Share

Legenda Galuh Tapa
Legenda Galuh Tapa
Penulis: Riyen Kaiser

Kehancuran Desa Luang Nyawa

Desa Luang Nyawa begitu aman dalam beberapa tahun terakhir, tapi hari ini desa itu menjadi lautan darah. Terjadi pertarungan besar di desa itu yang melibatkan beberapa pendekar hebat.

Entah sudah berapa banyak rumah terbakar karena pertarungan mereka? atau berapa banyak warga yang terkena imbas dari pertarungan tersebut.

Kehancuran desa itu, merupakan buah dari keterlibatan mereka menyembunyikan seorang pendekar yang memegang pedang Lintang Kuning, yaitu pendekar Aji Bakas.

Galuh Tapa, seorang pemuda yang merupakan sahabat karib Aji Bakas, lahir dan besar di Desa tersebut, melakukan perlawan terhadap Pendekar Aliran Sesat dari perguruan Naga Hitam yang dimpimpin oleh Gambir Rimba. Walaupun saat ini, ilmu kanuragan yang dimilikinya tidak sehebat Aji Bakas.

"Serahkan Pedang Lintang Kuning itu!" salah satu dari aliran hitam mengancam, "Atau kau akan mati!"

Aji Bakas kini berwajah pucat, sesekali dia menatap wajah Galuh Tapa yang berdiri tepat di depannya. Tampaknya Galuh Tapa memberi isyarat kepada lawan agar melewati nyawanya terlebih dahulu sebelum mengambil pedang Lintang Kuning dari tangan sahabatnya.

"Masalah ini tidak ada urusannya denganmu, Galuh Tapa," ucap Gambir Rimba, "kenapa kau dan penduduk desa Luang Nyawa melindungi Aji Bakas?"

Gambir Rimba berniat merebut pedang Lintang Kuning dari tangan Aji Bakas, tapi dihalangi oleh Galuh Tapa dan penduduk desa yang mengtahui rahasia dari pedang tersebut.

Ya, seorang empu hebat pernah hidup di desa Luang Nyawa, dan menciptakan dua pedang sakti mandraguna, yang salah satunya kini berada di tangan Aji Bakas.

Menilik sejarah panjang pedang tersebut, yang pernah digunakan  untuk melindungi desa, kini malah menjadi petaka bagi Desa Luang nyawa.

Pertarungan antara Gambir Rimba dan anak buahnya melawan Galuh Tapa dan Aji Bakas telah berlangsung setengah hari lamanya, dan kini dua pemuda itu mulai kehabisan tenaga dalam.

Mereka terpojok ke arah jurang 

dalam yang menglilingi Desa Luang Nyawa.

Meskipun jelas Galuh Tapa tidak memiliki hubungan apapun dengan pedang Lintang Kuning, tapi dia tidak bisa membiarkan para aliran hitam menguasai pedang tersebut. 

Lebih lagi ketika pedang itu berada di tangan sahabatnya, Aji Bakas.

"Galuh tapa," ucap Aji Bakas suaranya terdengar serak dan dalam, sesakali dari mulutnya keluar darah merah karena luka dalam, "Pergilah dari sini, seperti yang mereka bilang, kau tidak ada hubungannya dengan diriku, atau pula dengan Pedang Lintang Kuning."

Mendengar peringatan temannya, Galuh Tapa malah tertawa kecil, "Bodoh, apa kau pikir aku akan pergi begitu saja, melihat temannku dibunuh di depan mata?"

"Kau tidak berubah, keras kepala seperti biasanya," timbal Aji Bakas.

"Apapaun yang terjadi, jangan menyarah!" ucap Galuh Tapa. "Pedang Lintang Kuning akan jadi mala petaka jika jatuh di tangan aliran sesat, jika harus berkorban nyawa, maka aku siap melakukannya."

Mendengar tekad kuat Galuh Tapa, Aji Bakas hanya tersenyum pahit. Entah kenapa kali ini dia teringat masa silam ketika  mereka masih berumur belasan tahun.

Dahulu, Galuh Tapa hanyalah anak malang tanpa orang tua. Acap kali pemuda itu dihina dan dicaci maki oleh teman-temannya.

Meskipun Aji Bakas acap kali menghajar Galuh Tapa hingga terluka, pada akhrinya Galuh Tapa tetap memaafkan Aji Bakas.

Tanpa orang tua, rupanya membuat hati Galuh Tapa terasa hampa. Dia merindukan pertemanan seperti anak-anak yang lain. Untuk mendapatkan hal itu, Galuh Tapa bahkan relah mendapat caci maki dari teman-temannya, ataupun perlaukan buruk Aji Bakas.

Namun, pada akhirnya mereka berdua menjadi teman baik.

Jika hari ini Aliran Hitam akan merenggut Aji Bakas dari dunia ini, maka jelas Galuh Tapa adalah orang pertama yang akan menentangnya. Dia tidak ingin kehilangan teman dekat. Tidak ingin!

"Ini peringatan terkahir," ucap Gambir Rimba, "Menyingkirlah dari hadapanku, Galuh Tapa!"

"Bahkan dalam mimipimu sekalipun, aku tidak akan pergi!" jawab Galuh Tapa.

Gambir Rimba mungkin dapat menghadapi Aji Bakas meskipun pemuda itu memiliki pedang pusaka Lintang Kuning, tapi Galuh Tapa dengan Ajian Rentak Bumi benar-benar merepotkan dirinya.

