Home / Fantasi / Legenda Dewa Racun / Bab 64 - Konfrontasi di Atas Langit II

Share

Bab 64 - Konfrontasi di Atas Langit II

Author: Murlox
last update Last Updated: 2025-03-22 19:46:31

Murong Bai mengatupkan kedua tangannya, dan mulai membentuk serangkaian segel tangan yang kompleks.

Jari-jarinya bergerak cepat, menciptakan pola-pola bercahaya yang memancarkan aura keemasan.

Dalam hitungan detik, diagram inskripsi kuno terbentuk di atas kepalanya, berputar perlahan, mengeluarkan riak energi petir yang berderak ganas.

Langit di atas Kota Danau Hitam, yang sebelumnya cerah, mendadak dipenuhi oleh awan hitam yang berputar-putar, seolah merespon kemarah Murong Bai.

Setiap kilatan petir yang menyambar dari lingkaran diagram itu menyebarkan tekanan spiritual yang membuat para kultivator di bawahnya merasakan ketakutan yang mencekam.

Dari lingkaran diagram inskripsi itu, sesuatu mulai muncul. Sepasang mata biru terang bersinar tajam di balik kilatan petir, diikuti oleh wujud besar yang perlahan membentuk tubuhnya. Seekor naga petir raksasa keluar dari dalam diagram, sisik-sisiknya memancarkan kilatan cahaya biru yang mengalir seperti arus listrik.

Naga tersebut men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Legenda Dewa Racun   Bab 65 - Konfrontasi di Atas Langit III

    "Kepala klan!?" Suara seruan lantang terdengar ketika seorang pria paruh baya muncul, diikuti oleh sekelompok orang berjubah khas klan Murong. Mereka adalah para tetua klan Murong yang segera bergerak ke atas langit setelah merasakan energi pertempuran yang dahsyat. Murong Bai, pemimpin mereka, terlihat berdiri dengan napas tersengal dan darah masih terlihat di sudut bibirnya. Murong Ning, salah satu tetua terkuat klan, segera terbang mendekat, diikuti oleh Murong Liang dan yang lainnya. Tatapan mereka dipenuhi keterkejutan dan ketidakpercayaan saat melihat kondisi pemimpin mereka yang harusnya menjadi yang tak terkalahkan. "Kau! Siapa kau sebenarnya?!" bentak Murong Liang, suaranya penuh amarah. "Berani-beraninya menyerang kepala klan kami! Apa kau tidak tahu dengan siapa kau berurusan!?" Namun, pemuda yang berdiri tak jauh di hadapannya hanya tersenyum tipis. Pandangan Du Shen tetap tenang, tanpa sedikit pun rasa gentar. "Apa pentingnya mengetahui siapa kalian?" katanya dengan

    Last Updated : 2025-03-24
  • Legenda Dewa Racun   Bab 66 - Pertanyaan Mengejutkan

    Ye Long menatap kerumunan tetua klan Murong dengan ekspresi serius, matanya berkilat tajam saat ia mengungkapkan fakta mengejutkan."Pria tua misterius itulah yang membunuh Murong Giu dan Murong Yi. Jika bukan karena pemimpin Paviliun yang datang dan menghabisinya, mayat para tetua klan kalian mungkin tak akan pernah ditemukan," katanya dengan nada penuh keyakinan.Suasana seketika menjadi tegang. Para tetua klan Murong saling berpandangan, namun tak seorang pun segera mempercayai ucapan Ye Long begitu saja."Kau berbicara dengan sangat lihai, Ye Long." Murong Bai akhirnya bersuara, suaranya lebih tenang dibandingkan sebelumnya, namun sorot matanya masih tajam dan menusuk. "Apa buktinya? Jangan kira kami akan percaya begitu saja pada kata-katamu tanpa dasar yang jelas."Ye Long hanya tersenyum tipis, seolah telah mengantisipasi pertanyaan itu. Tanpa berbicara lebih jauh, ia mengulurkan tangan dan mengeluarkan sebuah batu kristal bercahaya biru muda. Dengan gerakan ringan, ia melempark

