Beberapa hari telah berlalu.
Di tepi muara sungai yang tenang, terlihat seorang pria muda sedang mencari ikan dengan menggunakan pancing.
Sudah dari pagi hari tidak ada satu ikanpun yang menyambar umpannya, membuat pemuda itu mulai kesal.
Namun tak lama kemudian, matanya menangkap sosok tubuh di tepian muara dalam ke adaan terlungkup tak bergerak.
"Apa itu mayat?" gumam pemuda itu.
Segera dia melepaskan pancingnya, berlari ke arah -yang dikiranya mayat-, lalu memeriksa denyut nadi di tangan kanan.
"Pemuda ini masih hidup," gumam dirinya.
Dia segera memanggil orang untuk membantunya membawa tubuh malang itu pulang ke gubuk yang terletak tidak jauh dari muara ini.
Pemuda yang dimaksud tidak lain adalah Galuh Tapa. Ditangannya masih ada pedang Lintang Kuning yang dicengkram begitu kuat, meski kondisi tubuhnya sudah tidak sadarkan diri, atau dipenuhi oleh banyak luka yang parah.
Pemuda penolong dikenal dengan nama Arya, hidup seorang diri di gubuk kecil yang ada di tepi muara ini.
Selain bertani, Arya meluangkan waktunya untuk mencari ikan di muara sungai, tapi hari ini perolehannya benar-benar mengejutkan.
Dia meletakan tubuh Arya di atas pembaringan yang terbuat dari susunan bambu yang dijalin menggunakan rotan.
Segera Arya pergi ke dapur, mencari tanaman yang dapat digunakan sebagai obat, seperti akar-akaran atau pula rempah-rempahan.
Dia menumbuknya menjadi satu, hingga tercipta sebuah ramuan obat-obatan yang dirinyapun tidak terlalu paham mengenai hal tersebut.
Pakain Galuh Tapa dibuka, ada banyak sekali luka yang memenuhi tubuh pemuda itu, dan yang paling parah tampaknya adalah luka dalam yang tiada nampak oleh mata.
"Obat-obatan yang kubuat hanya bisa menyembuhkan luka-luka kecil," gumam Arya, "Aku harus mencari seorang tabib untuk membantu pemuda ini!"
Arya akhirnya meminta tolang kepada penduduk, salah satu penduduk memberi tahu, ada seorang tabib yang handal bernama Ki Santa dia adalah seorang tabib tersohor.
Namun tempat tinggal Ki Santa cukup jauh dari desa ini, terletak di atas bukit kecil di balik hutan.
Untuk sampai di tempat itu butuh waktu setengah hari bagi Arya dengan berlari atau menunggangi kuda.
"Pergilah ke sana jika kau benar-benar ingin menolong pemuda itu!" ucap salah satu dari warga desa Tepi Muara. "Jika kau beruntung, kau akan bertemu dengan dirinya."
Kabar beredar mengatakan jika Ki Santa cukup sulit ditemui mengingat dirinya selalu pergi untuk menolong orang lain yang membutuhkan pengobatannya.
Tanpa berpikir panjang, Arya segera pergi saat itu juga, dia tidak ingin mengulur waktu mengingat kondisi Galuh Tapa sangat buruk.
Setelah setengah hari berlari-lari, akhirnya Arya tiba di depan rumah Ki Santa.
Rumah itu tidak terlalu besar, tapi juga tidak begitu kecil. Terlihat sangat nyaman untuk ditempati dengan dinding anyaman bambu dan atap dari rumput ilalang.
Tepat di depan rumah itu, ada sebuah telaga kecil yang dipenuhi oleh tanaman teratai warna-warni.
"Apa yang kau inginkan anak muda?" tanya Ki Santa.
"Maaf jika kedatanganku terlalu lancang, Ki Santa!" jawab Arya sambil mengatur nafasnya yang tersengkal-sengkal di tenggorokan.
