Share

Memecahkan Misteri

Setelah satu tahun berlalu, beberapa orang penduduk desa mendatangi tempat Ki Santa berdiam, dengan napas terhela-hela diantara mereka menceritakan, bahwa didesa tempat mereka tinggal terjadi wabah yang megerikan. Membuat penduduk jatuh sakit, karna air sungai yang mereka minum bayak membuat penduduk terkena wabah.

Seiring waktu menjelang mlam, mereka bermalam di gubuk reot itu, entah apa yang membuat mereka datang menemui tempat Ki Santa, mereka meminta tolong, untuk mendatangi penduduk desa lalu mengobatinya.  

Ki Santa dan Galuh Tapa mendengar akan hal itu, mereka akan mengobati penduduk desa Kerinjing, bahkan akan mencari tahu sebab datangnya wabah di kampung itu.  

Keesokan hari mereka  turun dari bukit tengkorak, Galuh Tapa dan Ki Santa  memakai ilmu meringankan tubuh, mereka semua saling  memegang tangan sembari terbang melayang,  tidak memakan waktu lama mereka akan sampai di desa Kerinjing.

Setelah sampai didesa itu Galuh Tapa dan Ki Santa terkejut melehat prahara  yang menimpa penduduk desa, karena nampak sesosok anak kecil dengan wajah merah yang  dipenuhi bintik-bintik yang mengeluarkan nanah, dan sekujur tubuhnya menggalami gatal hingga sampai ketulang.

Semua penduduk desa kerinjing yang terkena wabah, hampir sama dengan anak itu.

Dengan ke ahlian yang dimiliki Ki Santa sebagai tabib dan Galuh Tapa sedikit banyak  mengerti akan perobatan.

Kini mereka mulai mengobati satu persatu penduduk desa itu, akan tetapi  penduduk yang terkena wabah semakin banyak, hingga membuat mereka berdua harus berkeja keras, sampai larut malam.

"Eyang  Guru aku akan mencari sebab timbulnya wabah ini, jika di biarkan akan membuat desa ini  semakin larut 

dalam penderitaan."ucap Galuh Tapa dengan rasa ingin tahu.  

"Biarkan aku mengobati penduduk yang disini, kamu cepatlah berangkat cari  tahu apa penyebab  misteri penomena didesa ini.

Galuh Tapa langsung berangkat dengan ditemani empat pemuda desa, didalam perjalanan mereka melihat muara sungai, nampaklah warna sungai yang berwarna hitam pekat yang aroma airnya begitu busuk.Seakan ada bau bangkai yang begitu menyengat. 

"Mungkin ini penyebab wabah didesa kita,''terucap dari salah satu pemuda desa. 

Mereka terus menelisir sungai hingga mereka melihat nampak bayangan hitam.  

Setelah dari dekat mereka melihat segerombolan orang sekitar berjumlah  dua puluh orang, menumpahkan sesuatu di sungai itu.

Hentikan ...

"Terucap dari seorang pemuda desa dengan teriakan kencang.

Kedua puluh orang itu langsung mendekati sekelompok penduduk desa, tiba-tiba langsung datang menyerang.

Terjadilah kemelut pertarungan, semua yang ada disana, serang meyerang. Ke empat peduduk desa dikeroyok dengan sepuluh orang musuh, perlawanan yang  tidak seimbang hingga membuat ke empat pemuda desa, mengalami luka lebam karna terkena pukulan.

Sepuluh lainnya menghadapi Galuh Tapa, dengan mudah pemuda ini mengalahkan lawannya, baru satu jurus merekapun sudah terpental ,karna mereka bukan lawan sebandingnya.

Melihat sepuluh temannya sudah tak berdaya,mereka yang tadi melawan pemuda desa kerinjing ,kini menyerang   Galuh Tapa, lawanpun  mengeluarkan pedang, akan tetapi pemuda itu langsung menggunakan ilmu meringankan tubuh, dia terbang keatas menghetam kan ajian Rentak Bumi dari atas. 

Dengan suara pekikan Galuh Tapa  mengeluarkan ajian 

Rentak bumi 

lawanpun terpental beberapa depa, kesembilan lawanpun meninggal dengan luka bakar.

       

Ketua pemimpin  musuh tercengang, dengan kedua mata melotot, melihat ilmu yang digunakan Galuh Tapa.