    Last Updated : 2025-03-25
  • Legenda Dewa Racun   Bab 67 - Pelakat Emas

    Pertanyaan itu terdengar sederhana, nyaris biasa saja. Namun, bagi mereka yang mengenal nama bandit Kapak Merah, kata-kata itu bagai petir di siang bolong.Suasana mendadak berubah. Beberapa orang yang mendengar nama itu refleks menegang, sementara sebagian lainnya saling berpandangan dengan tatapan penuh keterkejutan.Murong Giu, yang sedari tadi mempertahankan ekspresi tenang, kini menunjukkan perubahan halus pada wajahnya. Mata tajamnya menyipit saat ia menatap pemuda di depannya dengan penuh selidik."Nak, dari mana kau tahu nama itu? Apa tujuanmu sebenarnya?" tanyanya, suaranya tetap tenang, tetapi ada sedikit getaran yang menunjukkan ketegangan yang mulai menguasainya.Du Shen tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya dengan dingin, ekspresi wajahnya tak terbaca, seperti batu tanpa emosi."Kau tak perlu tahu," katanya dengan suara rendah namun penuh tekanan. "Jawab saja pertanyaanku."Begitu kata-katanya meluncur, sesuatu yang tak kasat mata namun begitu menakutkan melingkupi

    Last Updated : 2025-03-25
  • Legenda Dewa Racun   Bab 68 - Puncak Ketegangan

    "Mengetahui bahwa Klan Murong memiliki pelakat ini," suara Du Shen terdengar rendah namun penuh tekanan, "berarti kalian memiliki hubungan tertentu dengan bandit Kapak Merah."Mendengar itu suasana mendadak hening. Beberapa tetua klan Murong yang berada di sekitar mulai saling bertukar pandangan, tetapi tak satu pun yang berani bersuara."Kau tak perlu menyembunyikan apa pun," lanjut Du Shen dengan nada dingin yang disertai aura mengancam, "kecuali kau ingin melihat seluruh klanmu menderita."Kata-kata itu bagaikan palu godam yang menghantam setiap orang. Beberapa anggota klan Murong merasakan keringat dingin mengalir di pelipis mereka, sementara Murong Giu, pemimpin klan Murong, tetap berusaha mempertahankan ekspresinya yang tenang meski di dalam hatinya ia tahu bahwa situasi ini bisa berakhir sangat buruk.Sementara Du Shen tidak sedang dalam suasana hati yang baik.Sejak menemukan pelakat bandit Kapak Merah di dalam cincin penyimpanan Murong Giu, kemarahannya terus berkecamuk seper

    Last Updated : 2025-03-26
  • Legenda Dewa Racun   Bab 69 - Dua Ekor Naga Petir

    Dua sosok melompat ke depan, gerakan mereka cepat bagaikan kilat yang membelah langit. Murong Ning dan Murong Liang, dua tetua klan Murong yang terkenal dengan pengalaman bertempur mereka, langsung menghunus pedang masing-masing. Walaupun tak sekuat Murong Bai namun kedua tetua ini tak bisa diremehkan.Di bawah langit kelabu yang membentang di atas kota Danau Hitam, bilah pedang mereka memancarkan aura dingin yang menakutkan. Masing-masing merupakan Artefak Tingkat Lima—senjata yang sangat langka di Kota Danau Hitam, memancarkan cahaya biru yang berdenyut seperti ombak lautan yang siap memotong mangsanya.Murong Liang menatap lurus ke arah Du Shen, ekspresinya penuh dengan keyakinan."Sekuat apa pun dirimu, menghadapi kerja sama dua ahli di ranah Golden Core adalah sebuah kesalahan besar!" serunya, lalu melesat maju tanpa ragu.Di saat yang sama, Murong Ning bergerak ke samping dengan langkah gesit, bersiap melancarkan serangan dukungan.Saat Murong Liang mengayunkan pedangnya, tiba-

