Home / Fantasi / Legenda Galuh Tapa / Jenazah Yang Kembali Hidup

Share

Jenazah Yang Kembali Hidup

Author: Riyen Kaiser
last update Last Updated: 2022-01-13 18:23:54

Beberapa hari telah berlalu.

Di tepi muara sungai yang tenang, terlihat seorang pria muda sedang mencari ikan dengan menggunakan pancing.

Sudah dari pagi hari tidak ada satu ikanpun yang menyambar umpannya, membuat pemuda itu mulai kesal.

Namun tak lama kemudian, matanya menangkap sosok tubuh di tepian muara dalam ke adaan terlungkup tak bergerak.

"Apa itu mayat?" gumam pemuda itu. 

Segera dia melepaskan pancingnya, berlari ke arah -yang dikiranya mayat-, lalu memeriksa denyut nadi di tangan kanan.

"Pemuda ini masih hidup," gumam dirinya.

Dia segera memanggil orang untuk membantunya membawa tubuh malang itu pulang ke gubuk yang terletak tidak jauh dari muara ini.

Pemuda yang dimaksud tidak lain adalah Galuh Tapa. Ditangannya masih ada pedang Lintang Kuning yang dicengkram begitu kuat, meski kondisi tubuhnya sudah tidak sadarkan diri, atau dipenuhi oleh banyak luka yang parah.

Pemuda penolong dikenal dengan nama Arya, hidup seorang diri di gubuk kecil yang ada di tepi muara ini.

Selain bertani, Arya meluangkan waktunya untuk mencari ikan di muara sungai, tapi hari ini perolehannya benar-benar mengejutkan.

Dia meletakan tubuh Arya di atas pembaringan yang terbuat dari susunan bambu yang dijalin menggunakan rotan.

Segera Arya pergi ke dapur, mencari tanaman yang dapat digunakan sebagai obat, seperti akar-akaran atau pula rempah-rempahan.

Dia menumbuknya menjadi satu, hingga tercipta sebuah ramuan obat-obatan yang dirinyapun tidak terlalu paham mengenai hal tersebut.

Pakain Galuh Tapa dibuka, ada banyak sekali luka yang memenuhi tubuh pemuda itu, dan yang paling parah tampaknya adalah luka dalam yang tiada nampak oleh mata.

"Obat-obatan yang kubuat hanya bisa menyembuhkan luka-luka kecil," gumam Arya, "Aku harus mencari seorang tabib untuk membantu pemuda ini!"

Arya akhirnya meminta tolang kepada penduduk, salah satu penduduk memberi tahu, ada seorang tabib yang handal bernama Ki Santa dia adalah seorang tabib tersohor.

Namun tempat tinggal Ki Santa cukup jauh dari desa ini, terletak di atas bukit kecil di balik hutan.

Untuk sampai di tempat itu butuh waktu setengah hari bagi Arya dengan berlari atau menunggangi kuda.

"Pergilah ke sana jika kau benar-benar ingin menolong pemuda itu!" ucap salah satu dari warga desa Tepi Muara. "Jika kau beruntung, kau akan bertemu dengan dirinya."

Kabar beredar mengatakan jika Ki Santa cukup sulit ditemui mengingat dirinya selalu pergi untuk menolong orang lain yang membutuhkan pengobatannya.

Tanpa berpikir panjang, Arya segera pergi saat itu juga, dia tidak ingin mengulur waktu mengingat kondisi Galuh Tapa sangat buruk.

Setelah setengah hari berlari-lari, akhirnya Arya tiba di depan rumah Ki Santa.

Rumah itu tidak terlalu besar, tapi juga tidak begitu kecil. Terlihat sangat nyaman untuk ditempati dengan dinding anyaman bambu dan atap dari rumput ilalang.

Tepat di depan rumah itu, ada sebuah telaga kecil yang dipenuhi oleh tanaman teratai warna-warni.

"Apa yang kau inginkan anak muda?" tanya Ki Santa.

"Maaf jika kedatanganku terlalu lancang, Ki Santa!" jawab Arya sambil mengatur nafasnya yang tersengkal-sengkal di tenggorokan. 

"Namun hal ini karena sebuah alasan, di rumahku ada seorang pemuda yang hampir mati karena luka parah, dilihat dari tampilannya dia mungkin seorang pendekar."

Ki Santa mengenyitkan keningnya, tampak sedang berpikir saat ini, tapi kemudian dia menyetujui untuk membantu pemuda tersebut.

Setibanya di rumah Arya, Ki Santa langsung memeriksa tubuh Galuh Tapa.

"Luka yang diderita anak ini sangat parah," ucap Ki Santa, "Aku yakin dia baru saja bertarung melawan musuh yang hebat."

Ki Santa begitu buru-buru saat ini, dia mengeluarkan banyak ramuan obat-obatan dari kotak besar yang dibawa oleh Arya.

