Home / Romansa / Lelaki Pengganti / Suka Anak Kecil?

Share

Suka Anak Kecil?

Author: Ciyyin
last update Last Updated: 2021-09-05 16:06:40

Malam harinya, tuan Rey pulang ke rumah dan membawa sebuah kursi roda untuk anak kecil.

“Yonna,” panggilnya.

Aku yang sedang berada di dalam kamar langsung bergegas keluar. “Iya, Tuan.”

“Kesini, sebentar.”

“Ada apa, Tuan?”

Dia menyodorkan sebuah kotak besar padaku. “Ini, ambil untuk anakmu.”

Aku menatap kotak besar itu dan bertanya. “Apa ini?”

“Buka saja.”

Tanpa menunggu lama aku langsung membuka kotak besar itu, agak susah. Ketika melihat isinya aku langsung terkejut.

“Ini untuk anak saya, Tuan?”

“Iya, itu untuk anakmu, agar kamu lebih mudah untuk bekerja.”

“Terima kasih, Tuan Rey.”

“Sama-sama. Emmm,,,, apa Abang saya sudah pulang?”

“Sudah, Tuan. Itu di dalam kamar.”

“Ohh,,,, yasudah kamu boleh pergi. Saya mau menemui Abang saya dulu.”

“Baik, Tuan. Sekali lagi terima kasih.”

Aku tidak langsung pergi, aku melihat tuan Rey dari belakang, “baik sekali.” Gumamku dalam hati.

Ketika aku sampai di dalam kamar, aku lupa. Daffa masih bersama dengan tuan Roy. Aku pun keluar dan langsung menuju kamar tuan Roy. Tiba di depan pintu kamar tak sengaja aku mendengar percakapan mereka berdua.

“Bang, anak siapa ini?”

“Ini anak, Yonna. Kenapa?”

“Hah! Berarti kamu sudah tau?”

“Tau apa, Rey?”

“Tau kalau Yonna sudah punya anak.”

“Hem, aku tau.”

“Maaf, Bang. Aku tidak bermaksud membawanya kesini namun, karena dia menceritakan semua yang dia alami, aku merasa kasihan.”

Roy mengangguk, “Sudah, tidak apa-apa. Awalnya aku juga tidak setuju karena, ia membawa seorang anak tetapi, setelah mengetahui hal yang sebenarnya, aku merasa kasihan.”

“Jadi dia sudah cerita?” Tanya Rey terkejut.

“Iya, dia sudah mengatakan yang sebenarnya.”

Rey terdiam, ia memperhatikan abangnya asyik menimang anak Yonna.

“Lihat anak ini, lucu sekali.” Ujar Roy.

Rey merasa terpancing untuk menggendongnya.

“Berikan padaku, Bang.”

Roy terkejut. “ Bukankah, kamu tidak suka anak kecil?”

“Entahlah, tetapi anak ini begitu lucu. Aku tertarik ingin menggendongnya.”

“Baiklah, ini. Awas hati-hati.” Ujar Roy saat memberikan Daffa pada Rey.

Rey tampak senang, baru kali ini ia menggendong anak kecil. “Bang, dia lucu sekali. Akan aku bawa ke kamarku.”

Roy melotot sekakan tak percaya. “Ha,,,, kamu mau membawanya ke kamarmu?”

Rey mengangguk dan tersenyum ke arah Daffa. “Iya, Bang. Coba lihat! Dia tidak menangis saat aku gendong.”

“Hahaha, yasudah kamu bawa saja, tetapi hati-hati. Nanti kalau dia menangis, langsung berikan pada Yonna.” Jelas Roy, langsung membiarkan Rey pergi.

Mendengar percakapan itu Yonna sangat bahagia, hampir saja ia menangis.

Tiba-tiba, “Kriettttt,,,,”

Rey sangat terkejut ketika membuka pintu ada Yonna di depannya.

“eh,,,, kamu, Yonna. Ngagetin saja.”

“Ma,,,, maaf, Tuan. Saya hanya ingin mengambil, anak saya.”

Rey melihat wajah Daffa. “Emm,,,, nanti saja, ya. Aku masih ingin bermain dengannya. Nanti kalau dia menangis, langsung aku berikan padamu.”

