Home / Fantasi / Legenda Galuh Tapa / Tekat Galuh Tapa

Share

Tekat Galuh Tapa

Author: Riyen Kaiser
last update Last Updated: 2022-05-09 23:53:05

Didalam lamunan Galuh Tapa teringat akan temannya yang telah telah meninggal oleh pendekar aliran hitam.

Dia bertekad untuk membalaskan dendam Aji Bakas dan penduduk desa Luang Nyawa yang telah dibantai oleh sekte Naga Hintam.

Kemudian Galuh Tapa mencoba mengeluarkan ajian yang dimilikinya. 

Ajian Rentak Bumi dikeluarkan Galuh Tapa , ajiannya  terarah kepada batang  besar yang  dihadapan matanya.

Ajian Rentak Bumi menghantam bantang lalu tebakar,walaupan ajian yang dimiliki belum memasuki level tinggi.

Ki Santa melihat ajian yang dipakai anak muridnya sembari dia sangat terkejut, karna ajian Rentak Bumi hanya Ki Santa dan Ki Ulung yang memiliki ajian itu.

"kenapa kamu bisa

memiliki ajian Rentak Bumi?  "tanya Sang Guru kepada GaluhTapa. 

Ajian Rentak Bumi diberikan Eyang Guru,yang bernama Ki Ulung."jawab Galuh Tapa dengan lirih.

Setelah mendengar jawaban seoarang murid, Ki Santa merasa senang sembari tersenyum tipis dari bibirnya. 

Ki Santa menceritakan bahwa Ki Ulung adalah adek sepeguruannya, Galuh Tapa mendengarkan uncapan Sang Guru, kayak orang bingung sambil menggaruk kepalahnya.

'' Bagaimana kabar Ki Ulung,''Ucap Ki Santa dengan rasa ingin tahu.

" Semenjak tragedi yang menimpa desa kami, seluruh penduduk desa mati terbunuh, bahkan teman saya tewas di tangan pendekar aliran hitam, pemimpin mereka yang bernama Gambir Rimba, semenjak itu aku tidak mengetahui keberadaan Eyang Guru. "Jawab Galuh Tapa dengan prasaan sedih.

Mendengar hal itu Ki Santa merasa ibah, dengan kejadian yang  menimpa desa Luang Nyawa dan adek sepeguruannya, seraya tidak diketahui keberadaannya.

Setelah selsai panjang lebar becerita, Galuh Tapa melanjutkan latihannya.

Galuh Tapa dengan bantuan Eyang Guru mengeluarkan ajian Rentak Bumi, akan tetapi ajian yang akan dikeluarkan tidak bisa dihantamkan.

Ki Santa mendengar ada suara dari perut anak muridnya, Ki Santa menoleh ke wajah anak muridnya sambil tersenyum kecil.

"maaf, Eyang Guru, aku meraskan lapar, sehingga aku tidak bisa mengeluarkan ajian Rentak Bumi. "ucap Galuh Tapa sambil  memigang perut yang lagi kosong.

Ki Santa hanya menggilengkan kepalah.

Pada akhirnya mereka  berdua beranjak kegubuk, untuk  beristirahat sejenak,  sembari makan dan minum mengisi perut yang kosong.

Didalam gubuk, Ki Santa menceritakan  tentang Ajian Rentak Bumi, bahwa ajian itu memiliki level, dari level  rendah, level menengah dan bahkan pada level yang paling tinggi.  

"Aku harus mengusai ajian sampai level tertingi, "gumam Galuh Tapa dengan semangat. 

Ki Santa melihat Galuh Tapa dalam keadaan  terbengung, memukul pundak pemuda itu, anak muridnya sontak terkejut bangun dari lamunan.

"Apa yang kau pikirkan anak muridku, hingga membuatmu terbengung?. "tanya Ki Santa. 

"Tidak ada Eyang Guru. "jawab Galuh Tapa lirih.

Akhirnya mereka berdua melangkah kan kaki keluar dari gubuk itu.

Kali ini Galuh Tapa sudah benar-benar siap untuk mengeluarkan ajian Rentak Bumi, acap kali pemuda ini mengeluarkan ajian itu dengan semangat yang luar biasa.  

Ajian akan di keluarkan mengarah kepada  batu besar yang ada ada dihadapan pemuda itu.

