementara jika ia berjalan kaki, membutuhkan kisaran 5 hingga 7 menit untuk tiba di sana.

"Bawa ini dan ikuti aku."

"Sebanyak ini untuk apa?"

"Sudah ikuti aku saja. "

"Kak, tunggu aku."

"Cepatlah!"

Setibanya Arez di sana, ia disuguhkan dengan pemandangan yang mengherankan. Seorang pria yang bahkan belum dewasa nampak tergopoh-gopoh mengejar Leah.

"Kakak tunggu, ini terlalu banyak."

Ia adalah Galen, adik bungsu Leah. Satu lagi sepupu Arez.

"Kau ini seorang pria, jangan lemah begitu!"

"Tapi ini terlalu banyak kakak. Aku bahkan tidak bisa melihat jalan di depan ku!"

Leah segera menoleh ketika mendengar adiknya mengomel, berniat ingin memarahi Galen karena membuatnya kesal. Tetapi saat melihat tumpukan karung di lengan Galen dan menutupi sebagaian wajahnya, saat itulah amarah Leah tergantikan dengan perasaan ingin tertawa. Namun tentusaja ia menahannya.

"..Ups, sorry. Sini aku bantu, hehe" ucap Leah seraya mengambil beberapa tumpukan karung dari lengan Galen.

Keduanya terlihat sangat sibuk. Saking sibuknya, mereka bahkan tidak sadar akan kehadiran Arez yang sejak awal terus mengamati keduanya dengan tatapan heran.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" sapa Arez menginterupsi keduanya, membuat kakak beradik itu menoleh padanya.

"Arez! Akhirnya kau datang!" ucap Leah senang.

Ia segera berlari menghampiri Arez, menariknya agar lebih dekat dengan tumpukan karung bewarna cokelat yang sedaritadi tertutup oleh tubuh Galen. Saat Galen bergeser dari posisinya, saat itulah tatapan Arez berubah.

"Kak Arez selamatkan aku!" teriak Galen menyadari kehadiran Arez.

"Kali ini apa yang kau lakukan padanya, Leah."

"Bukan apa-apa. Aku hanya memintanya untuk membantu ku membawa seluruh karung ini" balas Leah sambil menujuk seluruh karung yang ada di sampingnya.

Arez mengikuti kemana arah tangan Leah tertuju. Tempat di mana tumpukan karung telah tersusun rapi, seperti telah disesuaikan oleh Leah.

"Semua itu, apa isinya?"

"Tanaman obat. Kemarin aku seharian mencarinya di bukit belakang. Ini semua lah hasilnya."

Sore itu ia menepati janjinya bertemu Dante dan berpetualang mencari semua tanaman obat ini di rumah penelitian.

"Lalu, mau kau apakan semua ini di sini."

"Tidak. Tidak di sini. Tapi di sana" ucapnya lalu menujuk ke arah selatan, tepat di mana sebuah bangunan tua berada di atas bukit, masih berdiri dengan kokohnya sendirian.

"Jadi ini tugasku yang kau maksud itu" tanya Arez yang disambut anggukan Leah.

"Cepat tunjukkan padaku mana yang harus ku bawa."

"Tentu! Ayo Galen, kita kerjakan sama-sama!" ajak Leah kepada adiknya.

"Kan sudah ada kak Arez, aku juga-"

"Sudah, bawa ini cepat!" perintah Leah yang disusul dengan memberikan 2 buah karung kepada adiknya.

"Jangan sampai jatuh ya! Ikuti aku~" sambungnya.

Meski menahan kesal, Galen mencoba menatap Arez meminta pertolongan. Tapi Arez hanya memejamkan matanya dan menggeleng pelan, tanda bagi Galen untuk menyerah dan mengikuti perintah Leah.

Mereka bertiga pun memulai aksi mengangkut karung dan memindahkannya ke tempat yang dimaksud Leah. Tak begitu jauh, tapi jalanan yang terjal membuat tak mudah untuk sampai ke sana.

-

(Leah Pov)

Beruntungnya aku hari ini. Coba saja kalau Arez waktu itu tidak meminta bantuan padaku, bisa jadi aku harus bolak-balik hanya untuk mengangkut karung bersama Galen.

Kekuatan Galen tak sebanding dengan Arez. Pantas saja ayah selalu memujinya di mana saja. Sepertinya aku harus sering memanfatkan kekuatannya itu.

"Taruh di sini saja," kata ku sembari meletakkan karung itu di rumah penelitian.

