Di pagi hari yang cerah sinar matahari mulai membentang.
Galuh Tapa melanjutkan latihan, sebelelum latihan pemuda ini seketika melakukan pemanasan untuk menghangatkan suhu tubuh.
Kali ini Galuh Tapa mengeluarkan pedang dari sarungnya, nampak terpancar cahaya keemasan dari pedang Lintang Kuning.
Galuh Tapa mulai memainkan pedang pusaka Lintang Kuning, pemuda ini memakai ilmu meringankan tubuh, dia melompat diatas dedaunan dan turun kebawa menghunuskan pedang itu ketanah, lalu terbang melayang diatas pohon besar dan dengan sedikit mengibaskan pedang kedaun-daun yang ada dipohon itu, daunpun jatuh bertaburan ditanah.
Setelah beberapa menit memaikan pedang pusaka Lintang Kuning,Galuh Tapa mulai merasakan hisapan energi pedang itu, seketika pemuda ini teringat ucapan seorang guru,dan dia tidak mau lagi memaksakan diri untuk mengusai pedang itu.
Jadi pemuda itu langsung memasukan pedang pusaka Lintang Kuning kedalam sarungnya.
Galuh Tapa menghentikan latihan sejenak dan menemui Sang Guru,dan membantunya, menyulami kayu bakar, lalu membawa kendi- kendi yang telah berisi air, untuk kebutuhan mereka.
Dari kejauhan dipuncak bukit tengkorak mereka melihat asap hitam yang tebal, yang nampaknya sesuatu telah terjadi diwilayah kerajaan fasma.
''Galuh, sepertinya ada kejadian yang menimpa kerajaan fasma,cepat turunlah dari bukit ini siapa tahu disana kamu dibutuhkan. "ucap Ki Santa dengan cemas.
"Baik Eyang Guru, aku akan pergi kesana. "jawab Galuh Tapa.
Setelah itu Galuh Tapa berangkat menuju wilayah itu, dengan memakai ilmu yang dimilikinya tentu tidak akan membutuhkan waktu lama untuk sampai kesana.Hingga pada akhirnya Galuh Tapa sampai ditepi desa,bpemuda ini mulai melangkahkan kaki berjalan di tengah desa.
Dengan melihat keadaan desa yang nampak tidak terjadi apa-apa di tempat itu.
Didesa itu Galuh Tapa melehat sebuah kedai yang banyak pengunjungnya, pemuda itu menuju tempat makan sembari untuk mencari imformasi dari penduduk desa.
Namun tak satupun penduduk desa memberikan impormasi, "entah apa yang membuat mereka tidak memberi tahu, apa mungkin mereka takut dan apa diwilayah kerajaan ini memang tidak terjadi sesuatu, akan tetapi dari raut wajah mereka menyembunyikan suatu hal yang terjadi. "Gumam Galuh Tapa dengan keraguan.
Hari mulai gelap, seketika Galuh Tapa mulai mencari tempat untuk bermalam,dia melehat kakek parubaya yang berjalan.
"kek, apa disekitar desa ini ada sebuah penginapan untuk bermalam, "tanya Galuh Tapa.
" disni tidak ada penginapan anak muda, memangnya mau kemana? "jawab kakek parubaya.
" Saya hanya nyasar didesa ini kek. "sambung Galuh Tapa.
Kakek memandang seluruh tubuh Galuh Tapa,dan melehat seluruh pakaian anak muda itu nampak seperti orang baik.
"Kayaknya pemuda ini seorang pendekar, terlehat dari seluruh pakaian dan pedang yang di sandang anak ini."gumam kakek parubaya.
Hingga pada saat itu, kakek mengajak anak muda tersebut bermalam digubuk reotnya, karna kakek tinggal sendiri. Pemuda itu ikut kakek menuju gubuk, ketika Galuh Tapa sampai didepan gubuk, dia melihat gubuk reot yang atapnya dipenuhi daun ilalang, mereka masuk dalam gubuk itu.
Kakek mempersilakan anak muda itu duduk, mereka duduk diatas tikar kecil yang nampaknya terbuat dari sebuah anyaman bambu.
