Beranda / Fantasi / Legenda Galuh Tapa / Memecahkan Misteri

Share

Memecahkan Misteri

Penulis: Riyen Kaiser
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-10 16:27:49

Setelah satu tahun berlalu, beberapa orang penduduk desa mendatangi tempat Ki Santa berdiam, dengan napas terhela-hela diantara mereka menceritakan, bahwa didesa tempat mereka tinggal terjadi wabah yang megerikan. Membuat penduduk jatuh sakit, karna air sungai yang mereka minum bayak membuat penduduk terkena wabah.

Seiring waktu menjelang mlam, mereka bermalam di gubuk reot itu, entah apa yang membuat mereka datang menemui tempat Ki Santa, mereka meminta tolong, untuk mendatangi penduduk desa lalu mengobatinya.  

Ki Santa dan Galuh Tapa mendengar akan hal itu, mereka akan mengobati penduduk desa Kerinjing, bahkan akan mencari tahu sebab datangnya wabah di kampung itu.  

Keesokan hari mereka  turun dari bukit tengkorak, Galuh Tapa dan Ki Santa  memakai ilmu meringankan tubuh, mereka semua saling  memegang tangan sembari terbang melayang,  tidak memakan waktu lama mereka akan sampai di desa Kerinjing.

Setelah sampai didesa itu Galuh Tapa dan Ki Santa terkejut melehat prahara  yang menimpa penduduk desa, karena nampak sesosok anak kecil dengan wajah merah yang  dipenuhi bintik-bintik yang mengeluarkan nanah, dan sekujur tubuhnya menggalami gatal hingga sampai ketulang.

Semua penduduk desa kerinjing yang terkena wabah, hampir sama dengan anak itu.

Dengan ke ahlian yang dimiliki Ki Santa sebagai tabib dan Galuh Tapa sedikit banyak  mengerti akan perobatan.

Kini mereka mulai mengobati satu persatu penduduk desa itu, akan tetapi  penduduk yang terkena wabah semakin banyak, hingga membuat mereka berdua harus berkeja keras, sampai larut malam.

"Eyang  Guru aku akan mencari sebab timbulnya wabah ini, jika di biarkan akan membuat desa ini  semakin larut 

dalam penderitaan."ucap Galuh Tapa dengan rasa ingin tahu.  

"Biarkan aku mengobati penduduk yang disini, kamu cepatlah berangkat cari  tahu apa penyebab  misteri penomena didesa ini.

Galuh Tapa langsung berangkat dengan ditemani empat pemuda desa, didalam perjalanan mereka melihat muara sungai, nampaklah warna sungai yang berwarna hitam pekat yang aroma airnya begitu busuk.Seakan ada bau bangkai yang begitu menyengat. 

"Mungkin ini penyebab wabah didesa kita,''terucap dari salah satu pemuda desa. 

Mereka terus menelisir sungai hingga mereka melihat nampak bayangan hitam.  

Setelah dari dekat mereka melihat segerombolan orang sekitar berjumlah  dua puluh orang, menumpahkan sesuatu di sungai itu.

Hentikan ...

"Terucap dari seorang pemuda desa dengan teriakan kencang.

Kedua puluh orang itu langsung mendekati sekelompok penduduk desa, tiba-tiba langsung datang menyerang.

Terjadilah kemelut pertarungan, semua yang ada disana, serang meyerang. Ke empat peduduk desa dikeroyok dengan sepuluh orang musuh, perlawanan yang  tidak seimbang hingga membuat ke empat pemuda desa, mengalami luka lebam karna terkena pukulan.

Sepuluh lainnya menghadapi Galuh Tapa, dengan mudah pemuda ini mengalahkan lawannya, baru satu jurus merekapun sudah terpental ,karna mereka bukan lawan sebandingnya.

Melihat sepuluh temannya sudah tak berdaya,mereka yang tadi melawan pemuda desa kerinjing ,kini menyerang   Galuh Tapa, lawanpun  mengeluarkan pedang, akan tetapi pemuda itu langsung menggunakan ilmu meringankan tubuh, dia terbang keatas menghetam kan ajian Rentak Bumi dari atas. 

Dengan suara pekikan Galuh Tapa  mengeluarkan ajian 

Rentak bumi 

lawanpun terpental beberapa depa, kesembilan lawanpun meninggal dengan luka bakar.

       

Ketua pemimpin  musuh tercengang, dengan kedua mata melotot, melihat ilmu yang digunakan Galuh Tapa.

