"Takut? Kalian terlalu besar kepala! Aku jadi penasaran sekuat apa capitan kalian." Karel menoleh pada dua orang yang masih mencekal Tuan Jaffan. "Jika memang capitan kalian begitu hebat, lepaskan Tuan Jaffan! Dia bukan lawan yang seimbang untuk kalian."Terpancing emosi karena kata-kata Karel, dua lelaki itu mendorong Tuan Jaffan. Lelaki renta itu terempas ke tanah andai Karel tak melesat menopang punggungnya."Menepilah, Tuan Jaffan! Akan kupastikan mereka tidak berani lagi mengganggu Anda di masa depan."Tuan Jaffan mengangguk. Merasa beruntung karena Penguasa langit mengirim seseorang untuk membantunya."Berhati-hatilah, Nak! Mereka bukan orang baik.""Jangan banyak bacot, Tua Bangka! Akhiri kata sambutan perpisahan di antara kalian!" Si tanpa alis memberi kode kepada Capit Baja untuk segera bertindak."Hiyaaa!"Keduanya serentak menyerang Karel. Mengincar lututnya dengan tendangan mereka yang membentuk formasi gunting.Baru kali ini Karel bertemu lawan yang memiliki tubuh sangat
Karel memandang Jabrik dengan tatapan dingin. "Bukankah kau telah berjanji untuk tidak akan pernah lagi membuat masalah? Apa kau ingin merasakan putaran gasing yang lebih kuat?"Jabrik tersungkur. Suaranya tak begitu jelas ketika dia berkata, "T–tidak, Tuan! Tolong, jangan hukum saya karena bersikap teledor. Saya ... saya ke sini karena terpaksa."Butiran tanah menempel di bibir Jabrik saat ia mengiba. Sebagian bahkan masuk ke mulutnya, tapi ia tak peduli. Asal Karel bersedia mengampuninya, ia tak keberatan memakan butiran tanah itu.Tidak jauh dari Jabrik, si tanpa alis mendadak merasa kecut. Dia terlibat langsung dalam upaya penyelamatan Lewis dan anak buahnya.Kondisi mereka saat itu sangat memprihatinkan.Dia bisa memaklumi jika anak buah Lewis kalah, tapi Lewis? Lelaki yang menjadi pemimpin sebuah perkumpulan seni bela diri itu bukanlah lawan yang lemah.Dia saja belum tentu mampu mengalahkan Lewis jika diadu.Orang yang mampu melumpuhkan Lewis pastilah seseorang dengan kemampuan
Tuan Jaffan masih memegang selang air di tangannya. Mendengar suara Deon yang meniru Karel, hatinya tak rela.Ia memandikan Karel dengan semprotan bertenaga tinggi sambil mengomel, "Kamu pikir, hanya karena kamu telah membantuku mengusir orang-orang jahat itu, kamu bisa seenaknya meniru suara putraku? Jangan mimpi! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"Karel melindungi wajahnya dengan tangan."Ayah, ini aku, Karel! seru Karel sambil menanggalkan bekas luka buatan yang menempel pada pipi dan pelipisnya."Bohong! Anakku tampan! Jangan berani-beraninya kamu menghina anakku!"Karel membiarkan air dari selang di tangan Tuan Jaffan menyapu bersih polesan make-up. Dia bahkan mengusap wajahnya, membantu membersihkan lebih cepat."Ayah, lihat! Lihat! Ini benaran aku! Karel. Anak Ayah!"Karel menunjukkan wajah kepada Tuan Jaffan meskipun seraya memejamkan mata untuk menghindari terjangan arus air dari selang.Selang di tangan Tuan Jaffan terlepas. Dia tercengang. Maju perlahan, meraba wajah K
"Orang suruhanku gagal menjalankan misi.""Tunggu, tunggu! Apa maksudmu mereka gagal menjalankan misi?""Mereka dirampok sebelum sampai ke tempat tujuan.""Apa?! Jadi, siapa orang-orang yang kuhadapi kemarin malam?"Karel mengingat-ingat komplotan begajul yang mengadang Tuan De Groot.Perlakuan mereka pada Tuan De Groot dan Xela terlihat tidak main-main. Apa mereka yang menyabotase peran orang bayaran Kevin?"Kau benar-benar melawan sekawanan perampok?" Kevin balik bertanya."Iya. Mereka mengikat Tuan De Groot dan sopirnya. Mereka bahkan berniat melecehkan Xela. Untung saja aku tiba tepat waktu.""Astaga! Jangan-jangan mereka juga yang merampok orang suruhanku.""Hah?! Bagaimana kejadiannya?""Aku juga belum tahu persis bagaimana kronologinya. Mereka terlihat masih syok dan belum bisa dimintai keterangan.""Apa cedera mereka parah?""Tidak juga. Hanya luka lebam, tapi mental mereka sedikit terguncang."Karel menghela napas panjang. Ia tak menyangka bahwa rencananya untuk memberikan ke