"Namun hal ini karena sebuah alasan, di rumahku ada seorang pemuda yang hampir mati karena luka parah, dilihat dari tampilannya dia mungkin seorang pendekar."
Ki Santa mengenyitkan keningnya, tampak sedang berpikir saat ini, tapi kemudian dia menyetujui untuk membantu pemuda tersebut.
Setibanya di rumah Arya, Ki Santa langsung memeriksa tubuh Galuh Tapa.
"Luka yang diderita anak ini sangat parah," ucap Ki Santa, "Aku yakin dia baru saja bertarung melawan musuh yang hebat."
Ki Santa begitu buru-buru saat ini, dia mengeluarkan banyak ramuan obat-obatan dari kotak besar yang dibawa oleh Arya.
Entah ramuan apa yang ada di dalam kotak itu Arya tidak tahu.
Ada satu alasan kuat kenapa Ki Santa begitu ingin mengobati Galuh Tapa, yaitu karena wajah pemuda tersebut.Melihat raut wajah Galuh Tapa dia pun teringat akan anaknya yang meninggal di masa lampau.
Ki Santa melihat pedang lintang kuning yang ada disisi Galuh Tapa, gumam dihatinya ingin menjadikan pemuda itu sebagai anak muridnya.
"Kiranya berjodoh, suatu saat nanti aku akan mengangkat anak ini menjadi muridku."
Entah obat-obatan jenis apa yang diramu oleh Ki Santa, Arya jelas tidak tahu menahu mengenai hal itu.
Namun, dia cukup yakin jika luka dalam yang diderita oleh Galuh Tapa akan dapat diobati dan sembuh dalam waktu yang singkat.
Cairan hijau dioleskan pada seluruh tubuh Galuh Tapa, tercium bau khas obat-obatan dari cairan tersebut.
"Bantu aku membuka mulutnya!" ucap Ki Santa kepada Arya.
Dengan sigap, pemuda itu membuka mulut Galuh Tapa, pada saat yang sama secawan minuman berwarna hijau tua di masukan ke dalam mulut Galuh Tapa dengan perlahan.
Efek dari ramuan belum terlihat hingga beberapa waktu kemudian. Namun saat ini, Arya dapat melihat tubuh Galuh Tapa menggigil seolah kedinginan.
Tampaknya reaksi dari obat-obatan itu mulai bekerja saat ini.
"Aku harus membantunya menyerap obat ini," ucap Ki Santa, seraya meletakan dua telapak tangannya di dada Galuh Tapa.
Pada saat yang sama, cahaya hijau keluar dari telapak tangan pria tua itu, menyeruak masuk ke dalam tubuh Galuh Tapa, hingga tubuh pemuda itu kini dikelilingi oleh pijar cahaya hijau redup.
Sebagai seorang tabib, tentunya Ki Santa memiliki sebuah ilmu kanuragan yang terkhusus untuk mengobati luka dalam seperti yang dialami oleh Galuh Tapa.
Setelah cukup lama, Arya melihat luka di tubuh Galuh Tapa tampak mengering. Seperti sebuah keajaiban yang sulit ditemukan.
Menjelang petang hari, Ki Santa berpamitan kepada Arya untuk kembali ke rumahnya.
"Tidak perlu membayarku," ucap Ki Santa, "Anak muda ini mengingatkan diriku kepada seseorang di masa lampau."
Mendengar hal itu, Arya sangat berterima kasih kepada Ki Santa. Lagipula, biaya pengobatan ini sebenarnya sangat mahal, mengingat ramuan yang dibuat oleh Ki Santa pasti tidaklah mudah.
Namun, Arya tidak memiliki cukup banyak uang, dan tampaknya Ki Santa mengetahui hal itu.
"Luka dalamnya akan sembuh dalam beberapa hari ke depan," ucap Ki Santa, "Aku telah menyiapkan ramuan yang harus kau berikan kepada dirinya setiap pagi, jangan sampai lupa!"
"Aku mengerti, Ki Santa!" ucap Arya.
