Dia bertekad untuk membalaskan dendam Aji Bakas dan penduduk desa Luang Nyawa yang telah dibantai oleh sekte Naga Hintam.
Kemudian Galuh Tapa mencoba mengeluarkan ajian yang dimilikinya.
Ajian Rentak Bumi dikeluarkan Galuh Tapa , ajiannya terarah kepada batang besar yang dihadapan matanya.
Ajian Rentak Bumi menghantam bantang lalu tebakar,walaupan ajian yang dimiliki belum memasuki level tinggi.
Ki Santa melihat ajian yang dipakai anak muridnya sembari dia sangat terkejut, karna ajian Rentak Bumi hanya Ki Santa dan Ki Ulung yang memiliki ajian itu.
"kenapa kamu bisa
memiliki ajian Rentak Bumi? "tanya Sang Guru kepada GaluhTapa.Ajian Rentak Bumi diberikan Eyang Guru,yang bernama Ki Ulung."jawab Galuh Tapa dengan lirih.
Setelah mendengar jawaban seoarang murid, Ki Santa merasa senang sembari tersenyum tipis dari bibirnya.
Ki Santa menceritakan bahwa Ki Ulung adalah adek sepeguruannya, Galuh Tapa mendengarkan uncapan Sang Guru, kayak orang bingung sambil menggaruk kepalahnya.
'' Bagaimana kabar Ki Ulung,''Ucap Ki Santa dengan rasa ingin tahu.
" Semenjak tragedi yang menimpa desa kami, seluruh penduduk desa mati terbunuh, bahkan teman saya tewas di tangan pendekar aliran hitam, pemimpin mereka yang bernama Gambir Rimba, semenjak itu aku tidak mengetahui keberadaan Eyang Guru. "Jawab Galuh Tapa dengan prasaan sedih.
Mendengar hal itu Ki Santa merasa ibah, dengan kejadian yang menimpa desa Luang Nyawa dan adek sepeguruannya, seraya tidak diketahui keberadaannya.
Setelah selsai panjang lebar becerita, Galuh Tapa melanjutkan latihannya.Galuh Tapa dengan bantuan Eyang Guru mengeluarkan ajian Rentak Bumi, akan tetapi ajian yang akan dikeluarkan tidak bisa dihantamkan.
Ki Santa mendengar ada suara dari perut anak muridnya, Ki Santa menoleh ke wajah anak muridnya sambil tersenyum kecil.
"maaf, Eyang Guru, aku meraskan lapar, sehingga aku tidak bisa mengeluarkan ajian Rentak Bumi. "ucap Galuh Tapa sambil memigang perut yang lagi kosong.
Ki Santa hanya menggilengkan kepalah.
Pada akhirnya mereka berdua beranjak kegubuk, untuk beristirahat sejenak, sembari makan dan minum mengisi perut yang kosong.Didalam gubuk, Ki Santa menceritakan tentang Ajian Rentak Bumi, bahwa ajian itu memiliki level, dari level rendah, level menengah dan bahkan pada level yang paling tinggi.
"Aku harus mengusai ajian sampai level tertingi, "gumam Galuh Tapa dengan semangat.
Ki Santa melihat Galuh Tapa dalam keadaan terbengung, memukul pundak pemuda itu, anak muridnya sontak terkejut bangun dari lamunan."Apa yang kau pikirkan anak muridku, hingga membuatmu terbengung?. "tanya Ki Santa.
"Tidak ada Eyang Guru. "jawab Galuh Tapa lirih.
Akhirnya mereka berdua melangkah kan kaki keluar dari gubuk itu.
Kali ini Galuh Tapa sudah benar-benar siap untuk mengeluarkan ajian Rentak Bumi, acap kali pemuda ini mengeluarkan ajian itu dengan semangat yang luar biasa.
Ajian akan di keluarkan mengarah kepada batu besar yang ada ada dihadapan pemuda itu.
Dengan sekuat tenaga Galuh Tapa langsung menghantamkan ajian Rentak Bumi, lalu batu itu hancur menjadi puing -puing kecil dan burung -burung dipepohonan lari berterbangan mendengar suara ledakan yang begitu menggelegar.
Tenaga Galuh Tapa banyak terkuras,
nampak dari raut wajah Galuh Tapa dengan wajah pucat dengan napas terhela-hela.Namun usaha Galuh Tapa mengeluarkan ajian Rentak Bumi berhasil menaikan level kedua, dengan berasaha segenap jiwa pemuda ini tidak memakan waktu lama untuk menaikan level ajian itu.
