POV RAY
Angin malam bertiup cukup kencang, hawa dingin mulai menyusup ke pori-pori kulitku. Alex terlihat tenang, sedikit pun tak terpengaruh dengan keadaan sekitar. Dia begitu memperhatikan setiap detail dari ceritaku tentang sekte Dark Lantern. Tak lupa aku juga menceritakan bagaimana kejadian saat aku di hadang oleh orang-orang Dark Latern atau yang mereka akui sebagai agen SDI hingga terpaksa mereka aku membekukan dan menghancurkannya berkeping-keping. Aku melihat ada senyum puas dari wajah Alex."Gila Bro, aku tak menyangka kamu bisa sekejam itu pada agen -agen sialan itu, memang sudah sewajarnya mereka merasakan hal itu," kata Alex sambil tersenyu puas.
“Sebenarnya aku tak bermaksud sekejam itu, tapi keadaan yang membuatku tak ada pilihan lain."
"Yaa mau gimana lagi Lex, aku berharap kamu lebih berhati-hati dalam setiap langkah yang kamu ambil ke depannya,” lanjutku setelah menceritakan semua yang aku ta
POV RAY Hujan rintik-rintik membasahi jalanan yang kutapaki sore ini, satu jam yang lalu detektif Johan menghubungiku dan memintaku untuk segera datang ke rumahnya. Namun karena ada kegiatan di panti, aku baru bisa mendapat ijin dari ibu kepala. Dengan memakai mantel hujan, aku langsung menuju ke rumah detektif Johan. Selain ingin tahu info yang di dapat detektif Johan, aku merasa sangat ingin bertemu dengan Maria, walau bagaimanapun aku masih menyukainya, mungkin juga sangat merindukan Maria. Sampai depan rumah detektif Johan, aku tak langsung masuk. Aku merasakan ada beberapa pasang mata mengawasiku dari jauh. Aku yakin mereka sedang mengawasi rumah detektif Johan. Sejak turun dari monorail, aku merapatkan mantelku, hingga wajahku tak begitu terlihat jelas. Mobil detektif Johan masih terparkir di luar, mungkin dia baru saja sampai ke rumahnya. Aku pun sagera masuk dan mengetuk pintu kantor detektif Johan. Belum se
POV RAYMaria yang mendengar ucapan detektif Johan yang menyuruhnya untuk diam, terlihat cemberut, dia melipat kedua tangannya di dadanya sambil merubah posisi duduknya.“Ok Ray, terakhir beberapa hari yang lalu, orang dari SDI menemuiku. Dia membawakan aku sebuah rekaman CCTV, di mana putriku Maria ada di dalam rekaman itu. Saya sangat terkejut dan mereka menargetkan untuk menyelidiki putriku ini," jelas detektif Johan sambil melirik ke sampingnya, di mana Maria berada.“Maafkan saya Detektif, bila saya jadi melibatkan Maria. Itu adalah hal yang tak terduga...," jawabku sambil menundukkan kepalaku."Iya Ray, saya bilang sekarang sudah mengerti apalagi kemarin ibumu sendiri yang meminta untuk melindungimu," jawab detektif Johan sambil menatapku."Tuan detektif, ada yang salah dengan perkataan ibu saya. Bukan Saya yang perlu perlindungan, tapi sayalah yang akan melindungi anda dan ke
POV MARIAAyah mendapatkan info penting yang ingin disampaikan ke Ray, sore ini di saat hujan deras mengguyur, Ray datang ke rumah. Sejak ayah memberitahukan akan kedatangan Ray, aku menunggunya di ruang tamu. Senangnya hatiku saat menyambut kedatangan Ray, tapi aku tak bisa mengabaikan pertemuannya dengan ayah, jadi aku mengantarnya dulu bertemu ayah.Kebahagiaan terpancar dari wajah Ray, ketika ayah memberitahukan kalau orang tuanya masih hidup dan ingin bertemu dengannya. Aku pun turut merasakan kebahagian Ray. Ada satu kejutan yang sempat membuat aku dan ayah merasa kaget dan takut, saat Ray menunjukkan kekuatan yang selama ini di embunyikan dan menjadi alasan baginya untuk tidak bisa dekat dengan teman-temannya, termasuk juga aku.Aku kesal pada ayah yang menyuruhku untuk diam tak mengganggu pembicarannya dengan Ray, tapi kemudian aku merasa sangat-sangat sayang sama ayah tercinta. Saat Ray akan pulang tapi diluar