Bentakan nyaring Tuan Wills mengundang perhatian para petani yang melintas, hendak membersihkan lahan pertanian mereka setelah panen.Mereka berhenti, tapi tidak ada yang berani mendekat. Mereka hanya tegak di luar pagar. Melayangkan pandangan iba pada Tuan Jaffan.Sesekali mata mereka melirik waspada pada dua pengawal pribadi Tuan Wills.Jika terjadi sesuatu yang buruk, mereka akan segera minggat sebelum dua lelaki beringas itu bertindak atas perintah Tuan Wills.Tuan Wills masih menadahkan tangan pada Tuan Jaffan."Cepaaat! Kau telah membuang waktu berhargaku!""Berapa utang ayahku?" Karel tak sanggup lagi berdiam diri, menyaksikan Tuan Wills menindas ayahnya sesuka hati."Oh, kau anak si tua bangka ini? Kenapa tidak bilang dari tadi?" Tuan Wills mengonfirmasi dengan nada mengejek dan tatapan menghina. Mengamati penampilan Karel dari ujung rambut hingga ke kaki."Sepertinya nasibmu tidak lebih baik dari ayahmu. Apa kau punya uang? Kalau hanya hendak menipuku dengan mengulur waktu, j
"Ayo ke Balai Desa. Biar Kepala Desa dan stafnya yang menjadi saksi."Tuan Wills bungkam, tapi wajahnya mengatakan dengan jelas bahwa ia keberatan dengan usul Karel."Kalau Anda keberatan, lupakan saja! Anda boleh meninggalkan tempat ini. Ayahku akan melunasi utangnya setelah panen."Tuan Wills menggeram. "Apa kau tidak membaca dengan teliti isi surat perjanjian yang ditandatangani oleh ayahmu, hah?"Karel tersenyum tipis. "Tuan Wills, Anda mungkin bisa membodohi ayahku, karena mata tuanya tak lagi awas. Tapi, aku masih dapat membaca dengan sangat jelas. Aku bahkan dapat mendeteksi kecurangan yang Anda lakukan pada dokumen ini."Karel mengangkat dokumen itu sejajar dengan wajahnya. "Jadi bagaimana? Ke Balai Desa? Atau Anda akan berurusan dengan polisi?"Tuan Wills tidak mau terlibat dengan penegak hukum. Bisa-bisa ia ditangkap lantaran membuka bisnis jasa peminjaman uang secara ilegal."Cepatlah! Jangan membuang waktuku!" tukas Tuan Wills dengan nada kesal. Ia berjalan meninggalkan pe
"Tuan Coleman," sela Karel, "Anda salah paham.""Salah paham bagaimana? Saya sudah membaca isi perjanjian yang ditandatangani oleh ayahmu. Kalian harus bersikap sportif. Kalian tak mampu membayar, jadi mau tidak mau, kalian harus merelakan aset itu kepada Tuan Wills.""Tuan Coleman, utang ayah saya menjadi utang saya juga. Apa ada di antara kami yang mengatakan bahwa kami tidak sanggup melunasinya?"Tuan Coleman terlihat bingung, tapi apa yang dikatakan Karel tak salah. Mereka tidak pernah menyatakan bahwa mereka tidak mampu membayar utang mereka pada Tuan Wills.Karel berkata tegas pada Tuan Wills, "Tuan Wills, di hadapan Kepala Desa, sekarang tolong katakan berapa total utang yang harus kami lunasi!""Tunggu, tunggu! Jadi ini bukan tentang pengalihan hak, tapi pelunasan utang?""Betul, Tuan Coleman," sahut Tuan Jaffan. "Putra saya yang akan melunasi semua utang saya pada Tuan Wills."Pengakuan polos Tuan Jaffan disambut dengan ledakan tawa dari bawahan Tuan Coleman yang ikut mengint
"Ya? Silakan bicara, Pak!"Lelaki itu menghela napas panjang sejenak. Lidahnya terasa berat untuk digerakkan."S–sebenarnya, s–saya tidak tega untuk menagih, t–tapi ... s–saya juga sedang kepepet. Cucu saya yang telah yatim sedang dirawat di Rumah Sakit."Saya butuh uang, tapi hasil panen saya tidak terlalu bagus. Uang yang saya dapatkan dari menjual hasil panen itu tidak cukup untuk melunasi biaya pengobatan cucu saya."Lelaki itu menyeka air matanya yang jatuh menitik. Terbayang tubuh lemah cucunya yang berusia delapan tahun tergolek menahan sakit, dengan aneka selang yang menempel pada tubuh kecilnya."Berapa uang Anda yang dipinjam oleh ayah saya, Pak?" Karel melihat ketulusan dalam nada bicara dan sorot mata lelaki itu. Ia merasa tersentuh."Tuan Jaffan meminjam sebanyak empat kali. Jumlahnya tidak terlalu banyak. Kalau ditotal, itu sekitar tujuh ribu lima ratus dolar."Uang sebanyak itu tidak ada nilainya di mata orang kaya. Tapi bagi warga desa yang hidupnya pas-pasan, bahkan s