Di dalam sebuah ruangan berbau asam, putri Widuri menangis sejadi-jadinya.Dia mengguncang-guncangkan tubuh Lintang meminta pemuda itu bangun. Namun setelah sekian lama, Lintang tetap tidak bergerak sementara darah dari punggungnya terus mengalir membasahi lahunan putri Widuri.“Kusha, cepat bangunlah! Jangan tinggalkan aku sendiri,” lirih putri Widuri.Sedangkan seruling surga telah kembali kebentuk semula, dia terletak di sisi putri Widuri seperti seruling bambu biasa.Perut cacing raksasa begitu sangat luas, tapi hampir semua permukaannya berupa kolam cairan. Sementara dinding ujung berut makhluk tersebut tidak terlihat karena tertutupi asap tebal yang berasal dari dasar kolam.Putri Widuri dan Lintang saat ini sedang berada di salah satu atap bangunan yang belum hancur.Atap itu terbuat dari kayu sehingga mampu mengambang. Tetapi putri Widuri tidak tahu entah terbuat dari kayu apa di mana kayu-kayu lain tetap hancur tenggelam ke dalam kolam.Terlebih mana mungkin putri Widuri pedu
Panglima Siahan dan Hala dengan cepat beradu punggung karena tidak tahu entah akan dari sisi mana panglima Alpere menyerang mereka.“Hahahahaha, bodoh! Mati kau sialan!” tawa panglima Alpere terdengar lantang dan arahnya datang dari atas.“A-apa? Sial!” panglima Siahan dan Hala sama-sama mengumpat tidak percaya.Mereka serentak menyilangkan senjata berniat menahan serangan lawan. Tetapi keduanya melakukan itu sembari menutup mata karena tidak yakin akan selamat.“Hahahahahaha, jurus tapak peremuk jagat! Matilah!” panglima Alpere meluncur cepat berniat menghantam tubuh panglima Siahan dan Hala dengan jurus tertingginya.Tubuh lelaki itu memancarkan cahaya merah dengan aura membunuh yang sangat pekat.Tidak ada yang pernah selamat dari jurus tersebut bahkan jika pendekar tingkat tinggi sekali pun membuat panglima Siahan dan Hala tidak memiliki kesempatan.Wush!Panglima Alpere semakin mendekat, dia sangat yakin bahwa dirinya akan mampu menghabisi panglima Siahan dan Hala dalam satu sera
Deg!Jantung Prabu Mangkukarsa dan Raja Manggala seakan terhenti ketika mendapatkan informasi memilukan tentang Lintang.Terlebih Lintang gugur bersama putri Widuri, bahkan Adipati Agung Triat Mojo juga sampai jatuh berlutut lemas hingga hampir terkena tebasan musuh.Beruntung di sana masih ada panglima Kuncoro yang melindunginya.Sesaat Prabu Mangkukarsa kehilangan harapan dan ingin rasanya pasrah menerima kekalahan.Namun Raja Manggala kembali menguatkannya dengan mengatakan bahwa Kusha sudah berjuang mati-matian membela kerajaan, dan sekarang ketika dia gugur pemilik kerajaan tersebut malah akan menyerah? Ini sungguh hal bodoh karena menyia-nyiakan pengorbanan Kusha.Tidak ada yang tidak bersedih ketika pemimpin tertinggi pasukan gugur, terlebih dia adalah orang yang telah beberapa kali berjasa menyelamatkan kerajaan.Namun jangan pernah jadikan kesedihan itu sebagai alasan untuk menyerah karena gugurnya Kusha juga demi keberlangsungan perjuangan pasukan.Raja Manggala malah sampai
Saat semua orang berlarian mundur ke luar benteng kerajaan, Balada waktu itu malah kembali masuk ke dalam benteng karena mendapati anggota kelompoknya yang menjaga putri Widuri sedang kewalahan menghadapi ratusan pendekar sekte iblis darah.Dia tidak mengerti mengapa putri Widuri berani berbuat nekad masuk ke medan perang padahal sudah jelas-jelas gadis itu bukan seorang pendekar.Dan teman-teman Balada pun malah membiarkannya, membuat mereka menjadi incaran utama pasukan musuh.Terlebih keberadaan kelompok tersebut cukup jauh dari posisi pasukan sehingga hampir saja tidak diketahui oleh semua orang.Andai saja sebelumnya Balada tidak berbalik, maka dia pun tidak akan pernah tahu bahwa putri Widuri juga ternyata ada di sana.Tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terhadap mereka, mau tidak mau Balada pun terpaksa harus kembali.Dia datang menerjang puluhan pasukan lawan, sementara sisanya dihadapi oleh Balangbang, Bagas, Jaka, Wirusa, Gendis, Kitri, dan Yamuna.Balada bertarung sembar
“Hah, hah, hah, hah,” Lintang terbang terseok akibat kehabisan energi, sementara napasnya memburu kelelahan.“Cepat pergi!” teriak Lintang.“Ba-ba-baik prabu agung, te-terimakasih,” para silumam buaya bersyukur karena mereka bisa selamat.“Kau juga Angkala,” bentak Lintang.“Ta-ta—tapi prabu,” Raja Angkala tidak mau meninggalkan Lintang.“Pergi! Ini perintah,” bentak Lintang kembali membuat raja Angkala tidak memiliki pilihan.“Ba-baik,” Raja Angkala segera memimpin pasukannya melesat ke arah Raden Rakean yang telah tiba di tempat awal mereka.“Sial!” umpat Lintang bingung.Kali ini dia benar-benar tidak bisa berpikir akibat situasi berubah semakin genting, sementara tidak ada satu pun pendekar yang bisa menyelamatkan semua orang kecuali dirinya.Andai saja ada Arga (Adik Lintang di dunianya) di sana, mungkin keadaannya akan berjalan lain karena mereka bisa berbagi beban. Tetapi kali ini Lintang sungguh mendapati kesulitan.Jambal dan Jambul berhasil mengetahui kelemahannya membuat Li
Sebagian dari mereka tertelan oleh monster cacing, sementara sebagian lagi berlarian ke arah benteng berniat melarikan diri.Namun naas, cacing satunya lagi muncul tepat di hadapan mereka, membuat 100 monster berwujud serigala tersebut harus berakhir menjadi santapan cacing iblis.Hal itu terjadi karena saat pasukan Raden Rakean mundur, sebagian besar pasukan musuh masih tetap berada di tempatnya.Mereka percaya Jambal dan Jambul tidak akan melukai pasukannya sendiri. Sehingga dengan tenang para prajurit dan pendekar tersebut malah menanti kedatangan monster dari dalam portal.Termasuk 100 monster berwujud serigala, mereka berpikir Jambul kembali memanggil bangsanya membuat monster-monster itu malah terlihat senang.Namun sayang, yang datang ternyata adalah puncak predator dunia iblis. Yaitu mahluk buas pemakan segalanya yang kerap dijuluki cacing pemakan alam.Beruntung pasukan Raden Rakean dan para pemberontak memiliki kesetiaan terhadap Lintang sehingga satu seruannya cukup membuat