Dengan sekuat tenaga Galuh Tapa langsung menghantamkan ajian Rentak Bumi, lalu batu itu hancur menjadi puing -puing kecil dan burung -burung dipepohonan lari berterbangan mendengar suara ledakan yang begitu menggelegar.

Tenaga Galuh Tapa banyak terkuras,

nampak dari raut wajah Galuh Tapa dengan wajah pucat dengan napas terhela-hela.

Namun usaha Galuh Tapa mengeluarkan ajian Rentak Bumi berhasil menaikan level kedua, dengan berasaha segenap jiwa pemuda ini tidak  memakan  waktu lama untuk menaikan level ajian itu.

" Luar biasa anak muda ini dengan waktu singkat sudah mampu menaikan level kedua, waktu Ki Ulung adek sepeguruaannya berlatih mengengeluarkan ajian Rentak Bumi level kedua, membutuhkan waktu lima hari untuk menguasai level itu."gumam Ki Santa  dengan rasa salut kepada anak muridnya.

"Galuh anak muridku, jika engkau merasa letih beristirahatla, nanti jika tenagamu sudah pulih baru kamu melanjutkan latihannya."ucap Ki Santa sembari menyuruh anak muridya.

"Baik Eyang Guru, ''jawab Galuh Tapa.

Lalu pemuda itu beristirahat, menuju pohon besar yang rindang,akhirnya dia duduk dibawah pohon itu seraya menghilangkan  rasa lelahnya, dari kejauhan Galuh Tapa memandang, langit biru yang diselimuti awan putih yang begitu nampak indah.   

Sementara hembusan angin, membuat Galuh Tapa larut dalam pekatnya suasana itu. 

Setelah satu jam beristirahat Galuh Tapa beranjak dari bawah pohon itu, pemuda itu pergi menelisir sungai mencari ikan buat makan malam mereka berdua, didalam sungai dia melihat ikan beasar, dengan teknik mecengkam ikan itu langsug dapat diambilnya.

Hari mulai gelap sinar mataharipun mulai redup, Galuh Tapa beranjak pulang dengan membawa ikan besar untuk makan malam mereka berdua.

Setelah sampai digubuk, Galuh Tapa langsug mempersiapkan segala sesuatu, untuk memasak ikan yang telah didapatnya.

Dengan penerangan seadanya, mereka mulai menyantap  ikan yang telah dimasak, sembari makan Ki Santa bercerita"lihat tulang ini nampak kecil, akan tetapi jika tulang ini menusuk kulit, tentu akan membuat kita,  merasakan rasa sakit yang mendalam, begitu juga ilmu yang kita miliki,  jika ilmu nya kecil tapi energinya besar, hingga membuat penggunanya menjadi kuat.

Galuh Tapa, entah mendengar apa tidak hanya mengangguk kan kepalah nya,seakan dia mengerti sembari menikmati ikan itu.

Malam semakin larut, udara malam mulai terasa dingin, menembus bahtera malam yang begitu sunyi, hingga membuat mereka berdua merasa mengantuk, akhirnya mereka terlelap. 

Disenja pagi yang cerah dengan sebuah matahari pagi yang mulai nampak menyinari alam dan seisinya, Galuh Tapa melangkahkan kedua  kaki, menuju tempat berlatih untuk mengasai kemampuan seraya pagi yang menantang.

Sementara seorang guru meracik akar dedaunan menjadi satu, obat -obatan dimasukan dalam kendi kencil agar tahan lama, kelak jika ada orang yang membutuhkan obat itu siap untuk digunakan.

Disisi lain Galuh Tapa mlanjutkan latihan diatas batu besar dipuncak bukit, pemuda ini berdiri tegak sembari menghirup udara pagi yang sejuk.

Galuh Tapa memulai latihan dengan teknik ilmu meringankan tubuh, tubuh pemuda ini terasa hambar seperti kapas putih yang terbang melayang.

Dari atas ketinggian Galuh Tapa meluncur dengan secepat kilat menghatamkan sebuah pukulan ketanah yang terbentang dihadapannya, pukulan itu membuat tanah membentuk sebuah lubang, seukuran panjang tangannya.