    Last Updated : 2025-03-26
  • Legenda Dewa Racun   Bab 70 - Formasi Pembunuh Naga

    Di kejauhan, Murong Bai berdiri dengan wajah tegang. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dua naga petir yang ia ciptakan bukanlah teknik biasa. Itu adalah salah satu teknik pamungkas yang seharusnya mampu menghancurkan lawannya dalam sekali serang. Bahkan seorang ahli satu tingkat di atasnya pun tak luput dari kematian jika berani menghadapi serangan itu secara langsung.Tapi Du Shen menatap ke depan dengan ekspresi tenang, hanya mengulurkan satu tangan ke depan. Dari telapak tangannya, energi Qi hijau pekat mulai mengalir, membentuk pusaran mengerikan yang seketika menciptakan sesosok tengkorak raksasa, matanya bersinar merah darah, dan dari mulutnya yang menganga, gelombang aura kematian menyebar ke segala penjuru.Suasana mendadak berubah. Suhu udara menurun drastis. Mereka yang menyaksikan pertempuran dari kejauhan merasakan tubuh mereka menggigil, bukan karena dingin, tapi karena aura kematian yang merasuk hingga ke tulang."I-ini… teknik macam apa ini?" bisik seseorang di te

    Last Updated : 2025-03-27
  • Legenda Dewa Racun   Bab 71 - Energi Qi Beracun

    Di langit yang tampak kelabu dan penuh dengan pusaran energi liar, Formasi Pembunuh Naga itu bersinar terang, memancarkan cahaya biru yang menggetarkan jiwa.Di dalamnya, inskripsi kuno berputar-putar, membentuk pola kompleks yang seolah memiliki kehidupan sendiri. Suara berderit menggema, seperti derak pintu gerbang neraka yang terbuka perlahan.Dan kemudian sebuah pedang energi raksasa mulai menampakkan diri dari dalam formasi.Awalnya hanya sebentuk cahaya samar, namun dalam hitungan detik, pedang itu mengeras menjadi wujud yang nyata. Panjangnya mencapai puluhan meter, dengan bilah yang berdenyut-denyut memancarkan keganasannya. Aura kehancuran yang mengelilinginya begitu kuat, hingga udara di sekitarnya berdesir tak karuan hingga menjadi pusaran ganas."Lakukan sekarang!" seru Murong Bai dengan suara penuh keyakinan.Dengan satu gerakan serempak dari Murong Bai dan kedua tetua klan Murong, formasi itu bergetar hebat sebelum akhirnya melepaskan pedang energi raksasa ke arah Du She

    Last Updated : 2025-03-28
  • Legenda Dewa Racun   Bab 72 - Pilihan Murong Bai

    Langit yang kelam dipenuhi kabut hijau pekat yang menyebar dari tubuh Du Shen, meresap ke dalam udara seperti racun yang perlahan melahap kehidupan di sekitarnya.Dengan tatapan datar seolah tak ada yang berarti baginya, Du Shen mengangkat tangannya, lalu dengan satu gerakan ringan, ia menembakkan gumpalan Qi hijau pekat itu ke arah salah satu tetua klan Murong.WUSHH!Energi itu melesat dengan kecepatan mengerikan, menembus udara dengan suara mendesing.Murong Liang, yang sejak tadi waspada, tiba-tiba merasakan ada sesuatu yang berbahaya mendekat ke arahnya, namun sudah terlambatuntuknya bereaksi."Apa—?!"Belum sempat ia bergerak, gumpalan energi itu telah menghantam tepat di dadanya.Tubuh Murong Liang sedikit terhuyung ke belakang, sementara energi hijau pekat itu menyebar dengan cepat, menyelimuti tubuhnya seperti kabut kematian.Dalam hitungan detik, sesuatu yang mengerikan terjadi. Tubuh Murong Liang mulai menunjukkan perubahan aneh. Semburat hitam menjalar memenuhi sekujur tu

