Share

Leorph Feline Saga
Leorph Feline Saga
Penulis: Norway_id

Arc 1 : Felix Akira

Hai namaku Felix Akira, 17 tahun berasal dari kota Toyohashi Prefektur Aichi, Jepang. Aku adalah anak blasteran dari kedua orang tua yang mana Ibu berasal dari Jepang dan ayahku berasal dari Jerman.

Kehidupanku tak ada bedanya dengan kebanyakan orang lain, yah~seperti bangun tidur, makan , pergi kesekolah lalu pulang s, bermain game hingga merasa ngantuk lalu tidur. Memang tak ada yang spesial dan terlihat membosankan.

Aku ingin cerita sedikit tentang masa laluku, karena ada beberapa hal yang mengganjal dipikiranku akhir-akhir ini. Pastinya selain ujian masuk universitas dan kehidupan sosial yang menunggu didepan mata selepas SMA.

Yah semuanya dimulai saat aku dan teman-teman dulu suka menjahili anak-anak perempuan di sekolah dasar dan mungkin itu adalah hal yang asik kulakukan bersama teman-teman dulu.

Mulai dari menyembunyikan perlengkapan sekolah mereka, mencoret buku-buku mereka, hingga yang paling parah membuat mereka menangis. Semoga kalian tidak mengikutinya di kehidupan kalian yah, meskipun tujuannya hanya untuk kesenangan semata.

Tanpa dipungkiri dengan dalih asik, aku dan teman-temanku melakukannya hingga puas dan tertawa setelahnya.

Namun hal tersebut akhirnya menemui batasan. Hingga di suatu saat, kami menjahili seorang anak perempuan dan membuatnya menangis sangat keras sampai -sampai orang lain pun mendengarnya dari kejauhan.

Tak lama berselang, datang teman dari perempuan yang kami jahili dan mencoba untuk menenangkannya, walaupun temannya itu sedang menangis.

Nampaknya dia marah dengan perlakuan yang kami berikan pada temannya itu dan mencoba mendekati kami.

"Hei!! kenapa kalian para laki-laki terus dan terus saja menjahili orang lain hah!!"

"Terus memangnya kenapa? Kami mengganggu-nya hanya untuk menghibur waktu luang kami saja tak ada yang lain."

Aku membalas langsung kata-kata yang dilontarkan oleh teman perempuan yang kami jahili itu.

"Apa kalian memang tak ada hal lain yang bisa kalian lakukan? seperti bermain di lapangan atau mengobrol di tempat lain! Tanpa harus mengganggu orang lain yang bisa menjadi mainan untuk memuaskan rasa bosan kalian hah?"

Nampaknya perempuan tersebut marah karena temannya sudah lama kami ganggu.

"Memangnya kamu siapa? urusi saja urusan dirimu sendiri."

"Ya! benar itu!" Sahut beberapa temanku yang setuju.

Seakan tidak percaya dengan jawaban kami, wajah perempuan tersebut semakin kesal  karena kata-kata yang kami ucapkan barusan tadi. Namun disinilah hal yang menjadi beban pikiran ku muncul.

Sebelum pergi, dia mengatakan sesuatu seperti ini :

"Dasar laki-laki... kalian tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi seorang perempuan!"

Setelahnya dia bersama perempuan yang kami jahili pergi menjauh dari tempat kami berada.

"Dia bilang apa tadi? bagaimana rasanya jadi perempuan? apa kau bercanda" ucap salah satu temanku yang berusaha mengikuti gerak bibir perempuan tadi."

"Yah mungkin kau bisa mulai menggunakan rok dan baju yang feminim hahahahaha...!!"

"Atau berdandan dan bermain boneka? Hahahaha!"  Ucap satu persatu temanku yang berusaha membuat leluconnya sendiri.

"Apapun itu yang kau katakan kawan,   mendingan kita pulang soalnya lonceng sekolah sebentar lagi bakalan berbunyi"

"Yah.. sepertinya kita udahan dulu buat hari ini ya teman-teman."

"Sip lain waktu lagi ya, Akira."

Setelah kami bercanda dengan kata-kata dari perempuan tadi, kami memutuskan untuk mengakhiri percakapan hari ini dan pulang kerumah masing-masing.

Namun pertanyaan dari perempuan yang datang membela temannya yang sedang kami jahili, terkadang terselip dipikiranku dan menanyakan apa maksud dari kata-kata yang dia ucapkan itu.

"Hmmm gimana....rasanya jadi perempuan?" pertanyaan itu memberikan tanda tanya besar di kepalaku, untuk apa dia mengatakan hal itu kepada kami...