" Luar biasa anak muda ini dengan waktu singkat sudah mampu menaikan level kedua, waktu Ki Ulung adek sepeguruaannya berlatih mengengeluarkan ajian Rentak Bumi level kedua, membutuhkan waktu lima hari untuk menguasai level itu."gumam Ki Santa dengan rasa salut kepada anak muridnya.
"Galuh anak muridku, jika engkau merasa letih beristirahatla, nanti jika tenagamu sudah pulih baru kamu melanjutkan latihannya."ucap Ki Santa sembari menyuruh anak muridya.
"Baik Eyang Guru, ''jawab Galuh Tapa.
Lalu pemuda itu beristirahat, menuju pohon besar yang rindang,akhirnya dia duduk dibawah pohon itu seraya menghilangkan rasa lelahnya, dari kejauhan Galuh Tapa memandang, langit biru yang diselimuti awan putih yang begitu nampak indah.
Sementara hembusan angin, membuat Galuh Tapa larut dalam pekatnya suasana itu.
Setelah satu jam beristirahat Galuh Tapa beranjak dari bawah pohon itu, pemuda itu pergi menelisir sungai mencari ikan buat makan malam mereka berdua, didalam sungai dia melihat ikan beasar, dengan teknik mecengkam ikan itu langsug dapat diambilnya.
Hari mulai gelap sinar mataharipun mulai redup, Galuh Tapa beranjak pulang dengan membawa ikan besar untuk makan malam mereka berdua.
Setelah sampai digubuk, Galuh Tapa langsug mempersiapkan segala sesuatu, untuk memasak ikan yang telah didapatnya.
Dengan penerangan seadanya, mereka mulai menyantap ikan yang telah dimasak, sembari makan Ki Santa bercerita"lihat tulang ini nampak kecil, akan tetapi jika tulang ini menusuk kulit, tentu akan membuat kita, merasakan rasa sakit yang mendalam, begitu juga ilmu yang kita miliki, jika ilmu nya kecil tapi energinya besar, hingga membuat penggunanya menjadi kuat.
Galuh Tapa, entah mendengar apa tidak hanya mengangguk kan kepalah nya,seakan dia mengerti sembari menikmati ikan itu.
Malam semakin larut, udara malam mulai terasa dingin, menembus bahtera malam yang begitu sunyi, hingga membuat mereka berdua merasa mengantuk, akhirnya mereka terlelap.
Disenja pagi yang cerah dengan sebuah matahari pagi yang mulai nampak menyinari alam dan seisinya, Galuh Tapa melangkahkan kedua kaki, menuju tempat berlatih untuk mengasai kemampuan seraya pagi yang menantang.
Sementara seorang guru meracik akar dedaunan menjadi satu, obat -obatan dimasukan dalam kendi kencil agar tahan lama, kelak jika ada orang yang membutuhkan obat itu siap untuk digunakan.
Disisi lain Galuh Tapa mlanjutkan latihan diatas batu besar dipuncak bukit, pemuda ini berdiri tegak sembari menghirup udara pagi yang sejuk.
Galuh Tapa memulai latihan dengan teknik ilmu meringankan tubuh, tubuh pemuda ini terasa hambar seperti kapas putih yang terbang melayang.
Dari atas ketinggian Galuh Tapa meluncur dengan secepat kilat menghatamkan sebuah pukulan ketanah yang terbentang dihadapannya, pukulan itu membuat tanah membentuk sebuah lubang, seukuran panjang tangannya.
Ditengah latihan Galuh Tapa melihat seekor burung Elang putih yang nampak terbang dalam keadan terluka, burung itu pun jatuh dihadapannya.
Galuh Tapa membawa pulang Elang Putih itu untuk mengobatinya.
Setelah sampai digubuk, mereka berdua mengobati Elang Putih yang terluka, "nampaknya Elang ini luka akibat sebuah anak panah, yang tertancap di sayapnya. "ucap Ki santa
sambil mengambil anak panah yang melukai tubuh burung itu.Dengan penuh hati-hati, Galuh Tapa membalut luka Elang Putih, dengan menampalkan ramuan yang telah dibuat Ki Santa.
Setelah tiga hari berlalu, luka Elang Putih nampak kering, burung itu sudah mulai bisa terbang, walaupun belum bisa terbang tinggi.