    Last Updated : 2025-03-29

Latest chapter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 120 - Warisan Dewa Kekacauan

    Langkah mereka berhenti di dasar ruang bawah tanah yang sunyi dan lembap. Aroma bebatuan tua dan hawa mistis yang pekat seakan menyambutnya. Di hadapannya berdiri sebuah patung batu yang hampir identik dengan yang sebelumnya mereka temukan di aula atas. Patung itu menggambarkan seorang pria tua berjanggut panjang, duduk dalam posisi bersila. Satu tangannya membentuk mudra, sementara tangan satunya menggenggam sebuah gulungan batu, seolah menyimpan rahasia dunia di dalamnya.Namun yang paling menarik adalah aura yang menguar dari patung itu—tenang, namun penuh dominasi yang sulit dijelaskan. Rasanya seperti berada di hadapan entitas agung yang telah melampaui batas manusia fana."Apa sebenarnya ini? Kenapa patung ini muncul lagi di sini?" gumam Lu Tian, melangkah lebih dekat dengan kening berkerut. Rasa ingin tahunya mengalahkan rasa waspadanya.Tanpa ragu, ia mengulurkan tangan, jemarinya menyentuh permukaan dingin batu itu. Dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti cahaya putih menyila

  • Legenda Dewa Racun   Bab 119 - Pintu Rahasia

    Du Shen kembali berdiri perlahan. Napasnya tertahan, bahunya naik-turun menahan rasa sakit yang masih tertinggal usai menerima tekanan brutal dari Ming Yue. Meski tubuhnya masih berdenyut nyeri di tiap sendi, tekad yang terpancar dari sorot matanya membungkam rasa lemah itu. Ia menatap lurus ke depan, wajahnya serius, dan kali ini tak ada sedikit pun keraguan di matanya. Keteguhan itu jarang muncul pada dirinya, namun kini, setelah semua yang terjadi—terutama setelah Hao Yexin dibawa pergi—ia tak bisa lagi membiarkan diri terombang-ambing oleh keadaan.Sambil mengatur napas, ia mengepalkan tangan. Luka dalam tubuhnya perlahan mulai sembuh berkat latihan teknik kultivasi yang ia kuasai. Namun bukan luka fisik yang paling menyakitkan baginya saat ini, melainkan rasa bersalah yang menghantui pikirannya."Hao Yexin… semoga kau baik-baik saja ke mana pun wanita itu membawamu," batinnya. Ia menunduk, memikirkan ucapan terakhir gadis itu dan beban berat yang kini menggantung di pundaknya."

  • Legenda Dewa Racun   Bab 118 - Pertemuan Singkat

    "Huh? Kau bilang tak berasal dari benua ini? Lantas, dari manakah senior berasal?" tanya Du Shen dengan mata yang menyipit, menyiratkan kehati-hatian. Tekanan spiritual yang sejak awal ia pancarkan perlahan surut, seolah menyadari bahwa dominasi semacam itu takkan berguna melawan sosok di hadapannya.Wanita berjubah putih itu melirik sekilas padanya. Angin berdesir pelan di sekeliling mereka, membawa aroma samar yang entah berasal dari kabut spiritual atau auranya. Lalu, dengan suara pelan namun penuh otoritas, ia menjawab, "Aku berasal dari tempat yang jauh... tempat yang tak bisa kau temukan dalam peta manapun di Benua Yin ini. Tempat itu disebut Benua Yang—alam utama yang jauh lebih luas dan lebih kuat dari daratan rendah seperti benua ini."Mata Du Shen membelalak. Kalimat itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Ia mundur setengah langkah, bukan karena takut, tapi lebih karena terkejut.Benua Yang. Nama itu memang terdengar asing di telinga orang lain, namun baginya s