Entah ramuan apa yang ada di dalam kotak itu Arya tidak tahu.

Ada satu alasan kuat kenapa Ki Santa begitu ingin mengobati Galuh Tapa, yaitu karena wajah pemuda tersebut.

Melihat raut wajah Galuh Tapa dia pun teringat akan anaknya yang meninggal di masa lampau.

Ki Santa melihat pedang lintang kuning yang ada disisi Galuh Tapa, gumam dihatinya ingin menjadikan pemuda  itu sebagai anak muridnya.

"Kiranya berjodoh, suatu saat nanti aku akan mengangkat anak ini menjadi muridku."

Entah obat-obatan jenis apa yang diramu oleh Ki Santa, Arya jelas tidak tahu menahu mengenai hal itu.

Namun, dia cukup yakin jika luka dalam yang diderita oleh Galuh Tapa akan dapat diobati dan sembuh dalam waktu yang singkat.

Cairan hijau dioleskan pada seluruh tubuh Galuh Tapa, tercium bau khas obat-obatan dari cairan tersebut.

"Bantu aku membuka mulutnya!" ucap Ki Santa kepada Arya.

Dengan sigap, pemuda itu membuka mulut Galuh Tapa, pada saat yang sama secawan minuman berwarna hijau tua di masukan ke dalam mulut Galuh Tapa dengan perlahan.

Efek dari ramuan belum terlihat hingga beberapa waktu kemudian. Namun saat ini, Arya dapat melihat tubuh Galuh Tapa menggigil seolah kedinginan.

Tampaknya reaksi dari obat-obatan itu mulai bekerja saat ini.

"Aku harus membantunya menyerap obat ini," ucap Ki Santa, seraya meletakan dua telapak tangannya di dada Galuh Tapa.

Pada saat yang sama, cahaya hijau keluar dari telapak tangan pria tua itu, menyeruak masuk ke dalam tubuh Galuh Tapa, hingga tubuh pemuda itu kini dikelilingi oleh pijar cahaya hijau redup.

Sebagai seorang tabib, tentunya Ki Santa memiliki sebuah ilmu kanuragan yang terkhusus untuk mengobati luka dalam seperti yang dialami oleh Galuh Tapa.

Setelah cukup lama, Arya melihat luka di tubuh Galuh Tapa tampak mengering. Seperti sebuah keajaiban yang sulit ditemukan.

Menjelang petang hari, Ki Santa berpamitan kepada Arya untuk kembali ke rumahnya.

"Tidak perlu membayarku," ucap Ki Santa, "Anak muda ini mengingatkan diriku kepada seseorang di masa lampau."

Mendengar hal itu, Arya sangat berterima kasih kepada Ki Santa. Lagipula, biaya pengobatan ini sebenarnya sangat mahal, mengingat ramuan yang dibuat oleh Ki Santa pasti tidaklah mudah.

Namun, Arya tidak memiliki cukup banyak uang, dan tampaknya Ki Santa mengetahui hal itu.

"Luka dalamnya akan sembuh dalam beberapa hari ke depan," ucap Ki Santa, "Aku telah menyiapkan ramuan yang harus kau berikan kepada dirinya setiap pagi, jangan sampai lupa!"

"Aku mengerti, Ki Santa!" ucap Arya.

Pada akhirnya, Ki Santa pergi meninggalkan Galuh Tapa, dan berharap suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan pemuda tersebut.

Hari-hari telah berlalu, kondisi Galuh Tapa tampaknya mulai membaik, beberapa luka parah di tengah dadanya mulai mengering.

Hingga pada akhirnya, Galuh Tapa telah sadarkan diri setelah tertidur tujuh hari lamanya.

"Akhirnya kau sudah bangun ..," ucap Arya, wajah pemuda itu terlihat begitu senang saat ini, entah kenapa meskipun dirinya tidak mengenal Galuh Tapa, tapi Arya merasakan ada ikatan batin yang kuat antara dirinya dan Galuh Tapa.

"Dimana aku?" tanya Galuh Tapa dengan nada yang sedikit serak diselingi dengan batuk kecil.

Mata Galuh Tapa menyapu ke arah langit-langit gubuk beratap daun ilalang. Terlihat jelas ada banyak lubang kecil di atap itu, hingga cahaya matahari menerobos masuk, menyilaukan matanya.

"Kau ada di rumahku," jawab Arya, kemudian menjelaskan situasi Galuh Tapa yang ditemuinya di tepi muara sungai 7 hari yang lalu.

"Sungguh, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk membalas budi baikmu kepadaku, Arya," jawab Galuh Tapa.

"Tidak perlu kau pikirkan masalah itu, Saudaraku," jawab Arya sambil tersenyum kecil. "Aku sudah sangat senang melihat kondisimu telah pulih sepenuhnya."