Galuh tapa, menghenuskan pukulan kewajah musuh, ''Kenapa kalian mencemari sungai ini,"tekan Galuh Tapa kepada musuh. ''kami hanya ingin penduduk desa kerinjing menjadi menderita, jika mereka sakit kami akan bawah seorang tabib, tapi kelak  mereka sembuh  harus pergi dari desa dan  kami akan mengnguasai desa itu, "sambung musuh  dengan pucat.

"awas, kalau wabah ini terjadi  lagi di desa kerinjing, "ucap Galuh Tapa mengancam musuh.

Musuhpun hanya  menganggukan kepalah dengan raut wajah pucat dan kringat dingin membasahi tubuhnya.

Pada akhirnya Galuh tapa membiarkan musuh pergi,dan teman-temannya yang terluka juga ikut  meninggalkan tempat itu dengan keadaan luka.

Setelah itu Galuh Tapa menolong ke empat  pemuda yang menglami luka lebam akibat terkena beberapa pukulan.  

Dalam waktu lima belas menit Galuh Tapa meninggalkan ke empat pemuda itu, untuk mencari obat dari dedaunan yang  ada dihutan.

Setelah dia mendapatkan obat, dia langsung menemui ke ke empat pemuda tadi. Galuh Tapa langsung menempelkan daun yang telah dihaluskan. 

Ke empat pemuda itu merasakan perih, akibat reaksi obat yang telah diracik.Sembari mengngobati luka Galuh Tapa bertanya kepada salah satu pemuda desa.

"apakah sekelompok orang menyerang kita tadi, sering melakukan kekacauan. '' tanya Galuh tapa. 

"Merika sering melakukan kekacauan, karna mereka ingin menggambil hasil ladang kami, karna desa kami, kaya akan kebutuhan pangan."jawab pemuda dengan nada tersengkal sakit.

Setelah  dua jam lamanya, beristirahat  mengobati ke empat pemuda desa, merekapun pergi meninggalkan muara tepi sungai.

Dengan keadaan yang luka, pemuda desa melangkan kaki untuk kembali, dalam waktu tiga puluh menit, merika sudah sampai kedesa.    

Galuh Tapa dan ke empat pemuda desa, di sambut oleh warga desa dan Ki Santapun ada disana, warga terkejut melihat ke empat pemuda, yang wajahnya mengalami luka lebam, ahkirnya Kidemang menyuruh masuk dalam rumahnya.

Di sebuah rumah Kidemang, Galuh Tapa menceritakan tentang yang terjadi didesa ini.

"Ada sekelompok orang yang nampaknya mencemari sungai yang ada didesa ini, akan tetapi kami datang menghalau mereka, hingga terjadi pertikaian.  

   

Namun kami berhasil menglahkan mereka,  sembari bercerita hidangan minum sampai, Kidemang  menyuruh mereka semua untuk mencicipi makanan yang dihidangkan.

Setelah selsai Galuh Tapa dan Ki Santa pergi, untuk  mengobati warga desa yang belum di obati, dengan perlahan semua warga yang terkena wabah, kini mulai sembuh.

Malampun tiba, terdengar suara petir dan guntur yang di iringi hujan deras, seakan membuat desa itu hanyut diterpa sungai yang deras, bebatuan hanyut di bawah arus terdengar sampai kedesa itu.   

Selama satu jam hujan turun, hingga membuat suasana malam  semakin mecekam.

" Mungkin ini kehendak, sang pecipta, untuk membersihkan air sungai yang tercemar. "ucap KI Santa.

"Walaupun malam ini sangat mencekam, mudah-mudahan apa yang Eyang Guru ucapkan benar. "jawab Galuh Tapa.

Akhirnya hujanpun berhenti, mereka  pun membaringkan tubuh lalu terlelap. 

  

Ke esokan hari Galuh Tapa dan Ki Santa melehat air sungai yang nampak bersih, dan semua penduduk desa, kini sudah benar-benar sembuh.

Akhirnya Ki Santa dan Galuh Tapa akan pamit pulang, penduduk desa berkumpul dan mengucapkan terimakasih  kepada mereka berdua.

Namun perjalanan pemuda ini masih panjang.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
wahyu aja
mantap thour
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status