  • Legenda Dewa Racun   Bab 117 - Kemunculan Sosok Misterius

    Aula utama itu, yang sebelumnya sunyi dan dipenuhi aura sakral, mendadak bergetar pelan. Langit-langitnya, terbuat dari batu giok yang mengilap, mulai beriak seperti permukaan danau yang dilempar kerikil.Riak-riak itu bukan lah ilusi, melainkan gelombang energi spiritual murni yang terpancar dari dimensi yang tersembunyi di balik tirai ruang dan waktu.Kilatan cahaya keemasan mulai merayap dari retakan-retakan tak kasat mata, membentuk pusaran yang perlahan membuka celah ke dimensi lain. Para kultivator yang semula duduk bersila dalam keheningan, langsung terjaga. Mata-mata mereka melebar penuh gairah. Ketenangan berubah jadi hiruk-pikuk dalam sekejap."Itu... Itu dia! Dimensi Langit Surgawi!" teriak seorang kultivator berpakaian hitam, matanya bersinar penuh antusias. "Pintu menuju peninggalan Dewa Kekacauan telah terbuka! Setelah sekian tahun menunggu, akhirnya kita mendapat kesempatan langka ini!"Seruan itu memicu gelombang kegembiraan. Para kultivator dari berbagai sekte dan kl

  • Legenda Dewa Racun   Bab 116 - Peringatan

    "Nak, jangan sekali-kali bermain-main denganku. Kau tahu siapa kami,bukan? Kami berasal dari Sekte Pedang Bulan. Jadi kuperingatkan sekali lagi, lepaskan muridku, dan kuanggap kejadian hari ini sebagai kesalahpahaman yang tak perlu diperpanjang lebih jauh." Suara Luo Ming menggema tegas, meski ada nada getar samar dalam intonasinya. Ia berdiri dengan dada tegak, berusaha menunjukkan wibawa, namun dari matanya yang sedikit menyipit terlihat jelas bahwa tekanan energi dari pemuda di hadapannya telah mengguncang jiwanya. Aura Luo Ming memang masih kuat, tetapi bayangan samar kekalahan barusan membuat keberaniannya terikat. Ia menahan amarah dalam-dalam, hanya demi keselamatan muridnya. Du Shen tidak segera menjawab. Ia menatap pria tua itu dengan sorot mata sedingin salju abadi di puncak gunung. Sejenak ia menghela napas pelan, sebelum akhirnya berkata dengan suara rendah tapi berat, setiap katanya seolah menggema di benak siapa pun yang mendengarnya. "Dan kau harus tahu… aku tak pe

  • Legenda Dewa Racun   Bab 115 - Peringatan!

    Namun sebelum Luo Ming sempat melangkah lebih dekat, sebuah ledakan Qi yang sangat kuat tiba-tiba terpancar dari tubuh Du Shen. Gelombang kejut yang tak terlihat itu meledak ke satu arah dalam sekejap mata, menghantam tubuh Luo Ming seperti palu raksasa yang tak kasatmata.BUGH!Tubuh pria tua itu terlempar ke belakang sejauh beberapa meter. Suara gesekan kaki di lantai marmer menggema keras, meninggalkan jejak retakan yang lurus dan dalam, seolah baru saja diiris oleh pedang tak terlihat. Punggung Luo Ming membentur salah satu pilar batu di sisi aula, membuat retakan halus menjalar ke atas dinding pilar tersebut.Ia tersungkur dengan lutut menyentuh lantai. Wajahnya menegang. Sebuah ekspresi keterkejutan yang amat jarang terlihat pada wajah seorang tetua dari Sekte Pedang Bulan. Nafasnya memburu. Pandangannya tertuju pada sosok Du Shen yang masih berdiri di tempat, bahkan tanpa sedikit pun memutar badan untuk melihat serangannya sendiri. Seolah, semuanya itu hanya gangguan kecil bag