Pada akhirnya, Ki Santa pergi meninggalkan Galuh Tapa, dan berharap suatu saat nanti akan bertemu kembali dengan pemuda tersebut.
Hari-hari telah berlalu, kondisi Galuh Tapa tampaknya mulai membaik, beberapa luka parah di tengah dadanya mulai mengering.
Hingga pada akhirnya, Galuh Tapa telah sadarkan diri setelah tertidur tujuh hari lamanya.
"Akhirnya kau sudah bangun ..," ucap Arya, wajah pemuda itu terlihat begitu senang saat ini, entah kenapa meskipun dirinya tidak mengenal Galuh Tapa, tapi Arya merasakan ada ikatan batin yang kuat antara dirinya dan Galuh Tapa.
"Dimana aku?" tanya Galuh Tapa dengan nada yang sedikit serak diselingi dengan batuk kecil.
Mata Galuh Tapa menyapu ke arah langit-langit gubuk beratap daun ilalang. Terlihat jelas ada banyak lubang kecil di atap itu, hingga cahaya matahari menerobos masuk, menyilaukan matanya.
"Kau ada di rumahku," jawab Arya, kemudian menjelaskan situasi Galuh Tapa yang ditemuinya di tepi muara sungai 7 hari yang lalu.
"Sungguh, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk membalas budi baikmu kepadaku, Arya," jawab Galuh Tapa.
"Tidak perlu kau pikirkan masalah itu, Saudaraku," jawab Arya sambil tersenyum kecil. "Aku sudah sangat senang melihat kondisimu telah pulih sepenuhnya."
Kemudian Arya kembali menceritakan mengenai seorang tabib handal yang telah membantunya untuk menyembuhkan luka dalam yang diderita oleh Galuh Tapa.
Tabib yang dikenal bernama Ki Santa.
"Tentu saja kau berniat untuk menemui tabib itu, tapi aku menyarankan agar kau memulihkan kekuatanmu, karena keberadaan Ki Santa cukup sulit untuk didatangai."
Arya meminta Galuh Tapa untuk berada beberapa hari lagi di rumahnya, seraya mempersiapkan diri dan menghimpun tenaga.
Setelah beberapa hari kemudian Galuh Tapa berpamitan meninggalkan rumah Arya."Kau sudah banyak membantuku, Arya. Namun saat ini aku belum dapat membalas budi baikmu-""Jangan pikirkan hal itu," potong Arya seraya tersenyum kecil. "Pergilah temui Ki Santa, jika suatu hari nanti ada sebuah kesempatan, datanglah ke sini lagi.""Pasti," jawab Galuh Tapa, "Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku, meskipun kita baru saja saling mengenal.""Pergilah saudaraku!' ucap Arya lagi, seraya memeluk tubuh Galuh Tapa dan menepuk pundaknya beberapa kali. "Capailah apa yang menjadi tujuanmu, dan berjuanglah!"Pada akhirnya Galuh Tapa melangkahkan kaki meninggalkan rumah pemuda yang telah menolongnya.Di dalam hati pemuda itu, bertekad akan kembali lagi ke desa ini untuk membalas budi baik Arya yang telah menyelamatkan hidupnya.Seorang lelaki harus memiliki prinsip yang kuat, dan prinsip hidup Galuh Tapa adalah balas budi.Dengan bermoda
Ki Santa masih tersenyum tipis melihat tindakan yang dilakukan oleh Galuh Tapa, dia ingin melihat apakah pemuda itu sanggup menarik pedang di batang lehernya sendiri.Namun, rupanya Galuh Tapa tidak main-main dengan ucpannya, tangannya mulai menarik pedang itu, hingga setetes darah telah keluar dari luka yang dia buat.Ketika Galuh Tapa menutup mata, dan ingin membuktikan kepada Ki Santa bahwa tekadnya begitu kuat, pria tua itu segera menghentikan tangan Galuh Tapa."Cukup, hentikan!" ucap Ki Santa, "Kau sudah menunjukan kebulatan tekad, memang benar aku menginginkan kehidupanmu, tapi bukan nyawamu."Galuh Tapa menatap Ki Santa dengan penuh makna, ada banyak pertanyaan di benaknya, yang tidak dapat diungkapkan satu persatu."Menyerahkan hidupmu padaku, bukan berarti kau harus mati, anak muda," ucap Galuh Tapa. "Tapi pemaknaan yang lebih dalam, aku ingin membuat dirimu tunduk pada aturanku, tunduk pada semua perintah dan nasehat yang akan kuajarkan