Setelah satu tahun berlalu, beberapa orang penduduk desa mendatangi tempat Ki Santa berdiam, dengan napas terhela-hela diantara mereka menceritakan, bahwa didesa tempat mereka tinggal terjadi wabah yang megerikan. Membuat penduduk jatuh sakit, karna air sungai yang mereka minum bayak membuat penduduk terkena wabah. Seiring waktu menjelang mlam, mereka bermalam di gubuk reot itu, entah apa yang membuat mereka datang menemui tempat Ki Santa, mereka meminta tolong, untuk mendatangi penduduk desa lalu mengobatinya. Ki Santa dan Galuh Tapa mendengar akan hal itu, mereka akan mengobati penduduk desa Kerinjing, bahkan akan mencari tahu sebab datangnya wabah di kampung itu. Keesokan hari mereka turun dari bukit tengkorak, Galuh Tapa dan Ki Santa memakai ilmu meringankan tubuh, mereka semua saling memegang tangan sembari terbang melayang, tidak memakan waktu lama mereka akan sampai di desa Kerinjing. Setelah sampai didesa itu Galuh Tapa dan Ki Santa terkejut melehat prahara yang me
Setelah beberapa tahun berlalu Galuh Tapa terus berlatih untuk meningkatkan kemampuannya, dengan rajin pemuda ini selalu berlatih walaupun tanpa ada paksaan dari seorang guru. Bagaikan sebuah pohon besar, semakin tinggi tentu semakin deras angin menerpa, keinginan dan hasrat seorang pendekar harus memiliki jiwa kesatria, agar kelak mampu melawan aliran hitam yang bertindak sewenang-wenang. "Galuh, kenapa kamu tidak berlatih memaikan pedang Lintang Kuning, ku lihat kamu hanya memandang dan tidak mau mencabut pedang itu dari sarungnya.''ucap Ki Santa. "Jika melihat pedang ini aku teringat akan temanku,dan pendang ini belum bisa kukuasai, karna belum terpikir olehku untuk mempelajari pendang ini."jawab Galuh Tapa. "Kalau kamu tidak mempelajari pedang itu, kapan kamu akan mengusai pedang itu,bukankah pendang ini jadi incaran aliran hitam."ucap Ki Santa sembari memberi masukan. Galuh tapa hanya menganggukkan kepalah dan memikirkan perkataan gurunya itu memang ada benarnya.
Di pagi hari yang cerah sinar matahari mulai membentang.Galuh Tapa melanjutkan latihan, sebelelum latihan pemuda ini seketika melakukan pemanasan untuk menghangatkan suhu tubuh. Kali ini Galuh Tapa mengeluarkan pedang dari sarungnya, nampak terpancar cahaya keemasan dari pedang Lintang Kuning. Galuh Tapa mulai memainkan pedang pusaka Lintang Kuning, pemuda ini memakai ilmu meringankan tubuh, dia melompat diatas dedaunan dan turun kebawa menghunuskan pedang itu ketanah, lalu terbang melayang diatas pohon besar dan dengan sedikit mengibaskan pedang kedaun-daun yang ada dipohon itu, daunpun jatuh bertaburan ditanah. Setelah beberapa menit memaikan pedang pusaka Lintang Kuning,Galuh Tapa mulai merasakan hisapan energi pedang itu, seketika pemuda ini teringat ucapan seorang guru,dan dia tidak mau lagi memaksakan diri untuk mengusai pedang itu.Jadi pemuda itu langsung memasukan pedang pusaka Lintang Kuning kedalam sarungnya.Galuh Tapa menghentikan latihan sejenak dan menemui Sa
Setelah menyelesaikan masalah didesa Langur, Galuh Tapa meninggalkan desa itu, kini dia melanjutkan perjalanannya.Didalam perjalanannya Galuh Tapa tidak memakai ilmu yang dimilikinya, pemudah ini hanya berjalan kaki untuk menuju kerajaan Fasma Lebar.Namun sebelum sampai kekerajan itu, Galuh Tapa harus melalui beberpa desa, dari kejauhan sudah nampak suatu desa kecil, dia langsung mengarah berjalan kedesa yang telah terlehat.Ketika hendak sampai kedesa ,Galuh Tapa dihadang oleh seorang yang berkulit hitam yang berbadan kekar dengan raut wajah yang nampak garang."Mau kemana kisanak, pria ini sembari memegang pinggang. "ucap pria itu dengan nada membentak. "Aku hanya ingin pergi kedesa itu."ucap Galuh tapa dengan lirih.Pria berbadan kekar itu, maju mendekati Galuh Tapa dengan melinggangkan tangan, seakan-akan ingin memperlihatkan kegagahannya.Sementara itu Galuh Tapa tetap tenang, pria kekar itu seraya melhat pedang Lintang Kuning yang disandang anak muda itu." Pedangmu sang