Ditengah latihan Galuh Tapa melihat seekor burung Elang putih yang nampak terbang dalam keadan terluka, burung itu pun jatuh dihadapannya.

Galuh Tapa membawa pulang Elang Putih itu untuk mengobatinya.

Setelah sampai digubuk, mereka berdua mengobati Elang Putih yang terluka, "nampaknya Elang ini luka akibat sebuah anak panah, yang tertancap di sayapnya. "ucap Ki santa

sambil mengambil  anak panah yang  melukai tubuh  burung  itu.

Dengan penuh hati-hati, Galuh Tapa membalut luka Elang Putih, dengan menampalkan ramuan yang telah dibuat Ki Santa. 

Setelah tiga hari berlalu, luka Elang Putih  nampak kering, burung itu sudah mulai bisa terbang, walaupun belum bisa terbang tinggi.  

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
wahyu aja
lanjut terus mengikuti
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Legenda Galuh Tapa   244. Dengan Terpaksa

    "Aku tidak sempat menanyakan hal itu pada ayahku, kedatangan kita bersamaan dengan surat panggilan dari Negri Singunan untuk Ayahanda" ucap Ringgina."Surat dari Negri Singunan?" Galuh Tapa terlihat kecewa."Negri Singunan memberi informasimengenai Putra bungsu mereka. Pangeran Rengkeh dikabarkan belum kembali setelah melakukan Kunjungan ke Negri Bumi Besemah.""Rengkeh?" Galuh Tapa bergumam pelan."Apa kau mengetahui nama itu?" Ringgina bertanya."Ah, aku belum pernah mengenal namapangeran dari Negri Singunan." Galuh Tapa berbohong, tentu saja dia mengetahui Pangeran Rengkeh, karena dia sendirilah yang berhasil mengalahkan pemuda licik itu beserta senopati dan anak buahnya."Tapi jangan risau, Ayahku memang sedang kembali lagi ke Negri Singunan, disini ada tabib hebat yang bisa membuat penawar racun itu, dia adalah kepercayaan Ayahku.""Benarkah?""Ya, aku akan menemui tabib itu besokpagi" Ringgina tersenyum kecil, meski diatidak begitu yakin dapat meminta sangtabib untuk membua

  • Legenda Galuh Tapa   243. Markas Negri Singunan

    Sehingga Angsa Putih mendesah pelan, lantas menepuk pundak temannya tiga kali. "Ki Santa tidak di undang dalam rapat itu, ketentuan nasip para tawanan tergantung Paduka Raja Jaya Negara beserta pejabat kerajaan. Kita hanya persatuan Hulubalang, bahkan Damar Tirta tidak di undang dalam rapat itu."Ki Jangga menatap mata Angsa putih dengan tajam, untuk beberapa saattidak berkedip sedikitpun. Lantasmengalihkan pandangan pada seributawanan dengan kebencian."Tenangkan perasaanmu kawan! Tidak ada gunanya kau menaruh dendam padatawanan yang tidak lagi berdaya." AngsaPutih menuangkan arak pada dua cawan,kemudian salah satunya disodorkan kepada Ki Jangga. "Akan ada waktunya kau bisa mengamuk sesuka hatimu, tentu saja bukan pada seribu orang di sana yang tidak memiliki kemampuan, atau pula pada tua bangka Ki Santa.Ki Jangga terdiam lagi, kali iniurat-urat di keningnya keluar bak cacingdibalik kulit, tampak sedang berpikirmungkin pula mencerna perkataansahabatnya."Perang belum berhe

  • Legenda Galuh Tapa   242. Musuh Mengaku Kalah

    "Tawanan?" Ki Jangga berkata geram.Wajah pak tua itu terlihat tergores tipisakibat panah yang melesat ke arahkepalanya. "Aku akan membunuh kaliansemuanya, semuanya!" Dia berteriak keras."Musuh sudah mengaku kalah, tidak adayang berhak untuk membunuh mereka." Ki Santa membantah keputusan Ki Jangga."Tua Bangka, kau bukan orang suci yangbisa menentukan siapa yang layak dan tak layak hidup di sini." Ki Jangga beteriak kesal, ya diantara Sesepuh tua hanya dia yang terluka, bagaimana wajah orang itu tidak merah karena marah atau pula karena malu?"Tidak ada yang boleh membunuh siapapun yang mengaku kalah, menyerah dan mengangkat bendera putih" Ki Santaberkata lagi, menegaskan bahwaucapannya tidak main-main.Orang tua itu melirik beberapa pendekarhebat yang berada di hadapannya satupersatu, bahkan Damar Tirta selaku ketua Persatuan Hulubalang. Terlihat tiada orang yang membantah keputusan orang tua itu, kecuali Ki Jangga."Meski kita dalam medan perang, tapitoleransi hidup haru

