Share

Bab 16

Tanpa disadari, Gerald menyapu kaki seorang gadis bernama Mila.

Mila mengenakan sepatu berwarna putih bersih untuk kaki indah dan betisnya yang menawan. Gadis itu sangat antusias mengikuti pembicaran Victor tentang mobilnya. Sama seperti Gerald, seluruh perhatian gadis itu sedang tertuju pada Victor.

Tanpa disadari, tangan Gerald menggerakkan sapu kotornya keatas sepatu gadis itu, seketika sepatu putih gadis itu tersaput debu dari sapu kotor yang dipegang Gerald.

Gadis itu berteriak begitu menyadari yang sedang terjadi.

Teriakan Mila tentu saja menarik perhatian Whitney juga Victor dan semua yang sedang berada di dalam auditorium saat itu.

“Ada apa, Mila?”

Whitney mendekat ke arah Mila dan bertanya dengan ekspresi penuh perhatian.

Victor juga berlari kecil ke arah Mila.

“Uhmm…nggak apa-apa, aku baik-baik saja. Nggak ada masalah, kok!”

Mila menyelipkan helai rambut ke telinganya lalu membungkuk dan mencoba membersihkan debu di atas sepatu putihnya dengan beberapa lembar tisu basah.

Alih-alih jadi bersih, yang dilakukan Mila malah membuat sepatunya semakin kotor.

Mila sangat terobsesi dengan kebersihan, wajahnya cemberut ketika menyadari sepatunya menjadi kian kotor.

“Gerald, apa yang sudah kamu lakukan sampai sepatu Mila jadi kotor begitu?” Whitney bertanya dengan mata melotot.

Victor tidak mau ketinggalan dan ikut nimbrung memarahi Gerald.

“Brengsek, dasar orang miskin! Sadarkah kamu berapa harga sepatu Mila? Kamu tidak akan pernah mampu membelinya!”

Victor maju beberapa langkah dan meraih kerah baju Gerald dengan kasar.

“Jangan, hentikan, bukan dia yang melakukannya!”

Menyadari Victor akan memukul Gerald, Mila melompat dan berusaha mendamaikan.

Diam-diam ternyata sudah cukup lama Mila menaruh perhatian terhadap Gerald. Di mata Mila, Gerald adalah pribadi yang berbeda dengan pria lain pada umumnya.

Dari penampilanya, Mila bisa menebak bahwa Gerald bukan berasal dari kalangan keluarga kaya.

Itulah alasan Victor dan teman-temanya selalu merundung Gerald.

Anehnya, meskipun sering dirundung dan direndahkan, Gerald sama sekali tidak terlihat seperti seorang yang inferior. Mila dapat merasakan hal itu dari tatapan mata Gerald. Gerald benar-benar berbeda dari pria kebanyakan, rasa percaya dirinya sama sekali tidak terpengaruh oleh kemiskinannya.

Gerald selalu menampakkan sikap rendah hati dan wajahnya memancarkan ketulusan.

Meskipun sedang kesal karena sepatunya yang kotor, namun Mila tidak ingin sesuatu hal buruk terjadi pada Gerald karenanya.

Mila memilih untuk membela Gerald ketika dia menyadari bahwa Victor akan memukul Gerald.

“Ini tidak bisa dibiarkan, Mila! Setidaknya kita harus memberi si miskin ini pelajaran, mintalah dia untuk mengganti sepatumu!” Victor berkata tajam.

Mila adalah mahasiswi dari jurusan Penyiaran dan Media dan bukan dari jurusan Bahasa.

Mila berteman dengan Whitney sejak mereka masih kecil. Hari itu dia sengaja datang ke auditorium sekadar untuk menyapa Whitney, sahabatnya.

Victor cukup menyukai Whitney, tapi dia jauh lebih tertarik dengan sahabatnya, yaitu Mila.

“Oh, tidak perlu! Aku pikir kita tidak perlu meminta Gerald untuk mengganti sepatuku. Solusinya mudah saja, aku bisa kembali ke asrama dan mengganti sepatu kotorku dengan sepatu lainya!” Buru-buru Mila mencegah.

Mila mengangguk samar kepada Gerald.

“Oke, kamu beruntung hari ini!” Victor berkata sambil memandang sinis kepada Gerald. Dalam hati, Victor merasa senang karena merasa telah bertindak bak pahlawan di hadapan para gadis cantik.

Melihat Mila hendak beranjak dari ruangan itu, Victor buru-buru melakukan pendekatan.

“Ehm…Mila, ngomong-ngomong bagaimana kalau kita pergi makan bareng nanti setelah kamu selesai ganti sepatu? Kalian semua pastinya capek setelah latihan. Aku traktir kalian semua makan di Orchard Garden, deh!”

“Wow! Orchard Garden? Aku dengar salad buah dan steaknya enak tapi katanya sih mahal banget makan di sana!”

“Bro Victor, aku mau ikut!”

Ajakan Victor kepada Mila untuk makan di Orchard Garden membuat gadis-gadis itu menjadi bersemangat.

“Ok, baiklah!” seru Victor sambil mengatupkan kedua tangannya.

Whitney meraih tangan Mila dan berbisik, “Buruan, deh, ke asrama ganti sepatu, kami semua menunggumu!”

Entahlah, tapi Gerald dapat merasakan bahwa sepertinya Mila tidak tertarik dengan ajakan Victor.

Mila menyadari bahwa teman-temanya sangat tertarik untuk makan bersama Victor. Mila masih merasa tidak nyaman telah menjadi penyebab keributan yang terjadi antara Victor dengan Gerald.

Namun begitu Mila tidak dapat menolak ajakan Victor kali ini.

Mila mengangguk samar.

“Okay, kita akan pergi pakai mobilku! Aku tunggu, ya!”