Perjalanan Galuh Tapa kali ini di temani Serampang Hitam, dia adalah sahabatnya, walaupun mereka belum lama saling kenal tapi mereka sahabat baik.Kedua pemuda ini berjalan melangkahkan kakinya untuk menolong orang yang yang membutuhkan bantuan mereka. Didalam perjalanan dua pemuda ini terhalang oleh kabut hitam yang tebal hingga pandangan mereka tidak jelas, hanya beberapa meter akibat kabut tebal itu.Galuh Tapa dan Serampang Hitam tetap melangkahkan kaki untuk menuju suatu desa.Namun dilalam perjalanan mereka melalui hutan yang lebat, tiba-tiba mereka dihadang oleh tiga puluh orang yang memakai topeng yang nampaknya dari aliran klan hitam." mau kemana kalian, "ucap orang bertopeng dengan menujuk kearah dua pemuda itu. "Kami mau kesuatu desa" ucap Serampang Hitam dengan santai.melihat kedua pemuda ini,orang bertopeng langsung mengepung sembari mau menyerang Galuh Tapa dan Serampang Hitam.Sementara dua pemuda ini juga, sudah siap untuk menyerang,pemimpin aliran hit
Setelah beberapa hari Galuh Tapa sembuh dari luka, akhirnya mereka memasauki desa ilir sungai, disana nampak seperti tidak ada kejadian apa pun yang menerpa desa itu, tidak seperti yang di ucapkan temannya Arya, mereka hanya melihat suasana yang biasa saja, penduduk desa sepi, entah kemana.Mereka terus melangkah berjalan didesa ilir sungai dan melihat beberapa penduduk desa yang ada didepan rumahnya."Maaf kisanak, sebenarnya apa yang terjadi didesa ini, hingga desa ini sangat sepi seperti tidak ada penghuni. "ucap Galuh Tapa dengan lirih. Beberapa dari penduduk desa hanya terdiam,dan seperti merahasiakan sesuatu.Ketiga pemuda itu pergi meninggalkan penduduk desa,dan mereka berniat kembali kegubuk Arya, tapi mereka tidak melewati jalan yang dilalui sebelumnya melainkan lewat jalan lain.Namun didalam perjalanan, mereka melihat bekas darah segar yang masih nampak berceceran di tanah dan di semak-semak yang ada.Serampang Hitam mengambil darah yang ada didaun dan melihatnya deng
Perjalanan kedua pemuda ini melalui hutan yang penuh pohon besar yang nampak rapat.Setelah dua jam berjalan mereka melihat sebuah sungai yang airnya begituh jernih, kedua pemuda itu, mengusap wajahnya keair itu, merekapun istirahat diatas batu besar, lalu membuka bekal yang tadi disiapkan Arya untuk mereka makan.Kedua pemuda itu branjak dan melanjutkan perjalanan, mereka menyeberangi sungai lalu melewati semak berduri, kedua pemuda ini sangat berhati-hati melalui semak itu.Kini dari kejauhan pemuda itu melihat sebuah desa kecil, mereka mendekati desa itu,setelah tiba didesa ,Galuh Tapa dan Serampang Hitam sangat terkejut melihat keadaan disana.'' kenapa didesa ini sangat gersang dan tanah disini banyak debu-debu sedangkan ini belum musim panas, ''ucap Serampang Hitam. ''pasti terjadi sesuatu disini.''jawab Galuh Tapa. merekapun maju melangkahkan kaki dan menanyankan sama penduduk desa."didesa Lawangan ini sudah lama tidak hujan dan bahkan air sumur tempat kebutuhan warg
Galuh Tapa dan Serampang Hitam melanjutkan perjalanan untuk menyelesaikan masalah-masalah diwilayah kerajaan pasma lebar. Mereka melangkahkan kaki menuju desa selanjutnya, didalam perjalanan kedua pemuda ini terhalang oleh angin kencang, dan langitpun begitu berkabut, suara hentaman petir menyambar sebuah puhon besar yang ada dekat mereka.Percikan api itu membakar pohon itu hingga habis.Hari itu Sungguh aneh, cuaca berkabut di iringi angin kencang bahkan petir yang menggelegar, padahal tidak nampak akan datangnya hujan.Dengan seketika angin kencang dan petir yang datang berhenti, entah apa sebenarnya yang terjadi, kedua pemuda itu melanjutkan perjalanannya.Setelah satu jam berjalan mereka tiba disuatu desa, sembari berjalan kedua orang itu melihat disekeliling mereka banyak rumah yang terbakar dan penampakan warga desa yang tewas terbunuh . Sunguh tragis nasip yang menimpa warga desa, banyak penduduk yang tidak bersalah menjadi korban kekejaman mereka.''Apa yang sebenarnya