Share

Bab 944

Author: Pujangga
last update Last Updated: 2025-12-06 21:31:05

“Sialan kau anak muda, ternyata pertanyaanmu adalah sesuatu yang sakral untuk kuungkapkan,” wajah pak tua pemilik warung seketika memucat.

Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya sudah terlanjur menerima bayaran dari Lintang.

“Hahaha, aku tidak peduli kakek. Sakral dan tidak itu adalah urusanmu dengan desa. Sedangkan aku hanya menginginkan jawaban saja,” Lintang tertawa.

“Ba-baiklah! Ta-tapi aku tidak bisa mengungkapnya di sini, mari ikut!” pendekar tua lantas berjalan meninggalkan warungnya, dan Lintang mengikuti dari belakang.

Lintang meminta kepada semua temannya agar menunggu di warung makan, sehingga Jinggo dan Limo yang ingin ikut pun terpaksa mengurungkan niatnya.

Lintang bersama pak tua pemilik warung berjalan cukup jauh, sampai-sampai mereka harus melewati beberapa candi besar sebelum tiba pada sebuah gedung kumuh seperti bekas bangunan baru yang ditinggalkan.

Gedung tersebut di penuhi akar rambat di sana sini, lumut tumbuh hampir di setiap sudut, sedangkan tikus-
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1015

    “Padahal aku baru saja merasakan kenikmatan yang luar biasa. Dasar energi tidak berguna!” maki Galuh kepada dirinya sendiri.Mendengar makian Galuh, Kala Pati tidak bisa menahan tawanya.“Hahahaha, kau memang manusia terbodoh sepanjang masa, bedebah!” Kala Pati menggeleng sembari terus menertawakan kelakuan Galuh.Hingga tanpa sadar, dia mulai peduli terhadap Galuh karena selama ratusan juta tahun, hanya Galuhlah yang mampu membuat dirinya tertawa selepas itu.“Kau jangan merasa senang dulu mahluk besar, aku tidak akan pernah menyerah terhadapmu!” teriak Galuh penuh amarah.Namun bagi Kala Pati, teriakan tersebut malah terlihat lucu, sehingga tawanya semakin terbahak.Tidak terima diperlakukan seperti badut, Galuh langsung kembali melesat menerjang Kala Pati.Kali ini dia berniat menggunakan jurus pertarungan jarak dekat yang mematikan, yakni inti lebur sakheti pedang kegelapan.Wush! Seing!Galuh menebaskan pedang secara mendatar mengincar pinggang lawan.Dia terbang bagaikan kilat,

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1014

    “A-apa anda sudah tahu akan seperti ini tuan?” tanya Dewi Rembulan lemas tidak lagi memiliki harapan.“Ya, jauh sebelum berangkat pun aku sudah tahu bahkan kita tidak akan bertahan hidup,” angguk Galuh membuat Dewi Rembulan semakin terkejut.“Ja-jadi untuk apa kita kemari jika pada akhirnya kita akan mati?” Dewi Rembulan amat marah kepada Galuh.Dia merasa perjalanan melelahkan yang dirinya lalui selama ini hanyalah kesia-siaan.“Hahaha, jangan terlalu berkecil hati dewi. Tidak ada masalah tanpa tepi, marah hanya akan membuatmu bertambah tua. Jadi tertawalah sebagaimana aku tertawa,” ungkap Galuh sembari terbahak-bahak.Sampai titik itu, Dewi Rembulan sungguh masih belum memahami entah kemana jalan pikiran Galuh.Yang jelas, ayah dari Lintang tersebut sudah terlalu gila karena tidak pernah takut akan kematian.“Terserah kau saja tuan, sepertinya kita memang tidak ditakdirkan saling memahami,” Dewi Rembulan menggeleng lemas.“Hahaha, jangan khawatir dewi. Dia tidak akan pernah bisa men

