Beranda / Fantasi / Legenda Pendekar Biru / Bab 133 Informasi Pendekar Rantai Merah

Share

Bab 133 Informasi Pendekar Rantai Merah

Penulis: Pujangga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-20 19:05:39

“Ini minumlah!” Lintang menyerahkan satu buah kelapa yang sudah dikupas.

“Hufh! Menyebalkan,” umpat Cantika Ayu.

“Eh, aden ternyata memiliki teman,” pria tua kembali datang sembari membawa banyak sayuran.

“Hihihihihi, benar paman. Dia gadis galak, jadi jangan hiraukan,” Lintang terkekeh, sementara si Mbo warung tersenyum lebar di dalam.

Tidak lama makanan pun siap, pria tua dan istrinya segera membawa makanan tersebut ke tempat Lintang untuk dihidangkan.

“Apa aden tetap ingin di sini atau mau masuk ke dalam?” tanya paman warung.

“Di sini saja paman, aku senang dengan pemandangannya,” jawab Lintang.

“Baiklah! Silahkan nikmati den,” angguk paman warung.

“Hihihi, tentu. Terimakasih paman,” Lintang terkekeh.

“Eh tunggu dulu paman! Kalau boleh aku ingin bertanya paman,” Lintang kembali memanggil sang pemilik warung.

“Tentu den, aden mau menanyakan apa?” sang pemilik warung kembali berbalik.

“Anu paman, apa sebulan yang lalu paman pernah melihat sekelompok pendekar berpakaian merah?” tanya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 215 Buta Arah

    “Bagaimana sekarang prabu?” tanya raja Kancradaka, dia tahu Lintang akan menghadapi perang besar sehingga segera mengingatkannya.“Aku dan dia akan pergi ke wilayah kerajaan Galatik. Kau bersiaplah jika suatu saat aku panggil untuk mengikuti perang,” jawab Lintang serius.“Begitu rupanya, dengan senang hati teman,” angguk Raja Kancradaka.Sementara Raja Angkala mengerutkan kening tidak mengerti, “Perang? Apa anda sedang memiliki masalah prabu?” tanya raja Angkala penasaran.“Hihihi, benar! Aku sedang menyelesaikan kemelut besar di dunia manusia,” ungkap Lintang.Mendengar itu, semua pasukan siluman buaya serentak berlutut siap menerima perintah Lintang.“Kami siap menghadapi apa pun, bawa kami bersamamu gusti prabu,” tutur Patih Kora.“Hahaha, tentu! Aku tentu akan membutuhkan bantuan kalian, tapi tidak sekarang,” Lintang tertawa merasa senang.Dia cukup terkesan dengan kesetiaan dan kepedulian siluman buaya yang langsung rela mengabdikan hidupnya.“Sekarang kalian perbaiki dulu alam

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 214 Sumpah dua Raja

    “Ti-tidak anak muda, kau telah menyelamatkan aku dan bangsaku. Kau juga telah berbesar hati mengampuni kesalahanku tanpa syarat apa pun. Kini aku bersama semua rakyat bangsa Bajul menyatakan sumpah setia sebagai pengikutmu selamanya. Terima hormat kami Prabu Agung,” ungkap Raja Angkala.“Sementara aku mengakuimu sebagai teman, sahabat yang tidak pernah kudapatkan seumur hidupku. Tapi setelah mengikuti jejakmu, aku sadar bahwa kau tidak hanya sekedar teman, tapi pemimpin besar yang mampu menyatukan semua bangsa lelembut, termasuk siluman. Sejak saat ini, aku juga menyatakan sumpah setia kepadamu wahai Prabu Agung,” ungkap Raja Kancradaka.“Sial! Lagi-lagi harus terjadi seperti ini,” umpat Lintang di dalam hati.Menyaksikan kedua bangsa halus yang berlutut di hadapannya, Lintang kembali teringat dengan perjalanan hidupnya di Narapada, di mana di sana juga dia menjadi penguasa dari 4 alam berbeda.“Haaaah,” Lintang menarik napas panjang seakan tanggung jawab ini begitu berat baginya.“Ba