Aku tersenyum mendengarnya. “Baiklah, Tuan. Kalau begitu saya titip dia, Ya.”

“Baik. Oh iya, siapa nama anakmu ini?”

“Namanya Daffa, Tuan.”

“Ohh,,,, oke. Ayo Daffa ikut sama, Om.” Ucap tuan Rey pada Daffa.

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, hatiku sangat bahagia saat ini.

Aku pergi ke dapur untuk membuatkan makan malam, tidak lupa juga aku membuatkan susu untuk Daffa.

Hampir satu jam lebih aku di dapur namun, tidak sekalipun aku mendengar Daffa menangis. Aku membawa sebotol susu dan pergi ke kamar tuan Rey.

Belum sampai aku ke kamarnya, ternyata tuan Rey sudah lebih dulu menemui aku di dapur dengan Rey di gendongannya.

“Eh, Tuan. Baru saja saya mau ke kamar, Tuan untuk memberikan susu ini untuk Daffa. Kenapa, Tuan kemari? Anak saya rewel ya, Tuan,” tanyaku merasa tidak enak.

“Ah tidak, dia tidak menangis. Memangnya kamu ada mendengar Daffa menangis?”

Mendengar pertanyaannya aku menggelengkan kepala. “Tidak, Tuan.”

“Nah, tidak kan. Hemm,,,, aku kesini karena mencium bau masakan. Aku lapar.”

Mataku membulat. “Oh iya, Tuan. Saya hampir lupa, saya sudah siapkan makanan untuk, Tuan Rey dan tuan Roy.”

Tuan Rey mendekati meja makan. “Kamu masak apa?”

“Silahkan di lihat saja, Tuan.”

“Hem,,,, dari baunya, sepertinya sangat enak.”

Aku tersenyum malu. “Kalau begitu, Tuan silahkan makan, saya akan panggilkan tuan Roy.”

“Baiklah.”

Mataku tertuju pada Daffa yang berada di dalam dekapannya. “Berikan Daffa padaku, Tuan. Saya takut nanti dia mengganggu, Tuan makan,” pintaku sambil mengulurkan kedua tangan.

“baiklah.” Ucapnya sambil memberikan Daffa padaku.

Aku memberikan susu yang telah aku buat untuk Daffa, ia langsung meminumnya dengan cepat, kelihatan sangat haus setelah beberapa jam aku tinggal.

"Haus ya, Sayang," ucapku pada Daffa yang belum mengerti apa-apa ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lelaki Pengganti   Tolong Selamatkan

    “Keadaannya kritis.” Ujar dokter yang tiba-tiba keluar tanpa aba-aba itu.Rey yang tadinya terlihat emosi berubah sangat kecut dengan penyesalan yang tiada arti.“Ap-apa? Kritis, Dok?” Tanyanya dengan mata yang berkaca kaca.Dokter hanya mengangguk perlahan. “Kami sedang berusaha mencari darah A+ untuknya. Apa anda, suaminya?”“Da-darah? A+?” Rey terpaku beberapa saat setelah dokter mengatakan hal itu.“Iya, pasien benar-benar banyak kehilangan darah. Sekali lagi saya tanya, apa anda suaminya?”Rey menggeleng. “Bu-bukan, Dok. Saya temannya. Kalau begitu, coba periksa saya, Dok. Jika golongan darah saya cocok, ambil saja.”“Kecil kemungkinan, Pak. Tetapi tidak masalah, mari kita coba.”Rey mengikuti dokter yang berjalan sangat cepat. “Masuk ke dalam.” Pinta sang dokter.Rey tidak menjawab melainkan langsung masuk dan duduk di k

  • Lelaki Pengganti   Gagal

    Karena merasa perkataannya benar, aku hanya diam dan terus berpikir bagaimana caranya agar tidak terjadi apa-apa pada anakku Daffa.“Terserah apa yang kau katakan, Rey. Aku tidak perduli.”Rey hanya tertawa puas. “Lebih baik kau tidur saja, Yonna. Kita bahas nanti setelah kau pulih.” Ujarnya dengan percaya diri seakan rencananya berhasil.Aku hanya diam dan diam.Malam telah tiba, Rey terlihat duduk di kursi luar menjaga jaga keadaan, mungkin takut aku akan kabur malam ini.Perlahan lahan aku membuka infus yang ada di tanganku dan berjalan mengintip melalui celah pintu.“Bagaimana cara agar aku bisa kabur malam, ini? Sedangkan dia berjaga diluar.” Ujarku pelan.Aku kembali ke tempat tidur dan berpura pura memasang pelekat infus di tanganku agar, terlihat tetap terpasang.“Cekreekk... “ Suara pintu terbuka dan aku berpur pura memejamkan mata.Rey masuk guna memastikan aku te