Pemuda itu memperkenalkan namanya, sembari bercerita kakek menghidangkan makanan seadanya.
"Kek sebenarnya apa yang terjadi didesa ini,karna diatas bukit terlihat awan hitam yang menyelimuti daerah kerajaan Pasma, akan tetapi warga desa yang saya tanya tidak mau bercerita. "ucap Galuh Tapa dengan penyasaran.
" DIwilayah kerajaan pasma ini, sudah banyak suatu kejadian yang diluar naluri."jawab kakek
Galuh Tapa semakin penyasaran tentang semua yang terjadi.
Pada akhirnya kakek parubaya menceritakan awal mula penomena yang menimpa kerajaan pasma.
Semenjak datangnya kabut hitam, semua jadi berubah secara drastis.
Dahulu wilayah kerajaan sangat aman dan damai, tapi sekarang semuanya menjadi berbalik.
Kerajaan Pasma dipimpin seorang raja yang bernama Jagat Satria, dia adalah seorang raja yang baik dan selalu membantu rakyat yang kesusahan.
Namun semejak kabut hitam datang dia menjadi raja yang arogan terhadap rakyatnya, ini masih menjadi sebuah misteri.
semua rakyat dikerajaan Pasma banyak berubah,yang nampakya menjadi jahat dan rasa peduli antara pendudukpun hampir punah, semua seperti binatang buas yang kelaparan.
Siapa yang berkuasa, tentu akan menjadi orang yang disegani penduduk, begitu juga yang terjadi didesa langur ini.
Namun yang banyak berdampak kena pengaruh, mayoritas pemudah yang pulang dari istana kerajaan Pasma.
Hal ini membuat desa langur menjadi tidak tenang dan banyak terjadi kekacaun didesa ini.
Galuh Tapa mendengar cerita kakek, dia pun terispirasi untuk membantu semua masalah diwilayah kerajaan Pasma lebar.
Setelah panjang lebar becerita merekapun mulai merasa mengantuk, dan mereka pun tidur.Keesokan hari Galuh Tapa mendengar suara ribut-ribut diluar gubuk kakek parubaya.
Mereka langsung keluar dari gubuk,dan melerai pertikaian yang terjadi.
Namun sekelompok pemuda desa, tiba-tiba langsung menyerang Galuh Tapa, dia pun mengelak akan amukan pemuda desa, akan tetapi serangan pemuda desa, memaksa Galuh Tapa untuk melakukan perlawanan.
'' Aku tidak ingin pemuda desa ini mati terbunuh. "gumam Galuh Tapa.
Sekelompok pemuda desa murka, mereka secara bersaman menyerang Galuh Tapa, akan tetapi kecepatan pendekar muda ini, membuat kualahan lawan, dia mengeluarkan pukulan-pukulan yang mengenai tubuh sekelompok pemuda desa, hingga membuat tubuh mereka terpental dan tak sadarkan diri.
Hingga pada akhirnya sekelompok pemuda desa dibawa kesuatu tempat untuk diobati, Galuh Tapa membrikan ramuan ajaib untuk menyadarkan pemuda itu.
Setelah satu jam pingsan,sekelompok pemuda desa itu, sadarkan diri dan nampaknya kekuatan hitam yang ada ditubuh mereka lenyap.
"Apa yang terjadi dengan kami."ucap pemuda desa dengan suara serak.
"Kalian terkena sihir hingga membuat kekacawan di desa."ucap galuh tapa dengan santai.
Sekelompok pemuda desa meminta maaf kepada warga desa langur, kini mereka sudah tidak lagi dipengaruhi sihir.
Salah satu dari pemuda desa menceritakan hal menimpa mereka.
"Disaat kami memasuki istana terlehat sesosok wanita sakti yang memegang tongkat seperti kepala Naga hitam, lalu tongkat itu mengeluarkan asap hitam yang tebal menerpa seluruh yang ada diistana itu, dan kamipun tidak sadarkan diri.Mendengar cerita itu Galuh Tapa, akan mencari tahu tentang sesosok wanita bertongkat kepala naga itu.
"Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua
Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe
"Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru
Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam
"Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan
Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele