Sinar matahari yang menyilaukan menyapa dua pemuda yang nampak kelelahan di bawah pohon. Wajah mereka terlihat kuyu dengan lingkaran hitam yang menghiasi mata.Aiden menguap, lalu melirik Rhein yang sedang menusuk-nusukan ranting ke dalam tanah. Pemuda itu tak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan Rhein. Jangan bilang kalau Rhein sangat frustasi dan ingin menggali kuburannya sendiri. Tidak, tidak, mau sampai kapan kuburan itu selesai jika hanya digali dengan ranting. Apa Aiden harus menemukan sekop atau semacamnya untuk membantu?Sibuk dengan pikirannya, Aiden mendengar suara ranting yang dipatahkan. "Eh? Apa Kak Rhein sudah selesai?" gumam Aiden dalam hati."Ini sudah hari ketiga, namun keberadaan Xi belum juga diketahui," ujar Rhein sambil memandang langit yang terhalang dedaunan."Apa tidak sebaiknya kita kembali dulu? Mungkin ayah menemukan beberapa petunjuk," ucap Aiden memberi usul.Bukan tanpa alasan Aiden mengusulkan untuk pulang, pasalnya mereka sudah berkeliling ke beber
Sudah beberapa hari ini Xi tinggal di gubuk asing bersama Asheera–gadis yang menyelamatkannya. Xi tak banyak bicara, hanya saja gadis berambut ungu itu tak pernah berhenti berceloteh dan menanyakan ini itu hingga membuat kepala Xi pusing tujuh keliling.Seperti saat ini."Tuan Muda, apa kau yakin akan terus berpakaian seperti ini? Identitasmu sangat membingungkan. Aku harus memanggilmu Tuan Muda atau Nona Muda nantinya?"Xi hanya mendesah pelan. Siapa juga yang mau untuk terus memakai pakaian perempuan seperti ini? Jika bukan karena ia sudah berjanji pada mendiang ayahnya, xi juga tak ingin seperti ini. Lagi pula batas waktunya hanya tinggal dua tahun lagi, jadi itu bukan masalah besar.Lalu ..."Tuan Muda, wajahmu ini sangat ... bagaimana aku harus mengatakannya, ya?" Asheera menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu menatap Xi lebih dekat. "Cantik, ini terlalu luar biasa, bahkan aku iri dengan kecantikanmu. Tuan Muda, apa kau yakin Tuhan tak salah meletakkan jenis kelaminmu?"Xi kali
"Selamat datang di Adventure Guild cabang kota Elven. Kami melayani berbagai macam misi sesuai dengan rank yang sudah ditentukan. Apa ada yang bisa kami bantu, Nona?" tanya wanita muda itu tersenyum ramah.Xi terdiam lalu melirik papan nama besar yang terpajang di sana. "Adventure Guild? Tempat apa itu?" gumamnya dalam hati."Oh, maaf Nona Marry. Kami bukan ingin membeli, tapi ingin menjual," ucap Asheera sambil mengedipkan sebelah matanya."Ah, ternyata Nona Asheera. Aku pikir Nona kecil yang sangat cantik ini butuh bantuan, ternyata dia datang bersama anda," kata Marry tersenyum ramah. "Jadi, kau ingin misi seperti apa?""Aku butuh misi yang mudah untuk Tu-, maksudku Nona Mudaku ini. Dia baru saja tertimpa musibah dan butuh uang saku. Kau jangan khawatir, walau tubuhnya mungil dan wajahnya sangat cantik, tapi kemampuan bertarungnya di atas rata-rata. Jadi kau tak perlu sungkan dalam memberinya tugas," ujar Asheera tanpa rasa bersalah.Xi menarik napas lalu mengembuskannya perlahan.