Galuh Tapa melanjutkan latihan selanjutnya. Dengan keyakinan keras pemuda ini berlatih ''Kamu harus berlatih didalam sungai yang ada dilering bukit ini,''ucap Ki Santa. ''Baik Eyang Guru, aku akan berlatih.''jawab Galuh Tapa dengan semangat. Setelah itu Galuh Tapa menuju sungai itu,dengan rasa semangat dia menuruni lereng bukit. Pemuda ini melihat air yang begitu deras dengan warna air yang kebiru- biruaan. ''Gumam Galuh Tapa, apakah aku mampu masuk kedalam air yang begitu deras, yang nampak begitu dalam. Pemuda ini penuh keraguan yang begitu mendalam. Namun Galuh Tapa tetap masuk kedalam air itu ,lalu berenang beberapa depa kedalam air, pemuda ini tersiret terbawa arus sungai yang deras. Tubuhnya terhanyut oleh deras nya air sungai. Setelah pemuda ini sampai di tepi sungai, dia berdiri lalu keluar dari sungai. Dengan wajah nampak begitu pucat dan tubuhnya menggigil kedinginan. ''Galuh,anak muridku carilah sungai yang air nya yang agak tenang ,nanti jika kamu berha
Didalam lamunan Galuh Tapa teringat akan temannya yang telah telah meninggal oleh pendekar aliran hitam.Dia bertekad untuk membalaskan dendam Aji Bakas dan penduduk desa Luang Nyawa yang telah dibantai oleh sekte Naga Hintam.Kemudian Galuh Tapa mencoba mengeluarkan ajian yang dimilikinya. Ajian Rentak Bumi dikeluarkan Galuh Tapa , ajiannya terarah kepada batang besar yang dihadapan matanya.Ajian Rentak Bumi menghantam bantang lalu tebakar,walaupan ajian yang dimiliki belum memasuki level tinggi.Ki Santa melihat ajian yang dipakai anak muridnya sembari dia sangat terkejut, karna ajian Rentak Bumi hanya Ki Santa dan Ki Ulung yang memiliki ajian itu."kenapa kamu bisamemiliki ajian Rentak Bumi? "tanya Sang Guru kepada GaluhTapa. Ajian Rentak Bumi diberikan Eyang Guru,yang bernama Ki Ulung."jawab Galuh Tapa dengan lirih.Setelah mendengar jawaban seoarang murid, Ki Santa merasa senang sembari tersenyum tipis dari bibirnya. Ki Santa menceritakan bahwa Ki Ulung adalah adek sepeg
Setelah satu tahun berlalu, beberapa orang penduduk desa mendatangi tempat Ki Santa berdiam, dengan napas terhela-hela diantara mereka menceritakan, bahwa didesa tempat mereka tinggal terjadi wabah yang megerikan. Membuat penduduk jatuh sakit, karna air sungai yang mereka minum bayak membuat penduduk terkena wabah. Seiring waktu menjelang mlam, mereka bermalam di gubuk reot itu, entah apa yang membuat mereka datang menemui tempat Ki Santa, mereka meminta tolong, untuk mendatangi penduduk desa lalu mengobatinya. Ki Santa dan Galuh Tapa mendengar akan hal itu, mereka akan mengobati penduduk desa Kerinjing, bahkan akan mencari tahu sebab datangnya wabah di kampung itu. Keesokan hari mereka turun dari bukit tengkorak, Galuh Tapa dan Ki Santa memakai ilmu meringankan tubuh, mereka semua saling memegang tangan sembari terbang melayang, tidak memakan waktu lama mereka akan sampai di desa Kerinjing. Setelah sampai didesa itu Galuh Tapa dan Ki Santa terkejut melehat prahara yang me