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1013

    “Woyy bangsa kala! Apa kau sungguh tidak mau bernegosiasi denganku!” teriak Galuh lantang.Padahal waktu itu, Galuh tengah berlutut lemas dengan pedang pilar langit di tancapkan ke tanah sebagai tumpuan.“Bernegosiasi dengan manusia? Cih! Jangan harap, kalianlah dahulu yang membantai kaumku. Tidak akan kuampuni!” mahluk raksasa bertubuh merah menggertakan giginya.Kemudian dia melayangkan tendangan horizontal ke arah Galuh.Tendangan tersebut begitu amat cepat hingga mata Galuh tidak mampu melihat gerakannya.Alhasil, Galuh kembali terkena serangan. Dia terhempas sejauh ribuan meter dan berakhir setelah menabrak sebuah gunung.Brak! BUMMMM!Setengah gunung batu besar hancur berhamburan, sedangkan Galuh terkapar di atas reruntuhannya.“Hahaha, hanya kematianlah yang layak bagi kalian!” Bangsa Kala yang menjadi musuh Galuh tertawa terbahak bahak.Selanjutnya, dia melirik ke arah Dewi Rembulan yang tengah menelan ludah karena Galuh mungkin tidak akan bangkit kembali.“Kau juga bangsa dew

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1012

    Galuh melesat ke arah kiri menghindari serangan tebasan golok besar dari mahluk raksasa.Wush! Sring! BUM!Golok berukuran ratusan meter menderu membelah ruang kosong, menciptakan ledakan dahsyat yang menggema memekakkan telinga.Meski berhasil menghindar, akan tetapi Galuh tetap terpental terkena gelombang ledakan.Brak! Aaaaaa!Galuh memekik menahan sakit, namun sedetik kemudian, dia tersenyum kegirangan.“Hahahaha, nikmatnya!” Galuh tertawa terbahak bahak padahal sebagian tubuhnya sudah melepuh akibat ledakan.“Dasar gila!” Dewi Rembulan menggeleng.Wush! Slep! Jleg!Dia muncul di depan Galuh sembari menyilangkan selendang pusakanya.Sring! BUMMMM!Golok raksasa berhasil di tahan selendang milik Dewi Rembulan. Tetapi lagi-lagi ledakannya tidak terbendung.Aaaaa!Dewi Rembulan terhempas jauh kebelakang, beruntung Galuh dengan sigap menangkap tubuhnya.Tap! Jleg!“Senjata itu sungguh merepotkan, dia tidak bisa ditangkis meski sudah menggunakan pusaka,” ungkap Galuh.Galuh menurunkan

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1011

    “Bukankah tujuan kita kerajaan Thera nak Lintang?” tanya raja Mulu tidak mengerti karena Lintang seperti berniat meninggalkan kota.“Benar paman, tapi bukan kita,” jawab Lintang.“Maksudmu?” raja Mulu mengerutkan kening.“Hanya aku yang akan ke sana, paman. Sedangkan paman dan yang lain menunggu di tepi pantai,” jelas Lintang.Mendengar itu, semua orang seketika saling berpandangan berusaha mencerna apa yang Lintang katakan.Namun pangeran Arundia yang mengerti langsung memaparkan kondisi yang sedang mereka alami.Mulai dari ketidak nyamanan penduduk kota akibat wujud yang tidak biasa, sampai dengan kemungkinan sikap kerajaan terhadap kedatangan mereka.Apalagi yang datang saat ini berniat mengusik sejarah kelam mengenai kota Agartha. Tentu saja hal itu akan menyulut pertempuran.Menurut pangeran Arundia, pergi dengan cara berkelompok akan jauh lebih mencolok dari pada pergi sendiri. Sehingga pilihan satu satunya adalah dengan menyusup secara diam-diam.“Hahahaha, putraku benar,” Lint

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 1010

    “Semua tidak ada yang kembali tuan, mereka hilang di tengah lautan. Itu sebabnya setiap kerajaan melarang keras penduduknya menceritakan Agartha agar tidak ada lagi yang menjadi korban,” terang pak tua pemilik warung menutup ceritanya.“A-apa kau yakin paman? Atau setidaknya anda memiliki sedikit petunjuk bagi kami menemukan kota tersebut,” Lintang bingung karena gerbang menuju alam surgawi yang dia tahu hanya ada di kota Agartha.Namun sayangnya, pak tua memilik warung kembali menggeleng pertanda apa yang dia ketahui hanya sebatas itu.Lintang tentu saja lemas, akan tetapi dia tetap memberikan tumpukan koin emasnya kepada sang pemilik warung.“Ambilah paman! Dengan harta sebanyak itu, anda akan bisa membuka rumah makan besar di tengah kota,” ucap Lintang.“Te-te—terimakasih tuan, a-anda sungguh dermawan,” tangan pak tua pemilik warung bergetar mengambil tumpukan emas di dalam kantung besar.Dia sangat membutuhkan harta tersebut guna mengembangkan usaha warung makannya.Terlebih pak t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status