Share

Jiwa Pedang Pusaka

Setelah  beberapa  tahun berlalu Galuh Tapa terus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya, dengan rajin pemuda ini selalu berlatih walaupun tanpa ada paksaan dari seorang guru.

Bagaikan sebuah pohon besar, semakin tinggi tentu semakin deras  angin menerpa, keinginan dan hasrat seorang pendekar harus memiliki jiwa kesatria, agar kelak mampu melawan aliran hitam yang bertindak sewenang-wenang.  

"Galuh, kenapa kamu tidak berlatih memaikan pedang Lintang Kuning, ku lihat kamu hanya memandang dan tidak mau mencabut pedang itu dari sarungnya.''ucap Ki Santa.

"Jika melihat pedang ini aku teringat akan temanku,dan pendang ini belum bisa kukuasai, karna  belum terpikir olehku untuk mempelajari pendang ini."jawab Galuh Tapa.  

"Kalau kamu tidak mempelajari pedang itu, kapan kamu akan mengusai pedang itu,bukankah  pendang  ini jadi incaran aliran hitam."ucap Ki Santa  sembari memberi masukan.

Galuh tapa hanya menganggukkan kepalah dan memikirkan perkataan gurunya itu memang ada benarnya.

Ki Santa  banyak  mengtahui tentang pedang yang  ada pada anak muridnya, lalu dia menceritkan tentang pedang Lintang Kuning, karna dia pernah mendengar tentang pedang itu, yang dimiliki pendekar hebat sakti mandraguna dikala itu.

Pendang Lintang Kuning mempunyai kesaktiaan yang luar biasa, karna pedang pusaka lintang kuning,  bukan sembarangan pedang , dia memiliki jiwa.

Namun pedang pusaka Lintang Kuning, bisa menyedot  energi tenaga penggunanya, karna jiwa yang ada dipedang itu belum bisa menyatu, pada orang yang memegang pedang itu.

Galuh Tapa masih ragu untuk mempelajari pedang pusaka Lintang Kuning, nampak dari raut wajah pemuda itu yang cemas.

Galuh Tapa dengan teliti memandang pendang pusaka Lintang Kuning yang ada ditangan nya, pemuda ini belum berani mencabut pedang itu dari sangkarnya.

Pedang pusaka Lintang Kuning memancarkan aura yang begitu kuat, terasa saat Galuh Tapa memegang pedang itu.

Galuh Tapa benar-benar  nampak kayak orang kebingungan, karna pemuda  ini belum pernah belajar memainkan teknik pedang,apalagi pedang pusaka Lintang Kuning. 

Ki Santa melihat raut wajah Galuh Tapa, dengan kepolosannya, "Kenapa anak muridku kau nampak begitu bingung, apa yan kau pikirkan , ''tanya Ki Santa dengan rasa ingin tahu. ''sebenarnya aku ingin memainkan pedang ini, akan tetapi aku belum bisa memainkan teknik pedang. "jawab Galuh Tapa dengan lirih.

  

Dengan bantuan seorang guru, akhirnya Galuh Tapa mau mempelajari ilmu pedang, dan pemuda ini berniat untuk memainkan pedang pusaka Lintang Kuning. 

Tanpa ragu-ragu Galuh Tapa membuka sarung pedang pusaka lintang Kuning.

Galuh tapa memegang gagang pedang  itu, dengan perlahan lalu membuka pedang pusaka Lintang Kuning ,terpancar cahaya ke emasan yang menyilaukan mata,  pemuda itu menyipitkankan kedua belah matanya, untuk menahan pancaran pedang itu.

Setelah itu Galuh Tapa mulai mengayunkan pedang itu, dengan rasa penasaran pemuda ini menebaskan pedang kearah kayu besar, hingga kayu itu putus terbelah dua, kena mata pedang pusaka Lintang Kuning.

''Sungguh luar biasa pedang ini, dengan satu tebasan langsung terbelah,dan kalau pedang ini megenai tubuh orang  biasa, tentu akan membuat tubuhnya hancur. "Gumam Galuh Tapa seraya melihat pedang.