Disusul dengan karung-karung milik Arez dan Galen.

Bruk!

"Hah-hah-hah.. Akhirnya selesai!" teriak Jadda sembari menjatuhkan dirinya di sebuah sofa di rumah tersebut.

Lihatlah itu. Arez bahkan dengan santainya membawa semua karung itu tanpa terlihat lelah. Sementara Jadda yang hanya membawa 4 karung, wajah dan nafasnya sudah seperti kipas angin rusak.

"Sekarang apalagi?" tanya Arez.

"Tak ada, kalian sudah boleh pulang."

"Kau akan mengerjakan ini semua ini dengannya?" tanyanya sekali lagi.

"Yap! Hari ini akan menjadi hari panjang untuk kami."

Kami yang ku maksud adalah aku dan Dante. Kami sudah merencanakan untuk melakukan penelitian tanaman obat di sini, rumah penelitian kami.

"Baiklah, aku akan pergi kalau begitu." ujar Arez sembari terus menatap ke sekeliling.

Entahlah apa yang membuatnya terus menatap ke sekeliling. Padahal ini bukan pertama kalinya ia ke sini.

"Kau tidak istirahat sebentar?"

"Tak perlu."

"Baiklah, hati-hati di jalan. Terimakasih bantuanmu hari ini-"

Belum sempat ku menyelesaikan ucapanku, tiba-tiba Galen terperanjat dari tidurnya dan segera menyusul Arez.

"Kak Arez, aku ikut denganmu!" kata Galen lantang.

Ini adalah kesempatan emas untuknya kabur, aku tahu itu Galen.

"Terimakasih bantuannya untuk hari ini. Hati-hati di jalan ya!" teriakku mengiringi langkah keduanya yang mulai menghilang dari balik pintu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 30 - Para Guardian

    Ketika para Raja sedang berdiskusi di ruangan mereka, sebuah diskusi kecil juga tengah terjadi di antara para Guardian. Mereka saling terhubung satu sama lain, sesuai dengan ikatan dan ingatan pemilik mereka. Seperti saat ini, meskipun tak ada Trisha di sisi mereka, namun para Guardian tetap mengkhawatirkan keadaannya dan mencari tahu keberadaannya. "Sudah pasti semua ini ulah Joanna" ucap Pegi memulai percakapan mereka. Hanya ada Pegi, Sierra dan Rvo di sana. Mereka tidak berbicara, kecuali melalui isi kepala dan berbagai gerakan tubuhnya. Salah satunya Rvo yang terus berjalan mondar-mandir dan mengepakkan sayapnya namun tidak terbang. "Joanna, siapa dia?" balas Sierra. "Ia adalah seorang penyihir yang tadi menyerang Raja Eiridis dan teman-teman Blair" balas Pegi. "Oh jadi dia pelakunya. Lain kali jika aku melihatnya akan aku hancurkan wajahnya" ucap Rvo sembari memperlihatkan taringnya yang tajam. "Tenanglah, Rvo. Sebaiknya kita fokus mencari tahu keberadaan Trisha dan menye

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 29 - Portal Sihir

    "Putra mahkota, apakah kami bebas memilihnya?" "Tentu saja Countess. Temukan kuda yang kau sukai."Lianne memang sangat mencintai kuda. Salah satu kegiatan yang paling ia sering lakukan adalah berkuda. Tentu saja berada di antara belasan kuda kerajaan membuatnya begitu senang. Ia langsung berlari mendekati kuda-kuda yang berjejer di kandangnya, mengabaikan Karzian dan Lilyana yang tertinggal di belakang."Semua kuda ini dulu milik Empress" ucap Karzian kepada Lilyana."Lantas belasan kuda itu sekarang siapa yang merawatnya?""Mereka adalah aset kerajaan dan menjadi tanggungjawab kami. Siapapun bangsawan yang ingin meminjamnya kami persilahkan."Empress mulai menyukai kuda semenjak sahabatnya, Eliza yang melatihnya."Kau tidak memilih kudamu sepertinya?" ujar Karzian seraya melirik Lianne."Haha, tidak perlu. Saya menerima kuda mana saja yang dipilih untuk saya, putra mahkota.""Aku kira kau juga sama menyukai kuda seperti Countess.""Sejak kecil hanya Lianne dan Eliza yang tertarik d

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 28 - Buku Hijau Empress

    Setelah melalui perjalanan panjang di tempat kumuh dan gelap, akhirnya Karzian bersama Duchess serta Countess, mereka telah berhasil menuju pintu rahasia yang menghubungkan langsung ke ruangan milik Empress. Sebuah ruangan bernuansa hijau yang dipenuhi oleh lemari buku menjulang tinggi. Karena lemari-lemari buku itulah, pintu rahasia yang tadi mereka lewati dapat tersembunyi dengan baik. "Akhirnya! aku terbebas dari bau busuk itu.." kata Lianne. Begitu masuk ke dalam ruangan Empress, Lianne cepat-cepat menghirup nafas lega untuk mengobati paru-parunya yang hampir terkontaminasi aroma busuk. "Putra mahkota, setelah ini kita tak perlu melewati gorong-gorong seperti barusan, bukan?" tanyanya. Karzian pun menoleh padanya. "Tenanglah Countess, tak ada lagi jalanan bau dan kotor seperti tadi." "Hah.. syukurlah" ucap Lianne lega. Countess segera membenamkan dirinya di salah satu sofa b

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 27 - Kedatangan Duke

    "Mengapa hanya kalian. Kemana Lilyana dan Lianne?" ujar Raja Eldof sesaat setelah menemui Duke dan Count.Ia mengira bahwa kedua putrinya telah tiba di istana dan tengah pergi ke suatu tempat. Awalnya raut wajah Raja Eldof nampak senang, seperti seorang ayah yang menunggu putrinya. Tetapi ekspresi senangnya pudar perlahan, tergantikan dengan kekecewaan saat melihat Duke yang justru membungkuk padanya."Rupanya aku salah paham ya?" Raja Eldof pun sadar. Lantas ia hanya terkekeh kecil, dengan bibir yang hanya terangkat di salah satu sisinya. "Tenanglah Yang Mulia. Lilyana dan Lianne baik-baik saja" ungkap Duke.Eiridis kemudian menepuk pelan bahu Eldof, bermaksud menguatkannya."Mereka ada di mana sekarang?" tanya Eiridis."Kenapa mereka tak ikut denganmu, Duke?" sahut Archmage turut menimpali."Lilyana dan Lianne saat ini tengah menjalankan tugas bersama putra mahkota Karzian, Yang Mulia. Putra Mahkota memecah

  • Leah dan Rahasia Sihir   BAB 26 - Berkumpulnya para Raja

    "Pegi, bisakah kau memberitahu para Guardian tentang kejadian hari ini. Aku butuh bantuanmu untuk memanggil para Raja kemari." Raja Eiridis meminta bantuan Pegi untuk menggunakan kemampuan telepatinya. "Kau tak perlu memanggil Trisha, karena berada cukup jauh dari kita" sambungnya. Pegi kemudian memejamkan matanya untuk beberapa saat. Raja Eiridis menggunakan waktu tersebut untuk berbicara dengan Raja Eldof. "Eldof, terimakasih bantuanmu." Raja Eldof hanya mengangguk, kemudian ia berkata "Bagaimana dengan keadaanmu, Eiridis." "Aku sudah jauh lebih lebih baik. Ucapkan terimakasih pada Mage muda itu." Mage muda yang dimaksud adalah Skye. Ia telah menceritakan semuanya kepada Eldof saat dirinya dalam perawatan medis. "Akan aku sampaikan nanti." Mereka sempat terdiam sejenak, memastikan Pegi yang ter

  • Leah dan Rahasia Sihir   Bab 25 - Rahasia Bersaudara

    "Kakak, apa kalian baik-baik saja" ucap Galen. Ia menunggangi Pegi bersama Abigail di depannya. Lalu setelah mereka turun, Abigail menyerahkan Pegi kepada Blair. "Terimakasih sudah membawa Pegi kemari." Abigail hanya mengangguk, tetapi wajahnya nampak letih. Mungkin membawa Pegi kemari bukanlah hal yang mudah untuk mereka, para manusia tanpa sihir. "Ayo kita selamatkan Leah" ujar Arez. Mereka berbondong-bondong menghampiri bibir tebing dan saling sahut memanggil nama Leah meski tak ada balasan. "Cepat kita harus turun." "Skye, biarkan aku saja yang turun bersama Pegi." Mereka pun mengangguk menyetujui keputusan Blair. Karena hanya Blair yang sudah cukup akrab dengan Pegi. "Berhati-hatilah, Blair." Blair segera menunggangi Pegi dan membisikannya sebuah kalimat.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status