Share

Bab 2

Hop!

Tuan De Groot melontarkan butir obat yang telah ia siapkan ke mulut Karel.

Glek!

Begitu teriakan Karel berhenti, pil hitam itu pun tertelan dan bersarang di perut Karel.

Dalam hitungan detik, tubuh Karel terkulai lemas.

Salah satu anak buah Tuan De Groot meraba nadi Karel, lalu menggeleng. Memberitahu Tuan De Groot bahwa detak nadi Karel tak lagi teraba.

"Buang dia ke hutan!"

Tubuh Karel menggelinding jatuh setelah terlepas dari pegangan dua orang lelaki yang menahannya di bibir tebing.

Entah berapa lama badan benyai Karel berguling-guling, hingga terhenti setelah membentur sebatang pohon yang tak terlalu besar.

Suara burung hantu di tengah pekatnya malam menjadi tembang selamat datang bagi jiwa Karel yang berada di ambang kematian.

Tes! Tes!

Titik embun, yang menetes dari sehelai daun berujung runcing, menimpa bibir pucat Karel. Mencairkan darah yang telah mengering.

Langkah seorang lelaki berseragam kaus tentara terhenti.

"Hei! Kenapa berhenti? Kita masih jauh dari tujuan," tegur rekannya yang berjalan di belakang.

Dia menabrak punggung temannya itu lantaran berhenti mendadak.

Lelaki berkulit gelap karena terbakar matahari itu merentangkan tangan kirinya, tak memberi akses kepada rekan di belakangnya untuk menyalip.

"Ada mayat!"

"Apa?" Lelaki dengan wajah berbentuk potongan intan mengintip dari pundak temannya. "Astaga! Ayo kita cek, Dave!"

"Tunggu dan jangan bergerak!" Dave terus menahan temannya.

"Apa lagi yang harus ditunggu? Menyelamatkan nyawa sesama itu penting!"

"Lihat ke depan, Mark!"

Mark mengangkat pandangan. Ia ternganga. "Astaga! B–beruang?"

Sepasang mata tajam dari makhluk berbulu hitam itu menatap buas kepadanya. Cepat-cepat Mark mengalihkan pandangan. Pantang terbesar saat berhadapan dengan seekor beruang adalah menatap matanya.

"C–cepat tembak dia, Dave!"

"Ssst! Tenanglah!"

Sebagai tentara terlatih, Dave lebih mampu menguasai diri dengan baik.

Beruang hitam itu berdiri tegak, bersikap waspada. Posisi makhluk itu dari tubuh yang tergeletak di tanah hanya beberapa meter lebih jauh dari rentang jarak Dave dan Mark.

Jika mereka bergerak serempak, mungkin makhluk itu akan tiba lebih cepat dan mengoyak lelaki tak berdaya itu.

"Mark, siaga satu untuk membawa lari bocah malang itu!" ujar Dave. "Aku akan mengalihkan perhatian makhluk itu."

"Tapi, Dave—"

"Apa kau mau kita semua mati di sini?" potong Dave. Tatapannya terus mengawasi beruang hitam itu. "Jangan pikirkan aku! Selesaikan saja tugasmu!"

"Apa yang akan kau lakukan?" Mark mengkhawatirkan keselamatan Dave.

Dave membuka telapak tangannya yang terentang. "Serahkan padaku hasil buruan tadi!"

Mark bergerak pelan menurunkan tas di punggungnya, lalu melepaskan ikatan kantong plastik berisi seekor ayam hutan yang telah mati.

"Manfaatkan waktumu dengan baik, Mark! Bawa dia ke camp! Aku akan menyusul nanti!"

Selesai memberi instruksi pada Mark, Dave bergeser dengan gerakan yang sangat pelan dan hati-hati. Menghindari garis sejajar dengan sosok tubuh asing yang terbaring pucat.

Perhatian beruang hitam itu kini terbagi. Kepalanya bergerak ke kanan, mengikuti langkah Dave. Kemudian, kembali lurus ke depan, memperhatikan seonggok daging segar di atas permukaan tanah dan juga Mark.

"Sekarang, Mark!" pekik Dave seraya melempar umpan di tangannya sejauh mungkin ke arah kanan beruang.

Makhluk berbulu itu mendongak ketika mencium aroma darah yang menguar di udara. Hidungnya kembang kempis. Sedetik kemudian ia berlari ke arah bau amis darah tersebut.

Mark melompat mendekati sosok Karel. Secepat kilat meraba nadi di pergelangan tangan Karel, lalu berpindah ke leher.

Mengetahui Karel masih hidup, Mark membuang ransel di punggungnya. Menggantikan beban itu dengan tubuh Karel.

Susah payah Mark menaikkan Karel ke atas punggungnya.

"Lari, Mark!"

Teriakan Dave diikuti dengan letusan senjata.

Beruang itu masih belum kenyang. Seekor ayam hutan mungil hanya mampu mengisi sebagian sudut kecil dari lambungnya, sehingga ia bergerak mendekati Dave.

Mungkin ia pikir Dave masih memiliki lebih banyak stok makanan untuknya.

Mark melesat meninggalkan tempat itu sambil menggendong Karel. Menerobos semak dan belukar tanpa memedulikan kulitnya yang tergores duri dan ranting.

"Profesor Jansen! Profesor Jansen! Tolooong!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status