Share

Bab 11

Aku melemparkan ponsel begitu saja dengan kasar ke ranjang. Namun buru-buru kembali meraihnya saat benda pipih itu mencelat ke lantai. Untung gapapa. Masa iya aku merelakan gawai satu-satunya itu rusak? Sementara cicilannya aja belum lunas.

Etdah.

Aku menarik napas lega.

Lagi kalau dipikir-pikir untuk apa semua itu? Kenapa juga harus kesal kalau chatku diabaikan. Untuk apa aku marah kalau tiba-tiba nomor ponsel Farhan tidak lagi bisa dihubungi? Toh pada kenyataannya kami memang telah kelar.

Ya, kelar. Telah berakhir.

Tapi kok rasanya sakit ya?

Makanya jangan bermain hati. Bucin sih? Dah tau laki-laki itu cuma persinggahan.

Ah sial.

Aku memaki suara hati sendiri. Tapi tunggu ....

Bukankah sikap Farhan memang manis? Dia terlalu sempurna untuk dianggurin begitu saja. Satu lagi, kalau di matanya aku tak berarti apa-apa, ia nggak perlu kecewa dong? Apalagi sampai semarah tadi gitu tau Bang Fajar mengunjungiku.

Fix!

Farhan juga punya rasa yang sama. Semoga aku tidak kegeer
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status