  • Legenda Galuh Tapa   241. Perang Pasmah 3

    Baru saja berdiri, -menyeka darah yangmengalir dari luka di dada akibat tebasan Ki Santa, Angsa Putih segera mematukkepala mereka hingga mati.Hingga Ki Santa tersenyum kecil di kejauhan, dia memang sengaja tidak membunuh mereka berdua agar Angsa Putih tidak merasa kecil hati atau, tidak terlalu terhina. Sudah cukup perselisihan selama ini hanya karena beranggapan-siapa paling hebat dari siapa?Namun terlihat Angsa Putih meludah dua kali, orang tua itu lalu menyapukan pandangan di sekitarnya mencoba menemukan Ki Santa tapi tidak berhasil.Kemudian senyum kecil tersungging dibibirnya yang peot dan berkerut, lalusemenit kemudian terkekeh. "Sekarang aku mengakui, dia lebih hebat dariku. Tuabangka Ki Santa itu, sudah sepatutnyanamanya di kenal di seluruh dunia Persilatan di tanah Pasmah."Hingga kemudian Angsa Putih kembali memasuki kerumunan pertempuran. Dia bergerak cepat, melawan orang-orang yang terlihat cukup kuat. Orang tua itu juga membantu beberapa prajurityang sedang dalam

  • Legenda Galuh Tapa   Perang pasma 2

    "Senjatamu besar sekali, tapi bergeraklambat." Kerangka Ireng berkata datar, lali melepaskan kembali dua serangan hingga dua larik cahaya keluar dari matatombaknya, melesat cepat.Damar Tirta harus rela merebahkantubuhnya, menopang dengan telapaktangan kanan. Dua larik cahaya tipis itulewat satu jengkal di atas wajah, terusnyasar dan mengenai lima tubuh di belakang Damar Tirta.Hingga lima detik setelah tubuh orang itu dilewati cahaya -meledak seperti terpanggang.Damar Tirta berdecak kesal, dia memutartubuhnya kemudian secara bersamaanmenjentikkan jari telunjuk. Pedang cahaya miliknya melesat ke arah Krangka Ireng, tapi pria itu memiliki tubuh yang licin, dengan mudah dia menghindari serangan Damar Tirta.Tidak menarik kembali pedangnya Damar Tirta terus melajukan pedang hingga menembus dua puluh orang bawahan Kerangka Ireng. empat kali lipat lebih banyak dibandingkan serangan Pria berzirah perang itu.Baru dalam beberapa menit saja, telahterjadi pertukaran ratusan serangan

  • Legenda Galuh Tapa   239. Perang Pasmah

    Sehingga sontak saja semua prajurit yang mendengar perkataan pria itu berteriak penuh semangat, seolah tubuh mereka mendidih karena marah. Dada mereka berdetak lebih cepat dari sebelumnya, mata mereka nanar tajam menyambut derap penjajah."Teriakan keberanian" Pekik Candi Jaya. "Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup.""Hidup kita untuk mati, mati kita untuk hidup."Sontak pula para prajurit Jalang Pasmahmengikuti teriakan yang bergema darimulut prajurit Bumi Besemah, hingga dalam hitungan detik saja seisi benteng pertahanan dipenuhi teriakan bergema.Ki Santa dan dua orang bersamanya tersenyum kecil di atas tiang menara tertinggi, sebuah kata bijak yang membangkitkan semangat juang, pikirnya.Lalu dua menit kemudian, terdengar suara terompet dari tanduk kerbau berbunyi di sisi paling selatan kemudian disusul suara terompet di sisi paling utara. Lalu setelah itu, genderang perang bertabuh-tabuh, tanda musuh sudah berada di depan mata.Bak semut hitam, musuh berbaris rapimele

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status