Galuh tapa, menghenuskan pukulan kewajah musuh, ''Kenapa kalian mencemari sungai ini,"tekan Galuh Tapa kepada musuh. ''kami hanya ingin penduduk desa kerinjing menjadi menderita, jika mereka sakit kami akan bawah seorang tabib, tapi kelak  mereka sembuh  harus pergi dari desa dan  kami akan mengnguasai desa itu, "sambung musuh  dengan pucat.

"awas, kalau wabah ini terjadi  lagi di desa kerinjing, "ucap Galuh Tapa mengancam musuh.

Musuhpun hanya  menganggukan kepalah dengan raut wajah pucat dan kringat dingin membasahi tubuhnya.

Pada akhirnya Galuh tapa membiarkan musuh pergi,dan teman-temannya yang terluka juga ikut  meninggalkan tempat itu dengan keadaan luka.

Setelah itu Galuh Tapa menolong ke empat  pemuda yang menglami luka lebam akibat terkena beberapa pukulan.  

Dalam waktu lima belas menit Galuh Tapa meninggalkan ke empat pemuda itu, untuk mencari obat dari dedaunan yang  ada dihutan.

Setelah dia mendapatkan obat, dia langsung menemui ke ke empat pemuda tadi. Galuh Tapa langsung menempelkan daun yang telah dihaluskan. 

Ke empat pemuda itu merasakan perih, akibat reaksi obat yang telah diracik.Sembari mengngobati luka Galuh Tapa bertanya kepada salah satu pemuda desa.

"apakah sekelompok orang menyerang kita tadi, sering melakukan kekacauan. '' tanya Galuh tapa. 

"Merika sering melakukan kekacauan, karna mereka ingin menggambil hasil ladang kami, karna desa kami, kaya akan kebutuhan pangan."jawab pemuda dengan nada tersengkal sakit.

Setelah  dua jam lamanya, beristirahat  mengobati ke empat pemuda desa, merekapun pergi meninggalkan muara tepi sungai.

Dengan keadaan yang luka, pemuda desa melangkan kaki untuk kembali, dalam waktu tiga puluh menit, merika sudah sampai kedesa.    

Galuh Tapa dan ke empat pemuda desa, di sambut oleh warga desa dan Ki Santapun ada disana, warga terkejut melihat ke empat pemuda, yang wajahnya mengalami luka lebam, ahkirnya Kidemang menyuruh masuk dalam rumahnya.

Di sebuah rumah Kidemang, Galuh Tapa menceritakan tentang yang terjadi didesa ini.

"Ada sekelompok orang yang nampaknya mencemari sungai yang ada didesa ini, akan tetapi kami datang menghalau mereka, hingga terjadi pertikaian.  

   

Namun kami berhasil menglahkan mereka,  sembari bercerita hidangan minum sampai, Kidemang  menyuruh mereka semua untuk mencicipi makanan yang dihidangkan.

Setelah selsai Galuh Tapa dan Ki Santa pergi, untuk  mengobati warga desa yang belum di obati, dengan perlahan semua warga yang terkena wabah, kini mulai sembuh.

Malampun tiba, terdengar suara petir dan guntur yang di iringi hujan deras, seakan membuat desa itu hanyut diterpa sungai yang deras, bebatuan hanyut di bawah arus terdengar sampai kedesa itu.   

Selama satu jam hujan turun, hingga membuat suasana malam  semakin mecekam.

" Mungkin ini kehendak, sang pecipta, untuk membersihkan air sungai yang tercemar. "ucap KI Santa.

"Walaupun malam ini sangat mencekam, mudah-mudahan apa yang Eyang Guru ucapkan benar. "jawab Galuh Tapa.

Akhirnya hujanpun berhenti, mereka  pun membaringkan tubuh lalu terlelap. 

  

Ke esokan hari Galuh Tapa dan Ki Santa melehat air sungai yang nampak bersih, dan semua penduduk desa, kini sudah benar-benar sembuh.

Akhirnya Ki Santa dan Galuh Tapa akan pamit pulang, penduduk desa berkumpul dan mengucapkan terimakasih  kepada mereka berdua.

Namun perjalanan pemuda ini masih panjang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
wahyu aja
mantap thour
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Legenda Galuh Tapa   244. Dengan Terpaksa

    "Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua

  • Legenda Galuh Tapa   243. Markas Negri Singunan

    Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe

  • Legenda Galuh Tapa   242. Musuh Mengaku Kalah

    "Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru

  • Legenda Galuh Tapa   241. Perang Pasmah 3

    Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam

  • Legenda Galuh Tapa   Perang pasma 2

    "Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan

  • Legenda Galuh Tapa   239. Perang Pasmah

    Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status