  • Lelaki Pengganti   Kau Bodoh

    “Aku dimana,”“Yon, Yonna? Kau sudah sadar? Tenang-tenang. Aku tidak akan menyakitimu.” Ujar Rey berusaha menenangkan Yonna.“Aku dimana sekarang?”“Di rumah sakit, Yon.”“Aku kenapa?”“Kau... emm... kamu sakit, Yon. Kamu pingsan.”“Aku ingin pulang sekarang juga,” ucapku dengan suara parau hampir tidak terdengar jelas.“Kamu ingin pulang? Dokter mengatakan belum bisa untuk saat ini, jadi kita pulang besok.”“Aku tidak mau! Aku ingin pulang sekarang juga.” Dengan nekat aku berusaha membuka jarum infus yang terpasang di tanganku. “Arghhh... mengapa ini ada di tanganku!”“Tenang, Yon. Tenang! Jangan panik.”“Anakku mana! Mana anakku!”“Daffa baik-baik saja.”“Apa yang kamu lakukan pada anakku!”“Apa maksudmu, Yon? Aku tidak

  • Lelaki Pengganti   Karena Aku

    “Waw! Pertunjukan yang sangat hebat. Saya yakin kau bisa melakukannya Yonna,”“Ini yang Tuan inginkan, bukan? Akan aku lakukan.”“Berapa banyak kau minum? Satu botol ini?” Tanya tuan Rey di tengah kesadaranku yang mulai tidak terkendali.“Lebih banyak dari itu.”“Apa kau sudah gila! Saya tidak menyuruhmu minum lebih dari yang aku minta!”Tuan Rey seketika bangkit dan menghampiriku dengan wajah yang memerah.“Hentikan! Duduk disitu!”Aku tidak memperdulikan apa yang ia katakan, aku menuang kembali bir ke dalam gelas dan mencoba meminumnya kembali.“Praaanggg... “Gelas yang berisi minuman bewarna merah keunguan itu tumpah dengan pecahan kaca berserakan di mana-mana.Wajahku tidak sedikitpun panik. “Mengapa? Berikan lagi minuman itu, aku sangat menikmati malam ini. Jangan hentikan aku, aku lelah.”“Hentikan!

  • Lelaki Pengganti   Ayo Minum

    “Apa maksudmu, Rey?” Tanyaku dengan wajah yang pasrah dan memerah menahan emosi.“Rey? Oh... Sudah berani kau memanggilku tanpa sebutan, Tuan?” Kata Tuan Rey mengakui keberanian ku“Aku bertanya apa maksudmu! Dengan mengajakku pergi ke tempat ini, kamu kira ini lucu? Lepaskan tanganku! Aku ingin pulang!”Tuan Rey hanya tertawa dengan raut wajah puas. “Hahaha... Jangan takut, Cantik. Kau akan baik-baik saja, kita hanya perlu bersenang senang disini.”“Saya bilang lepaskan saya! Atau perbuatanmu akan saya bongkar!” Ancamku sambil menghindari tatapan tajam mata Tuan Rey.“Ssttttt... Ah!”Sebuah tangan mencengkeram wajahku sangat teramat kuat, yang tidak lain tangan Tuan Rey.“Apa? Kau mengancamku? Coba lakukan! Kau akan melihat apa yang akan terjadi pada anak semata wayangmu Daffa!”Mataku membulat, pikiranku mulai kacau.“Daf-Daffa? A

  • Lelaki Pengganti   Tempat Apa Ini?