Setelah tiga puluh menit memaikan pedang, Galuh Tapa mulai merasakan aura pedang yang begitu kuat, pedang Lintang Kuning menyerap  energi dari tubuh lelaki itu.

Sementara itu lengan tangan  Galuh Tapa mulai bergetar menahan pedang itu, lelaki ini mulai merasakan keringat dingin keluar dari tubuhnya.Kini tangan kirinyapun  membantu memegang gagang pedang pusaka Lintang Kuning, pedang itu mulai menyerap tenaga anak itu.  

   

Jiwa yang ada dalam  pedang Lintang Kuning, belum bisa menyatu dengan tubuh Galuh Tapa, pemuda ini menahan tarikan jiwa pedang.  

Sekarang pedang itu mengendalikan Galuh Tapa, tubuhnya mulai terhempas kepohon besar yang ada dibelakangnya, tetapi dia tetap bertahan,lalu dia terhantam kebatu, kini sekujur tubuhnya mengalami luka lecet, dengan gaga dia bertahan, karna dia  ingin mengusai jiwa pedang itu.   

"Teriak Ki Santa, "cepat masukkan pedang itu dalam berangka, kalau tidak seluruh energimu akan dihisap pedang, dan pedang itu akan membabi buta. 

Mendengar ucapan seorang guru, pemuda ini langsung memasukan pedang lintang Kuning dalam sangkarnya, karna sebagai murid tentu dia menuruti perkataan sang guru, walaupun anak ini masih ingin tetap mengusai pedang itu.

Nampak dari raut wajah Galuh Tapa, yang begitu lelah menahan pedang tadi, napasnya pun tersekal-sengkal.    

Namun Galuh Tapa melanjutkan latihan lagi. Latiahan kali ini tidak memakai pedang, hanya memainkan sebuah tongkat dari kayu.

Tongkat itu mulai memutar, kadang kekiri, kekanan bahkan kedepan,   dengan memainkan jari-jari tangan.

Memang sekil pemuda ini sangat luar biasa, Galuh Tapa memang pemuda yang berbakat, segalah sesuatu yang dicernanya mudah terserap.  

Galuh Tapa bekerja keras hari ini sampai menjelang sore dia tetap berlatih mengasa kemampuannya.

"Anak muridku, hari ini sudah sore dan akan menjelang malam sebaiknya kau istirahat dan lanjutkan lagi esok pagi".  

Sebenarnya Galuh Tapa masih sanggup untuk melanjutkan latihan sampai tengah malam, akan tetapi menuruti perintah seorang guru merupakan prioritas paling utama.

Akhirnya Galuh Tapa menghentikan latihannya dan membersihkan diri.

Setelah malam  tiba seketika mereka berdua menyantap makanan, dengan rasa letih Ki Santa lebih dahulu tidur, karna mungkin  hari ini membuat dirinya merasa  lelah akan pekerjaannya. 

Semetara itu Galuh Tapa beranjak pergi meninggalkan Ki santa yang sedang tidur pulas, pemuda ini duduk diatas pance yang terbuat dari bambu, sembari di temani singkung rebus dan secangkir air putih hangat.

Malam  itu bulan bersinar cukup terang, ada banyak bintang yang terlhat  dilangit, menerangi jagat semesta.

Setelah satu jam menikmati udara malam, Ki Santa membangun dari tidurnya, menemani Galuh Tapa yang duduk sendiri diluar gubuk.

"Bagaimana dengan lukamu,dan apa yang kamu rasakan saat memainkan pedang litang kuning? ucap Ki Santa 

"Ini hanya luka gures, pedang itu membuat saya begetar dan pedang ini belum bisa saya kuasai Eyang Guru." jawab Galuh Tapa. 

"Itu karena kau terlalu bebas dari diri, perlahan-lahan engkau akan terbiasa  

dengan semua itu." sambung Ki Santa.  

''Jika ingin cepat mengusai pedang lintang Kuning, kau harus fokus kepedang itu, karna jiwa dalam pedang itu harus menyatu denganmu dan jangan dipaksan."Ucap Ki Santa dengan memberi semangat.

Galuh Tapa hanya mendengarkan dan menyerap perkatan seorang guru, mereka masuk kegubuk lalu beristirahat, karna hari larut malam. 

     

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status