LOGINSeketika Kalandra membeku. Yang diinginkannya mencari uang untuk biaya operasi putrinya, bukan menjual diri. Tapi Yulia justru memanfaat situasi demi keuntungannya sendiri. “Apa saya tidak bisa membayar dengan cara lain? saya bersedia bekerja lebih lama sebagai ganti uang yang dipinjam.” Akhirnya Kalandra membuka suaranya juga. Pria itu masih berusaha untuk bernegosiasi. Semoga saja Yulia luluh dan mau mengabulkan permintaannya. “Aku meminjami uang dari uang pribadi ku, bukan uang perusahaan. Jadi yang harus kamu kerjakan sebagai bayaran, tidak ada hubungannya dengan urusan kantor. Kalau kamu setuju, aku bisa langsung mentransfer ke rekening mu sekarang juga.” “A.. apa yang harus saya lakukan?” “Kamu jangan pura-pura tidak tahu. Kita ini sama-sama sudah dewasa. Kamu pasti tahu apa yang ku inginkan. Kalau kamu bisa membuat ku puas dan senang, aku bisa menambahkan bayaran untuk mu. Berapa yang kamu butuhkan?” Yulia mengambil ponselnya. Wanita itu hendak mentransfer uang melalui i
Waktu syuting memakan waktu lebih lama dari perkiraan Kalandra. Disangkanya proses syuting ini sama ketika pria itu merekam adegan percintaan Irving dan Davina. Ternyata proses pembuatan blue film lebih rumit. Mereka harus berganti beberapa pose dan tempat. Tidak terbayang bagaimana peningnya kedua orang itu ketika harus selalu berhenti di tengah percintaan mereka. Selain kru yang bertugas, Mega dan Yulia juga menyaksikan jalannya syuting. Keduanya terlihat tenang, seperti sudah biasa melihat pemandangan seperti ini. “Oke take terakhir ya. Andrei, klimaksnya harus oke!” seru sang sutradara. Tidak ada jawaban dari Andrei, pria itu hanya mengangkat jempolnya saja. Sekarang keduanya kembali berada di kasur. Vivian berada di bawah, dan Andrei berada di atasnya. Keduanya kembali melakukan percintaan sesuai arahan sang sutradara. Kalandra terus bergerak mengarahkan kameranya. Pria itu semakin panas dingin saja. Apalagi ketika mendengar lenguhan panjang Vivian ketika wanita itu mencapai
Kalandra melemparkan senyum kikuknya pada Yulia. Pria itu mendudukkan dirinya di samping wanita cantik itu. Mega yang menempati kursi yang sejajar mereka melihat keduanya dengan tatapan cemburu. Dari bahasa tubuh Yulia, wanita itu tahu kalau sang komisaris utama tersebut tertarik pada Kalandra. Mega tahu betul bagaimana sepak terjang Yulia, jika wanita itu menginginkan sesuatu, maka bagaimana pun caranya dia harus mendapatkannya. Dan sekarang Kalandra yang menjadi incaran wanita itu. Entah apakah Kalandra mampu menghindar dari jeratan Yulia. “Apa kamu pernah ke Raja Ampat sebelumnya?” tanya Yulia membuka pembicaraan. “Belum pernah.” “Di sana pemandangannya sangat indah. Nanti aku akan mengajak mu berkeliling. Proses pemotertan hanya berjalan tiga hari, aku akan mengajak mu berjalan-jalan setelahnya.” “Terima kasih. Tapi setelah pemotretan, aku harus segera pulang ke Bandung.” “Kenapa?” “Anak saya sedang sakit.” “Bukankah ada Ibunya?” “Penyakit yang diderita anak saya bukan pe
Terdengar helaan nafas panjang Bayu. Inilah yang ditakutkannya sejak pria itu menangani Nabila. Detak jantung anak itu terdengar tidak beraturan. Tapi Bayu masih mencoba menanganinya menggunakan obat-oabatan. Dan ternyata sekarang anak itu benar-benar membutuhka operasi. Entah bagaimana perasaan Alya jika tahu soal ini. “Tapi biasanya penderita sel sabit lebih sering mengalami takikardia dibanding bradikardia.” “Ya, kondisi Nabil cukup unik. Bisa jadi bradikardia yang dialaminya karena obat-obatan yang digunakan, bisa juga karena komplikasi yang disebabkan sel sabit.” “Kapan operasi pemasangan pacemaker dilakukan?” “Kita harus melihat kondisi Nabila dulu. Dokter tahu sendiri bagaimana keadaan Nabila. Kita tidak bisa asal menjadwalkan operasinya. Kami menunggu arahan dari dokter Bayu.” “Saya akan mengendalikan sirkulasi darahnya lebih dulu.” “Tapi anak itu juga tidak bisa menunggu terlalu lama.” “Saya akan melakukan yang terbaik.” Setelah MRI Nabila selesai dilakukan, anak itu
Dengan cepat Kalandra mendekati istrinya. Alya sendiri masih belum menyadari kedatangannya. “Al..” Mendengar suara suaminya, Alya langsung menoleh. Bayu pun dengan cepat menarik tangannya yang masih berada di bahu Alya. “Apa yang terjadi pada Nabil, dokter?” Walau hatinya diliputi kecumburan, namun sebisa mungkin Kalandra menekan perasaannya. Sekarang ada hal yang lebih penting untuk ditanyakan, yakni soal keadaan anaknya. “Dia kembali mengalami SDA. Saya sarankan Nabil dirawat dulu di rumah sakit. Saya akan memantau keadaannya, terutama organ vitalnya.” “Apa organ vitalnya bermasalah?” “Saya masih belum tahu. Tapi untuk penderita sel sabit, ada kecenderungan untuk ke arah sana. Sebelum hal itu terjadi, kita akan melakukan pencegahan sedini mungkin.” “Tolong lakukan yang terbaik untuk Nabil.” “Tentu saja. Saya akan berusaha semampu saya. Nabil masih di ruang hiperbarik. Kalau sudah selesai, dia akan dipindahkan ke ruang perawatan.” “Terima kasih, dok.” “Sama-sama. Saya pe
“Maaf, maksud Ibu eh kamu apa?” “Aku akan memberi mu apa saja, uang, mobil, rumah, asal kamu bisa membuat ku puas. Bisa membuat ku tidak kesepian lagi. Mau kan?” “Tapi aku sudah menikah.” “Aku juga sudah menikah. Masalahnya di mana? Aku janji tidak akan memonopoli waktu mu. Kamu tetap akan menjadi milik istri mu. Kamu hanya perlu menyediakan waktu untuk ku, melayani ku dengan baik di saat aku membutuhkan mu.” “Tapi..” “Aku tahu ini tidak mudah untuk mu. Tapi pikirkanlah, dengan menjadi simpanan ku, kamu bisa memenuhi kebutuhan keluarga mu. Membelikan barang-barang mewah untuknya dan juga anak kalian. Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang. Tapi pintu ku selalu terbuka. Kalau kamu berubah pikiran, kamu bisa menghubungi ku kapan saja.” Kalandra memilih diam. Apa yang keluar dari mulutnya selalu dijawab oleh Yulia. Walau tawarannya menggiurkan, tapi menjadi simpanan wanita itu tidak pernah terbersit dalam pikirannya. Bagaimana pun juga dia tidak ingin mengkhianati Alya dan menghanc