    Mentari tak begitu menampakkan sinarnya yang menyengat, ku buka jendela kamar dan kutatap wajah Daffa yang masih tertidur pulas memeluk guling. Wajahnya yang tampak sangat mirip dengan lelaki brengsek itu membuatku terdiam membeku.“Wajahnya sangat mirip denganmu, bagaimana aku bisa lupa dengan kejadian bertahun tahun lalu? Kau begitu dalam menggores luka pada diriku, dan kau juga telah menghancurkan masa depanku saat ini.” Aku berbisik lirih entah kepada siapa, bertahun tahun telah aku lalui begitu saja tanpa rasa yang berarti pada siapa pun.“Yonna... Cepat kemari.”“Suara itu lagi?” Batinku.Tatapan penuh masih tertuju pada wajah Daffa, sebelum aku meninggalkannya untuk beberapa saat kemudian.“Ada apa, Tuan?”Tuan Rey meletakkan bungkusan bewarna keemasan tepat di meja depanku. “Pakai ini.” Pintanya tanpa basa basi.“A-pa ini, Tuan?”“Jangan banya

  • Lelaki Pengganti   Ikut Aku

    Dikala mulut tidak mampu untuk berkata kata lagi, aku pergi begitu saja dari tuan Roy.“Hey, kita belum selesai bicara. Tidak sopan kamu pergi begitu saja,” ucap Tuan Roy dari melihat aku pergi begitu saja.Tatapanku hanya tertuju ke depan, tanpa melihat ke belakang lagi, kudengar Tuan Roy berbicara sendiri mungkin kesal melihat caraku meninggalkannya yang terkesan tidak sopan.Sampai di dalam kamar.“Daffa, ikut ibu.”“Kemana, Bu?” Tanya Daffa dengan wajah bingung namun tetap mengikutiku.“Ikut saja, Nak.”Aku membawa Daffa ke samping rumah, disitu ada tempat duduk yang jarang di datangi Tuan Roy dan Tuan Rey bagiku ini tempat aman untuk bercerita selain di kamar.“Nak, mulai sekarang jangan dekati Tuan Roy lagi, ya. Ibu tidak suka.” Ujarku memulai percakapan pahit ini.Daffa lantas memandangi wajahku yang seakan akan bercanda itu.“Kenapa, Bu? Daf

  • Lelaki Pengganti   Dimana Ayah

    Tahun begitu cepat berganti, kini Daffa tumbuh menjadi anak yang cerdas dan pintar.“Bu, dimana ayah?”Pertanyaan Daffa mengingatkan aku kembali ke masa pahit itu.“Ayah kamu sudah mati, Nak.” Jawabku, singkat tanpa melihat wajahnya.“Foto ayah ada, Bu? Daffa ingin melihat wajahnya sekali saja,” pinta Daffa.“Tidak ada! Sudah, jangan tanyakan lagi dimana ayahmu itu.”“Ibu kenapa? Memangnya Daffa salah kalau ingin bertemu ayah?”Aku memandangi wajah Daffa dan memeluknya.“Sayang, maafkan ibu. Kamu tidak salah, Nak tetapi, ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya.”“Maksud, Ibu apa?”Aku hanya menggeleng dan pergi.“Bu! Kalau ibu tidak mau memberi tahu Daffa, nanti Daffa tanyakan saja pada om Roy,”Mataku melotot, segera aku palingkan wajahku dan menatap Daffa.”“Untuk apa? Me

  • Lelaki Pengganti   Aku Akan Memilikimu

    “Bruukkkkk....”Suara badan Tuan Rey menghantam dinding cukup kuat, aku berhasil mendorongnya hingga ia terjatuh.Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan, aku berlari menyelamatkan diri.“Jangan lari kau, Yonna!” Teriak Tuan Rey dari belakangku.Tanpa memperdulikan teriakan tersebut, aku terus berlari dan masuk ke dalam kamar.Setelah menutup pintu, nafasku terengah engah kusandarkan diri pada pintu dan tubuhku jatuh perlahan.Aku berteriak dalam hati, ingin rasanya pergi dari rumah ini namun, aku tidak tau harus melangkahkan kaki ke mana lagi.Lukaku belum sepenuhnya sembuh, kini mentalku di hancurkan habis habisan oleh Tuan Rey.“Buka pintunya, Yonna! Jika tidak akan aku dobrak!”Teriak Tuan Rey dari luar pintu kamarku.Aku diam membisu, hanya air mata yang terus saja mengalir deras di kedua pipiku. Saat ini aku pasrah apapun yang akan Tuan rey lakukan nantinya.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status