Victor sangat senang karena strateginya untuk mengajak Mila berkencan sukses. Victor sempat melirik Gerald sekilas sebelum pergi meninggalkan auditorium.

Whitney berbalik dan memandang Gerald seraya berkata,” Apa yang kamu lihat, Gerald? Apa kamu pikir bahwa kamu juga ikut diundang makan siang bareng kami semua? Dengarkan, ya, aku masih belum bisa memastikan soal subsidimu! Sebaiknya kamu tetap melanjutkan tugasmu dan pastikan auditorium ini benar-benar bersih! Kalau tidak, aku akan memberimu pelajaran nanti kalau aku sudah kembali!”

Gerald bergeming dan terus saja diam menghadapi hinaan Whitney dan Victor.

Gerald menahan amarah di dalam hatinya.

Kali ini Gerald mencoba bersikap realistis karena dia menyadari bahwa dirinya tidak sepadan untuk beradu fisik dengan Victor.

Bukanlah pilihan yang bijaksana untuk menantang adu fisik dengan Victor.

“Ayolah, Mila! Ayo kita nikmati kesempatan naik mobil baru Victor tipe Audi A6, lho!”

Puas memelototi dan menghina Gerald, Whitney mendorong Mila untuk bergegas meninggalkan auditorium.

Satu persatu mereka beranjak meninggalkan auditorium.

Tidak mungkin semua gadis itu pergi dengan mobil Victor berbarengan karena pasti tidak akan muat kapasitasnya, Gerald penasaran nanti pengaturanya.

Pikiran itu mendadak menyelinap kedalam benak Gerald begitu dia selesai membersihkan auditorium.

Apa aku perlu punya mobil juga?

Benak Gerald masih dipenuhi pertanyaan seputar mobil.

Hari sudah siang ketika Gerald berhasil menyelesaikan tugasnya membersihkan auditorium.

Terdengar ponsel Gerald berdering.

Rupanya Harper yang sedang berada di asrama menelponya.

“Gerald, apa kamu sudah selesai bersih-bersih?

Gerald menggangguk. “Sudah.”

“Apa Whitney sudah gila? Kami tadi berdiskusi dan kesimpulannya kalau dia sampai berani menolak aplikasi subsidimu, maka kami akan membawa masalah ini ke rektor!”

Gerald kembali merasakan hatinya hangat, “Terima kasih sudah mau peduli denganku!”

“Gerald, kalau kamu tidak ada acara, ayo makan siang bersama!”

Harper sekonyong-konyong mengundang Gerald untuk makan siang bersama, namun beberapa saat kemudian nada suara Harper mendadak berubah.

Nada suara Harper menunjukkan kalau dia tengah tersipu malu.

Sebagai seorang sahabat dekat, kalau ada sesuatu hal yang janggal dengan Harper maka Gerald akan segera tahu. Harper biasanya sangat lugas dalam berkata-kata, tumben hari ini dia menjadi agak malu-malu?

“Apakah akan ada orang lain yang ikut kita makan siang bareng hari ini?” Gerald sengaja bertanya untuk menggoda Harper.

“Bingo! Gerald, kamu masih ingat dengan Hayley, gadis yang datang bersama Alice di acara pesta ulang tahun Naomi tadi malam?”

Seluruh teman sekamar Alice hadir di acara ulang tahun Naomi tadi malam.

Gerald menerawang dan samar-samar mengingat Hayley, seorang gadis berambut pendek, imut dan mungil.

Meski tidak berbicara sepatah kata pun, malam itu Harley kerap mengerlingkan matanya pada Harper.

“Ya, Aku ingat. Kenapa? Jadi kamu mengajaknya kencan?” Gerald bertanya dan wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut.

“Jadi begini, aku tadi bertemu Hayley waktu mau balik ke asrama setelah selesai kuliah. Rupanya dia kehilangan ponselnya di kantin dan aku menawarkan diri untuk membantu mencari ponselnya itu. Kamu tahu kan, aku cukup akrab dengan orang-orang yang bekerja di kantin. Nah, aku minta tolong mereka untuk mengecek kamera CCTV kantin, lalu kami berhasil menemukan ponselnya yang hilang!”

“Aku rasa ini takdir karena sejak pertemuan semalam aku terus memikirkanya. Makanya aku mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengajaknya makan siang bareng denganku dan teman-teman. Hayley langsung setuju!”

Di ujung sambungan telpon, Harper sedang berbunga-bunga.

Gerald ikut merasakan kebahagiaan yang tengah dirasakan Harper.

Entah mengapa, namun Gerald tidak ingin pergi bareng Alice dan teman-temanya.

Gerald tidak tahan dengan cara mereka menarik perhatian dengan kerlingan matanya.

“Aku ikut senang, Saudaraku! Aku doakan yang terbaik untukmu! Tapi maaf, sepertinya aku belum bisa ikut makan siang ini karena aku tidak mau jadi obat nyamuk!” Gerald menjawab sambil tertawa.

“Jangan gitu, dong! Bisa-bisanya kamu menolak undanganku, Gerald? Semua teman kita sudah setuju untuk datang. Naomi juga akan ikutan! Sepertinya dia ingin mengenalkan seseorang yang sangat penting kepadamu hari ini. Kalau kamu tidak ikutan, aku jamin kamu bakalan menyesal!”

Nada bicara Harper terdengar serius kali ini.

“Seseorang yang sangat penting?”

Gerald bergumam, “Sialan. Apa artinya Alice juga akan ikut makan siang bareng?”
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Ruddy Kermit
malah hilang
goodnovel comment avatar
Safriadi Bancin
terlalu tolol.
goodnovel comment avatar
Jamiah Kampil
menghiris perasaan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status