Setelah beberapa tahun berlalu Galuh Tapa terus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya, dengan rajin pemuda ini selalu berlatih walaupun tanpa ada paksaan dari seorang guru. Bagaikan sebuah pohon besar, semakin tinggi tentu semakin deras angin menerpa, keinginan dan hasrat seorang pendekar harus memiliki jiwa kesatria, agar kelak mampu melawan aliran hitam yang bertindak sewenang-wenang. "Galuh, kenapa kamu tidak berlatih memaikan pedang Lintang Kuning, ku lihat kamu hanya memandang dan tidak mau mencabut pedang itu dari sarungnya.''ucap Ki Santa. "Jika melihat pedang ini aku teringat akan temanku,dan pendang ini belum bisa kukuasai, karna belum terpikir olehku untuk mempelajari pendang ini."jawab Galuh Tapa. "Kalau kamu tidak mempelajari pedang itu, kapan kamu akan mengusai pedang itu,bukankah pendang ini jadi incaran aliran hitam."ucap Ki Santa sembari memberi masukan. Galuh tapa hanya menganggukkan kepalah dan memikirkan perkataan gurunya itu memang ada benarnya.
Di pagi hari yang cerah sinar matahari mulai membentang.Galuh Tapa melanjutkan latihan, sebelelum latihan pemuda ini seketika melakukan pemanasan untuk menghangatkan suhu tubuh. Kali ini Galuh Tapa mengeluarkan pedang dari sarungnya, nampak terpancar cahaya keemasan dari pedang Lintang Kuning. Galuh Tapa mulai memainkan pedang pusaka Lintang Kuning, pemuda ini memakai ilmu meringankan tubuh, dia melompat diatas dedaunan dan turun kebawa menghunuskan pedang itu ketanah, lalu terbang melayang diatas pohon besar dan dengan sedikit mengibaskan pedang kedaun-daun yang ada dipohon itu, daunpun jatuh bertaburan ditanah. Setelah beberapa menit memaikan pedang pusaka Lintang Kuning,Galuh Tapa mulai merasakan hisapan energi pedang itu, seketika pemuda ini teringat ucapan seorang guru,dan dia tidak mau lagi memaksakan diri untuk mengusai pedang itu.Jadi pemuda itu langsung memasukan pedang pusaka Lintang Kuning kedalam sarungnya.Galuh Tapa menghentikan latihan sejenak dan menemui Sa
Setelah menyelesaikan masalah didesa Langur, Galuh Tapa meninggalkan desa itu, kini dia melanjutkan perjalanannya.Didalam perjalanannya Galuh Tapa tidak memakai ilmu yang dimilikinya, pemudah ini hanya berjalan kaki untuk menuju kerajaan Fasma Lebar.Namun sebelum sampai kekerajan itu, Galuh Tapa harus melalui beberpa desa, dari kejauhan sudah nampak suatu desa kecil, dia langsung mengarah berjalan kedesa yang telah terlehat.Ketika hendak sampai kedesa ,Galuh Tapa dihadang oleh seorang yang berkulit hitam yang berbadan kekar dengan raut wajah yang nampak garang."Mau kemana kisanak, pria ini sembari memegang pinggang. "ucap pria itu dengan nada membentak. "Aku hanya ingin pergi kedesa itu."ucap Galuh tapa dengan lirih.Pria berbadan kekar itu, maju mendekati Galuh Tapa dengan melinggangkan tangan, seakan-akan ingin memperlihatkan kegagahannya.Sementara itu Galuh Tapa tetap tenang, pria kekar itu seraya melhat pedang Lintang Kuning yang disandang anak muda itu." Pedangmu sang