POV RAY Maria tertidur sambil menyandarkan kepalanya di bahuku, dengkuran halus terdengar, membuatku tersenyum. Kubelai rambut hitam kemerahan milik Maria, tercium lembut wangi sampo lemon bercampur mint yang menyegarkan ditambah wangi parfum yang dia kenakan, yang menjadi ciri khas sejak aku mengenalnya dan aku selalu mengingatnya. Aku mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Maria di tanganku, namun dia mengenggamnya dengan kuat seakan tak mau melepaskannya walau saat dia tertidur seperti ini. Ketika detektif Johan melihat ke arah kami dari pintu kamar yang terbuka, dia melihat Maria yang tertidur di bahuku. Detektif Johan hanya tersenyum lalu mengisyaratkan agar aku menghampirinya. aku hanya mengangguk dan meminta waktu sebentar. “Boleh saya memindahkannya dulu?" tanyaku dengan suara pelan. Detektif Johan mengangguk setuju. Perlahan aku melepaskan genggaman tangan Maria di tanganku, lalu dengan hati-hati meme
POV RAYDalam perjalanan pulang ke panti, Alex menghubungiku dan memintaku untuk datang ke sebuah gedung yang tak terpakai yang berada di pinggiran kota dan jauh dari keramaian. Dengan menggunakan taksi aku pun berangkat menemui Alex. Tiba di alamat yang di berikan Alex, aku sempat kebingungan. Di depanku hanya ada bangunan dua puluh lantai yang setengah jadi, mungkin ini salah satu proyek mangkrak yang ditinggalkan pengembangnya.Sambil menghubungi lagi Alex , pandanganku berputar melihat ke sekeliling. Tempat yang mungkin sudah bertahun-tahun terbengkalai hingga tiang-tiang besinya terlihat sudah berkarat. Minimnya cahaya yang ada membuatku lebih waspada akan sekelilingku. Hingga Alex memintaku untuk langsung masuk ke area bangunan. Baru beberapa langkah memasuki gedung, Alex sudah menyambutku.“Hai Ray, Selamat datang!" sambutnya sambil memeluk dan menepuk punggungku. Aku hanya tersenyum lalu kami saling melepa
POV MARIALiburan natal dan tahun baru telah tiba, hari ini terakhir kami datang ke sekolah sebelum liburan nanti. Kesibukkan menyambut natal terlihat di mana-mana, tak terkecuali di sekolahku. Seluruh siswa dan siswi saling berlomba memasang hiasan natal di kelas masing-masing. Namun ada yang hilang dari pandanganku hari ini, aku sama sekali tak melihat keberadaan Ray. Sejak tadi pagi aku sudah mencoba mencarinya, tapi tak kunjung aku temukan.Seharian ini aku merasa gelisah oleh ketiadaan Ray, hal itu tentu saja membuat Andre menjadi keheranan.“Sayang..., kamu kenapa sih?” tanya Andre sambil duduk di sampingku saat kami berada di depan kelas.“Hmm..., aku gak apa-apa Dre,” jawabku sambil melirik pada Andre."Oh ya Dre, kamu tahu gak Ray ke mana?" lanjutku“Yaelah sayang, kamu kok kayak gak tahu dia saja. Ray itu terkenal dengan mist
POV MARIA Aku terbangun lalu membuka mataku, “hai ..., di mana aku?” Seingatku tadi aku sedang di ruang kerja ayahku. Aku bingung keberadaanku yang tiba-tiba berada di sekolah. Mataku mulai menjelajah, tiba-tiba pandanganku tertuju pada sesosok cowok yang berlari masuk ke dalam ruangan gym. "Ray!" Teriakku Aku memanggilnya. Namun suaraku seperti tak di dengarnya, Ray terlihat begitu terburu-buru menghampiri sesosok tubuh yang tergeletak di lantai tempat gym. Ray memeriksa tubuh cewek itu lalu dengan hati-hati membopongnya. Aku mengerutkan keningku, sambil mendekati Ray. Betapa terkejutnya aku saat aku melihat siapa yang dia bopong, ahhh itu tubuhku!! "Kenapa aku?" Tanyaku sambil mengikuti kemana Ray membawa tubuhku yang terlihat tak berdaya. Ray membawaku ke ruang UKS, lalu membaringkan tubuhku di atas ranjang matras, menyelimutiku dengan hati-hati. Tak lama seorang tenaga kesehatan datang m
POV DETEKTIF JOHANAku langsung meraih tubuh putriku yang tiba- tiba ambruk dihadapanku. Hatiku bergetar takut sesuatu yang buruk menimpa putri kesayanganku Maria.“Mar, Maria?! Bunda...., Bunda cepat ke sini!” teriakku dengan panik sambil memeluk Maria."Ayah..., apa yang terjadi dengan Maria?!” tanya istriku yang sepertinya dia berlari untuk sampai di ruang kerjaku.“Ray…panggilkan Ray ayah! Panggilkan Ray!” gumam Maria di sela kesadarannya."Ayah ada apa ini, kenapa dengan Maria?" Tanya istriku, air matanya mulai mengembang di matanya.Aku langsung membawa Maria ke ruang keluarga dan membaringkannya di sofa."Bunda cepat panggil dokter!" Pintaku pada istriku."Panggil ambulan saja," ulangku saat melihat nafas Maria yang semakin tersendat. Aku langsung meraih kotak obat dan memasang inhaler pada pernafasan Maria.