Gemerlap cahaya warna-warni begitu menyilaukan mata. Wanita-wanita muda bermake-up tebal melambai-lambaikan saputangannya sambil menggoda para pelanggan yang lewat.Awalnya, Xi berpikir jika distrik lampu merah adalah kawasan gelap dan suram. Siapa sangka, wanita-wanita yang kata Asheera dipaksa ini begitu antusias memanggil para hidung belang ke sarangnya sendiri. Xi yang awalnya simpati kini jadi ragu. Apa benar mereka butuh bantuan?"Pstt! Tuan Muda, jangan melamun!" tegur Asheera yang kini mengenakan gaun merah yang sangat memesona. Wanita itu terlihat bagai bunga peony yang baru mekar. Begitu harum dan siap menggoda para kumbang yang kelaparan.Berbeda dengan Xi yang kini mengenakan gaun merah muda. Hanya dengan berdiri saja, ia telah memancarkan aura keagungan dan keanggunan yang tiada tara. Ia begitu indah bagai lukisan, bahkan orang tak ada yang berani menjamahnya karena khawatir kalau itu hanya khayalan tak nyata."Tuan Muda, kita ini sedang berpura-pura menjadi wanita penghi
Hua Zu Kai, atau yang lebih dikenal dengan Tuan Muda Kai adalah seorang anak saudagar kaya yang memiliki koneksi dimana-mana. Walau statusnya sebagai Tuan Muda generasi kedua, itu tak membuatnya bermalas-malasan dan hidup dengan hanya mengandalkan harta orang tua. Sejak belia, Tuan Muda Kai sudah dikenal sebagai jenius dalam berbisnis. Apapun yang dipegangnya bisa menghasilkan laba berkali-kali lipat.Tidak hanya itu, dengan wawasannya yang luas dan kefasihannya berbicara, ia juga berhasil menarik hati para pejabat dan bangsawan untuk berteman dan menjadi pendukungnya. Jadi dalam kasus seperti ini, tentu saja Madam Shu akan lebih memilih Tuan Muda Kai daripada Tuan Gerald yang pecundang itu."Tuan Muda Kai, Anda tak perlu khawatir lagi. Rumah Peony adalah tempat hiburan terbesar di kota Elven, jadi sudah sewajarnya yang rendah ini melindungi semua gadis-gadisnya dari pria kasar dan tak bertanggung jawab," ucap Madam Shu meyakinkan.Tuan Muda Kai mengangguk puas lalu kembali menatap Xi
Tiga pasang mata menatap wanita bergaun putih. Siapa yang tak kenal Nona MeiFu? Pemain musik jenius ini sedang menjadi perbincangan hangat di seluruh kota. Konon, permainan musiknya mampu menghilangkan kegundahan hati, menjernihkan pikiran, bahkan menyembuhkan orang sakit.Yah, mungkin beberapa rumor ada yang dilebih-lebihkan. Tapi kemampuannya untuk menciptakan nada indah adalah hal yang tak dapat dipungkiri. Untuk sebuah permainan musiknya saja, bahkan ada orang yang berani membayar seribu cleint emas."Sungguh kehormatan untuk bisa mendengarkan permainan musik Nona MeiFu," ucap Tuan Muda Kai sambil mempersilakan wanita itu untuk duduk.Nona MeiFu membungkuk sopan dan duduk di bangku beralas bulu tebal yang lembut. Seluruh gerakkannya begitu halus dan anggun. Walau pakaiannya berayun dengan indah, namun tak terdengar suara gemerisik gesekan pakaiannya. Seakan-akan dia adalah peri yang mengenakan sutra salju.Sitar dipetik. Asheera dengan sopan menuangkan teh ke cangkir Tuan Muda Kai
"Oh, bintang utama kita sudah sadar rupanya."Pintu dibuka. Seorang wanita paruh baya masuk membawa sebatang lilin yang menerangi seluruh ruangan. Kini Xi bisa melihat jelas. Jika saat ini tubuhnya diikat di sebuah tiang, maka tubuh Asheera dan dan Tuan Muda Kai digantung terbalik pada tiang penyangga. Ah, pantas saja sejak tadi Xi hanya bisa mendengar suara kedua orang itu tanpa bisa melihat keberadaannya. Ternyata mereka sedang melayang di udara."Madam Shu, senang berjumpa denganmu lagi," ujar Xi sopan sambil menundukkan kepalanya sedikit."Benar-benar anak yang menarik. Di saat semua sandera berteriak dan minta dibebaskan, kau malah masih bisa bersikap sopan," puji Madam Shu sambil menyalakan lampu yang berada di pojok ruangan."Jika aku berteriak dan minta dibebaskan, apa kau akan melakukannya?" tanya Xi retoris.Madam Shu tertawa dan berjalan mendekati Xi. Dia kemudian berjongkok dan menatap Xi lekat-lekat."Kau sangat pintar, setidaknya bocah sepertimu lebih paham situasi darip
Sepasang pedang kembar dengan sinar ungu muncul di udara. Asheera tersenyum miring. Sebenarnya ia tak ingin mengeluarkan senjata jiwanya secepat ini, namun keadaan saat ini tidak memungkinkan untuk bertarung dengan tangan kosong.Xi tak terkejut saat Asheera mengeluarkan sepasang pedang yang tak biasa itu. Dalam hati ia sudah memiliki gambaran sekilas kalau Asheera bukan gadis yang sederhana. Walau identitas Asheera tidak jelas, selama gadis itu bersedia membantu dan menemaninya dari krisis ini, Xi rasa untuk yang lainnya itu bukanlah masalah besar.Berbeda dengan Xi, Tuan Muda Kai terlihat sangat kagum dengan sepasang pedang milik Asheera. Seumur hidup, baru kali ini ia melihat seseorang mengeluarkan senjata jiwa secara langsung. Padahal menurut buku pengetahuan yang pernah dibacanya, tak sembarang orang bisa mengeluarkan senjata jiwa. Satu dari seribu, itulah persentase para pengguna sihir yang dapat memanggil senjata jiwa milik mereka."Ka-kalian adalah ...." Madam Shu yang sejak t