Kemudian Arya kembali menceritakan mengenai seorang tabib handal yang telah membantunya untuk menyembuhkan luka dalam yang diderita oleh Galuh Tapa.

Tabib yang dikenal bernama Ki Santa.

"Tentu saja kau berniat untuk menemui tabib itu, tapi aku menyarankan agar kau memulihkan kekuatanmu, karena keberadaan Ki Santa cukup sulit untuk didatangai."

Arya meminta Galuh Tapa untuk berada beberapa hari lagi di rumahnya, seraya mempersiapkan diri dan menghimpun tenaga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Legenda Galuh Tapa   244. Dengan Terpaksa

    "Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua

  • Legenda Galuh Tapa   243. Markas Negri Singunan

    Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe

  • Legenda Galuh Tapa   242. Musuh Mengaku Kalah

    "Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru

  • Legenda Galuh Tapa   241. Perang Pasmah 3

    Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam

  • Legenda Galuh Tapa   Perang pasma 2

    "Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan

  • Legenda Galuh Tapa   239. Perang Pasmah

    Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele

  • Legenda Galuh Tapa   238. Bersiap, Musuh Datang.

    Setelah kepergian Galuh Tapa. Bagas Sanjaya adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas Markas Periangan. Dia mengatur segala hal sendirian, kecuali jika Tiran Putih sedang memiliki waktu luang untuk memberikan masukan untuknya.Galingga Tirta memang petarung hebat,tapi dia tidak memiliki otak. Kecualibertarung dan menggoda gadis-gadiscantik di tempat ini, tiada hal lain yangdilakukan pemuda itu.Tidak beberapa lama, derap langkah kakikuda tiba-tiba memasuki gerbang Markas Periangan. Ada sekitar dua puluh orang penunggang kuda, dan salah satu dari mereka jelas dikenali Bagas Sanjaya, Rangga rajasa."Patih Bagas Sanjaya" Rangga Rajasa memberi hormat. "Setelah mendengar kalian berhasil menaklukkan markas ini, aku segera menyusul bersama dengan beberapa orang yang lainnya. Jangan khawatir, markas kecil di seberang sungai sangat aman terkendali, sekarang Buja Surut beserta pendekar pemanah dan beberapa pendekar lain bertugas mengatur markas itu."Bagas Sanjaya menarik napas lega.

  • Legenda Galuh Tapa   237. Pada Batasnya

    Hingga terang benderang pikiran Pendekar Janggala setelah tiga benda kegelapan itu hilang dari kepalanya. Sekarang pikirannya terasa lebih jernih, kepalanya terasa lebih ringan dari sebelumnya.Seperti yang di ketahui, susuk Magalahtidak akan bisa di cabut kecuali penggunanya akan mengalami kematian.Tapi Galuh Tapa bisa melakukan hal itu,mungkin saja karena energi alam yangbercampur dengan berkah batu mustika yang ada, atau pula karena nasib baik Pendekar Janggala untuk menebus dosa-dosannya.Lidah Pendekar Janggala terasa kelu untuk beberapa saat, dia hendak mengatakan rasa syukur dan terima kasih tapi suaranya terasa terhenti di kerongkongan. Hanya air mata yang menjawab perkataan Pemuda Pedang Pusaka Lintang Kuning."Terima kasih...terima kasih..." Merah Jambon Barat sujud tiga kali di telapak kaki Galuh Tapa, lalu buru mengangkat tubuh Janggala."Kau harus merawat gurumu dengan baik, lukanya perlu diobati!" ucap Galuh Tapa."Kami akan mengingat kebaikan ini, suatu saat nanti j

  • Legenda Galuh Tapa   236. Kekalahan Janggala

    Belum sampai kuku tajamnya di wajahGaluh Tapa, tiba-tiba gerakannyaterhenti seketika. Wajah bangganya mulai menyurut.lima detik kemudian dia berteriak kesakitan, tubuhnya tersungkur di permukaan tanah, kedua tangannya mencengkram dada dengan kuat. Pak tua itu berguling tak karuan, darah segar keluar menodai pakaian.Ketika hal itu terjadi, Galuh Tapa tidakingin menunggu lama, segera dia melesat di udara. Dia melepaskan beberapa serpihan batu mustika sebagai senjata tepat mengenai kaki orang tua itu, hingga tubuhnya terpasak di tanah, lalu dua buah lagi senjata secara bersamaan mengenai bahu kiri dan kanan.Pendekar Janggala dalam kondisiterlentang, serpihan tertancap dalam dan terasa panas membara. Tangannya berusaha melepaskan dua pedang yang menancap di bahunya tapi tidak mampu.Nampak belum menyerah, kilatan ungumemancar sesaat lalu dua larik cahayamelesat menuju Galuh Tapa, tapi kali inipemuda itu dapat menangkisnya.Beberapa saat kemudian, suasana ditempat itu menjadi pa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status