  • Legenda Dewa Racun   Bab 114 - Ganas dan Mematikan

    "Siapa bocah itu? Sombong sekali, berani menunjukkan tekanan energi Qi sekuat itu di tempat seperti ini. Apa dia tidak takut mati?" bisik seorang pria tua berambut kelabu yang duduk bersila di pinggir ruangan aula, matanya menyipit ke arah sumber tekanan yang menegangkan udara."Dia pasti punya latar belakang yang kuat. Tak mungkin seseorang pemuda berani bertindak seperti itu tanpa dukungan dari kekuatan besar di baliknya," sahut pria lain, suaranya nyaris tak terdengar, namun penuh kehati-hatian."Sudahlah," ucap pria ketiga dengan nada lebih serius, "jangan ikut campur. Dunia ini luas, menyimpan banyak ahli misterius. Satu langkah yang salah bisa menyeret kita ke dalam jurang neraka." Ia kemudian kembali menutup matanya, mencoba masuk kembali ke dalam meditasi, meskipun hawa Qi yang menegang masih terasa menyesakkan di dada.Di dalam aula besar yang redup itu, hanya cahaya samar yang berpendar dari batu kristal di dinding-dinding. Namun atmosfer ruangan jauh dari tenang. Udara ter

  • Legenda Dewa Racun   Bab 113 - Hanya Diabaikan

    Qin Chen melangkah maju, sepatu kulit halusnya menjejak lantai batu yang dingin, mengeluarkan suara pelan namun mantap. Tubuhnya tegak dengan dada membusung, seolah setiap langkahnya membawa gengsi dan martabat sebagai murid terhormat dari salah satu sekte besar di benua ini. Ia berhenti sekitar tiga langkah di depan Du Shen, menatap pemuda itu dari atas ke bawah dengan tatapan menilai dan sorot mata yang dingin seperti es.Senyum tipis muncul di sudut bibirnya—bukan senyum ramah, melainkan senyum yang menyimpan ejekan tersembunyi, seolah ia sedang menatap seekor serangga yang tiba-tiba muncul di hadapan makan malamnya.Du Shen, yang sedari tadi hanya berdiri santai dengan tangan di balik punggung, melirik pemuda itu sekilas. Tatapannya acuh tak acuh, bahkan sedikit malas, seolah sedang menilai seseorang yang tak layak untuk diperhatikan. Ia tidak mengatakan apa pun. Wajahnya tetap tenang, seperti permukaan danau di musim gugur yang tak terusik apapun.Qin Chen akhirnya angkat suar

  • Legenda Dewa Racun   Bab 112 - Bertemu Kembali

    Namun ia tak begitu peduli pada patung itu dan mengalihkan perhatian ke segala arah di dalam aula yang luas itu. "Hmm?" Du Shen bergumam lirih sambil menatap sekeliling ruangan luas yang terasa sunyi. Pilar-pilar batu yang menjulang tinggi tampak kokoh menopang langit-langit aula, ia memandangi sekitar seolah tengah mencari seseorang. "Pak tua Zhao... Dia tak ada di sini. Apakah dia masih terjebak dalam dimensi ilusi sebelumnya? Atau jangan-jangan ada ruangan lain selain tempat ini?" Pikirannya terus bergulir, mencoba mencari jawaban. Namun tepat saat ia hendak bergerak untuk menyelidiki lebih jauh, seberkas aura yang familiar tiba-tiba muncul dari sisi timur aula. Aura itu samar namun mengandung nuansa yang tak asing baginya. Du Shen menoleh cepat. Matanya menajam, menyapu arah tempat datangnya aura tersebut. Beberapa langkah dari tempatnya berdiri, sesosok gadis perlahan muncul dari balik kerumunan. Ia tidak sendiri—di dekatnya berdiri dua orang asing yang tampak waspada. Satu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status