Setiap kali Gambir Rimba hampir membunuh Aji Bakas, Galuh Tapa menghalanginya dengan Ajian Rentak Bumi. Ini benar-benar membuat pria itu kesal.

"Kalau itu maumu, aku akan membunuh kalian berdua!" gambir Rimba berteriak keras, kemudian mengerahkan beberapa muridnya untuk menyerang Galuh Tapa dan Aji Bakas.

Pertempuran sengit terjadi lagi. 

Beberapa kali serangan lawan hampir dapat membunuh Aji Bakas tapi lagi-lagi dihalau oleh Galuh Tapa.

Sesekali pedang Lintang Kuning diayunkan, mengirim serangan yang begitu kuat ke arah lawan-lawannya.

Beberapa orang mati dalam seketika oleh pedang tersebut, tapi musuh berjumlah cukup banyak.

Menggunakan pedang Lintang Kuning dalam waktu yang cukup lama ternyata menguras tenaga dalam Aji Bakas. Sekarang, tebasan pedang itu tidak sekuat tebasan sebelumnya.

Ketika dua sahabat dekat itu masih bekemelut dengan lawan-lawannya, Gambir Rimba menemukan celah untuk menyerang.

Seberkas cahaya hitam kemerahan menderu menerobos udara kering, dan mendarat tepat di tengah tubuh Aji Bakas.

Pemuda itu tepental beberapa jauhnya, hampir saja jatuh ke dalam jurang.

Darah segar sekali lagi keluar dari mulut Aji Bakas, dan dadanya terlihat melepuh seperti terbakar.

Galuh Tapa bergegas menolong temannya, tapi tidak berhasil. 

Beberapa murid Gambir Rimba menyerang Galuh Tapa tanpa hanti.

Setelah melihat tubuh Aji bakas yang sudah terbujur kaku dan tak bernyawa, Galuh Tapa mengabil pedang Lintang Kuning.

Amarah Galuh Tapa memuncak. Serangan Galuh Tapa tak henti-henti menyerang anak murid Gambir Rimba.

Dia mengeluarkan ajian rentak bumi, musuhpun berhamburan seperti dedaunan yang telah kering.

Akan tetapi jumlah Anak murid Gambir Rimba terlalu banyak hingga tenaga yang dikeluarkan Galuh tapa mulai melemah.

Pertikaian terus berlanjut serangan yang dilakukan Anak murid Gambir Rimba mulai membuat Galuh tapa kualahan, serangan  musuh  mengenai tubuh Galuh Tapa, pukulan yang keras mengenai perut dan wajahnya, hingga Galuh Tapa terpental.

Galuh Tapa masih tetap berusaha bangun lagi dalam kondisi yang terluka, Galuh Tapa terkepung oleh anak murid Gambir Rimba yang menunjukan ekspresi bringas.

Serangan musuh mulai menghantam lagi, Galuh Tapa mengeluarkan lagi ajian Rentak bumi,musuhpun  terpental namun ajian yang dikeluarkan tidak sempurna, dan juga tidak sekuat sebelumnya.

Gambir Rimba murka melihat anak muridnya yang banyak mati, melompat dan mengeluarkan sebuah tendangan yang begitu keras tepat ke tubuh Galuh Tapa.

Galuh Tapa terpental, dan memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"Serahkan pedang itu! "ucap Gambir Rimba dengan nada keras

"Tidak akan pernah kuserahkan pedang ini!", jawab Galuh tapa dengan teguh. "Setelah kami mengorbankan nyawa dan raga, kau pikir aku akan menyerahkan pedang ini begitu saja?"

Gambir Rimba tidak terima dengan perkataan yang dilontarkan Galuh Tapa, dia menyerang dengan sebuah pukulan  tepat ke arah wajah disusul dengan tendangan yang begitu keras secara bertubi -tubi, sehingga membuat Galuh Tapa terpental ke dalam sebuah  jurang yang begitu dalam.

Anak murid Gambir Rimba menelisi jurang mencari Galuh Tapa,namun mereka tidak menemukannya.

Gambir Rimba sangat kesal dengan anak -anak muridnya, karena tidak menemukan keberadaan Galuh Tapa.

Keinginan Gambir Rimba memiliki pedang lintang kuning yang begitu besar untuk menguasai dunia persilatan, tampaknya akan pupus dengan lenyapnya pedang lintang kuning bersama dengan Galuh Tapa.

Galuh Tapa terseret arus  sungai yang begitu deras, hingga Gambir Rimba dan anak- anak muridnya sulit menemukan.

"Cari pemuda itu, temukan dirinya!" perintah Gambir Rimba kepada anak muridnya.

Semua murid bekerja keras untuk menemukan Galuh Tapa, hingga menyusuri bagian hilir sungai, tapi apalah daya hendak dikata, Galuh Tapa bak ditelan bumi. Dia tidak ditemukan di manapun.

"Maaf Guru, kami sudah melakukan yang terbaik ...," salah satu murid sedang melapor kepada Gambir Rimba, dan terlihat ragu dengan ucapannya.

Hal ini dikarenakan Gambir Rimba biasanya akan menghajar murid-muridnya ketika suasana hatinya sedang buruk. Dan benar saja!

"Bodoh! cari dirinya sampai dapat, jangan kembali sebelum pedang itu ada di tanganku!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
wahyu aja
mantap thor
goodnovel comment avatar
Ebi Putrarumaos
bagus bangat
goodnovel comment avatar
Desak Ulan
bagus banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status