"Mungkin saja saat itu dia hanya kesal? karena kami sering mengganggu para perempuan lalu membuat mereka menangis..."

"Tapi bukannya perempuan itu suka hal-hal yang menurut mereka lucu dan juga unik. Lalu memamerkannya pada orang lain...?"

"Ah buat apa juga aku mikirin hal itu padahal tak ada yang spesial dari perkataannya.!"

Setelah pertanyaan aneh itu muncul dan menambah sakit di kepalaku . Bukannya merasa tenang karena mendapatkan jawaban, kepalaku malah semakin berat akan hal tersebut.

Namun... pertanyaan itu terus dan terus muncul hingga aku beranjak remaja.

Setiap hari pertanyaan itu sudah seperti  beban yang ku bawa kemana-mana, pertanyaan tersebut membuatku jengkel.

layaknya mendapat tempat kosong di otak ku, pikiran itu seperti ada untuk menghantui hidupku entah harus bagaimana menghilangkannya. Memangnya teman-teman ku dulu juga memikirkannya? Sepertinya percuma, mereka hanya mengganggap itu adalah suatu lelucon bukan?

"Akira sepertinya kamu harus menanyakan pada alter ego mu, siapa tahu dia adalah perempuan hahahaha...." Ucapku untuk mencoba merubah suasana.

Hari sudah beranjak sore dan perutku mulai agak lapar. Karena banyaknya pelajaran hari ini yang menguras otak apalagi ditambah dengan pertanyaan tidak penting itu. Tentu saja dengan menghela nafas hari-hari panjang seperti sekarang kita bisa lalui dengan bersyukur, terimakasih Tuhan.

Dan tak terasa semenjak insiden itu, 3 bulan lagi usia ku bertambah menjadi 18 tahun entah hadiah apa yang akan diberikan orang tuaku, semuanya akan menjadi lebih menarik dan semoga nantinya bisa bertemu lagi di sela kesibukan mereka.

Entahlah jika mereka bisa meluangkan waktu untuk anaknya yang sudah mulai beranjak dewasa ini. Huhuhu...

Perjalanan menuju rumahku terkadang begitu melelahkan, apalagi jaraknya yang lumayan jauh hanya untuk berangkat dan pulang dari sekolah.

"Bukannya bisa pakai mode transportasi seperti bus, taksi dan semacamnya. Katamu..?"

Yah bisa dibilang dengan semua kebutuhan yang melonjak tinggi hingga sekarang, membuatku jengkel namun semua itu harus ku lakukan agar bisa membeli sesuatu yang mungkin saja berguna ataupun mendesak di kemudian hari.

Disaat terlalu asik dan berharap akan khayalan dan hadiah apa yang akan ku terima saat ulang tahun nanti, akupun tak sadar sudah berada di tengah jalan raya dan tak melihat indikator penyebrangan sudah berubah menjadi merah.

Tak tau apa yang terjadi semuanya berjalan sangat cepat dan lambat untuk beberapa alasan.

Pandangan sekitar menjadi gelap dan nafasku menjadi berat, pikiranku tak lepas dari acara ulang tahunku yang akan tiba beberapa lama lagi.

Namun sialnya lagi disaat seperti ini pertanyaan dari perempuan tersebut muncul dan ikut terpikirkan saat aku sudah mulai kehilangan banyak darah.

"...Sepertinya i-ini sudah menjadi akhir untuk kehidupanku yang membosankan..huh...?''

"....Apa-apaan itu... bagaimana rasanya menjadi perempuan...???"

"*sigh*..merupakan hal paling konyol yang pernah aku pikirkan hingga sekarang."

"Kurasa inilah karma atas kejahilan yang dulu kulakukan dan sepertinya aku memang pantas mendapatkannya..."

"Untukmu teman dan orang-orang yang pernah kusakiti, tetap sehat selalu dan jaga kesehatan kalian. Maaf dan terimakasih atas semua kenangannya..."

Semakin memikirkannya semakin gelap juga semua yang ada saat ini dan aku tak dapat merasakan apa-apa lagi. 

Perlahan semuanya menjadi lebih sepi seakan dunia menjauh dari tempatku tergeletak tak berdaya bahkan sepatah katapun tak dapat keluar dari mulutku.

Apakah ini adalah bagian akhir? Ku harap ada fitur save dan checkpoint huh.. ahahaha semuanya sudah terlambat untuk dimulai lagi karena hidup terlalu berharga dan cepat berakhir jika kau tak dapat menikmatinya.

Bersambung~~

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status