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 213 Pertemanan dua raja

    Bersama Raja Angkala, Lintang kemudian membantai para pasukan buaya pembelot yang tersisa. Membuat pasukan patih Kora dan bangsa Yada mundur memberi ruang.Raja Angkala membunuh setiap pengkhianat dengan sangat kejam seakan para buaya itu bukan dari bangsanya.Sementara Lintang hanya membunuh seperlunya, dia menyerang titik-titik vital lawan agar mereka mati dengan sangat cepat.“Oii, jangan berpesta sendiri, tunggu aku!” raja Kancradaka berteriak kesal karena ditinggalkan.“Cepatlah!” ujar Lintang.Selanjutnya tiga sekawan itu pun kembali bergabung, menciptakan kesinambungan formasi yang mengerikan, membuat siapa pun yang dilewatinya akan tewas dalam waktu singkat.Satu persatu siluman buaya pembelot berhamburan dengan tubuh telah terpotong menjadi beberapa bagian.Wush! Sring! Sring! Sring! Cruaaat! KyAaaaaa!Teriakan demi teriakan terdengar menggantikan suara benturan pedang. Tidak ada satu pun pasukan yang mampu menahan gelombang serangan mereka.Baik prajurit mau pun panglima, se

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 212 Kematian Jejangkat

    “Ka-ka—kau ...,?” Patih Kora dan semua pasukan melebarkan mata.Wush! Slep!Raja Angkala juga muncul di sisi Lintang membuat mata patih Kora dan semua pasukannya semakin terbelalak lebar.“Hahaha, benar! Selama puluhan ribu tahun kita hidup sendiri tanpa memiliki tuan. Sekarang berlutut di hadapannya!” ungkap Raja Angkala tertawa.Mendengar itu, semua siluman buaya yang berada di dalam kubah energi pun serentak menjatuhkan kaki berlutut di hadapan Lintang.“Dialah yang akan menjadi tuan kita. Pembimbing sekaligus pelindung bangsa Bajul yang akan membawa kita menuju kehidupan yang lebih beradab,” tutur Raja Angkala.“Terima sembah hormat kami tuan, kami bersedia mengikuti setiap jalan yang anda kehendaki,” Patih Kora bersama semua pasukan serentak menyatakan sumpah.“Hihihi, bangunlah! Kuterima sumpah kalian,” ucap Lintang.Mendengar itu, semua siluman buaya pun segera bangkit mengikuti perintah Lintang.“Aku tahu apa yang sedang terjadi di dalam bangsa kalian. Untuk itu mari kita sele

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 211 Duri dalam daging, pengkhianatan Jejangkat

    Mendengar hal tersebut, sebagian pasukan mulai kembali merasa ragu. Sementara sebagian lagi terlihat tidak peduli.“Hahahaha, bagus! Ternyata ada yang ingin mati di tanganku. Baiklah terima ini!”Jejangkat melontarkan bola energi berwana hitam pekat ke arah Patih Kora membuat sebagian pasukan yang tadi ragu langsung berlompatan berniat menghadang bola tersebut.“Hahahahaha, bodoh! Dasar para pengkhianat kerajaan, matilah kalian semua!” Jejangkat tertawa terbahak-bahak.Dia sangat yakin terhadap kekuatan serangannya. Berapa pun jumlah pasukan yang menghadang bola energi tersebut, mereka tetap akan binasa oleh ledakannya.Patih Kora yang menyaksikan itu terlihat pasrah dengan kematiannya. Dia sadar dirinya tidak akan mampu menghadapi kekuatan Jejangkat di mana buaya tua tersebut merupakan siluman puluhan ribu tahun yang sudah hampir mencapai tingkat kekuatan seorang resi.Bahkan kekuatan Raja Angkala sendiri pun berada jauh di bawahnya. Namun selama ini, Jejangkat selalu berpura-pura le

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 210 Teman Baru

    Saat Lintang keluar dari Pranayama, ternyata dia tidak sendiri, melainkan bersama dengan Raja Angkala yang tengah terluka parah.Mahluk itu, Lintang ampuni atas beberapa pertimbangan yang berdasar dari pengakuan Raja Angkala sendiri.Sehingga ketika Raja Angkala hampir tewas, Lintang segera membawanya keluar.“Terimakasih,” ucap Lintang setelah berhasil dipulihkan oleh energi regenerasi Raja Angkala.“Hahaha, tidak perlu sungkan. Aku yang seharusnya berterimakasih karena berkat pengampunan dan ramuan terakhir milikmu, tubuhku bisa pulih dengan sempurna,” ungkap Raja Angkala dengan masih dipenuhi keterkejutan.“Hihihi, jangan dipikirkan,” Lintang terkekeh.“A-a—apa yang sebenarnya terjadi Kusha?” putri Widuri mulai mendapat keberanian.“Me-mengapa dia ma-masih hidup?” tanya putri Widuri bingung.“Sudahlah! Widuri, masalah ini sudah berlalu. Aku akan menjelaskannya nanti, karena sekarang kita akan membereskan siluman berengsek yang hampir membuatmu celaka,” jawab Lintang.“Ta-ta—tapi bu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status