Share

Bagian 6 - Hukuman

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya.

"Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-"

Cup.

Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia.

Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio.

"Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita.

Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaji di depan mata Maria Rosalinda.

"Dan aku tidak takut," balas si istri menatap bengis netra gelap Mario.

Hei! Look, ada yang langsung menyeringai nakal. Maria tidak salah, itu adalah suaminya sendiri.

"Kalau begitu nikmati hukumanmu, Beuatiful."

Cup.

Kali ini bukan bibir Maria, bibir Mario mengincar daun telinga istrinya, membawa masuk ke dalam gigitan nakal nan menggoda.

"Shit!" maki Maria geli seketika, bukan geli karena gairah namun karena merasa jijik! Iya, dia merasa jijik akan sentuhan ini. Tidak ada yang boleh menyentuhnya selain Regina, itu adalah mutlak tertera di dalam kepala.

Mario tetap menyeringai, tidak pakai lama langsung menangkap kedua tangan Maria yang ingin mendorong tubuhnya. "Kau akan jera, Maria, lihat saja," ujar Mario masih dengan bisikannya.

"Menjijikan! Jangan sentuh aku!" bentak Maria berusaha melepas kedua tangannya yang dikurung oleh si suami.

"Shut, jangan berisik jika tidak mau mempermalukan diri sendiri."

Sialan! Bisa-bisanya Mario terlihat tenang walau kabut gairah itu semakin tebal. Bahkan si pria menarik diri dari menindih Maria, sudah pasti wanita itu juga ia tarik duduk. Satu hal yang ingin Mario lakukan.

"Apa-apaan kau?!"

Mario mengikat kedua pergelangan tangan Maria dengan dasi yang entah dari mana datangnya si wanita tidak tahu menahu.

Jadi, dasi itu memang sudah ada di dalam saku celana Mario sedari tadi, sejak ia selesai mandi sebelum pengacara panggilan istrinya datang bersama surat kontrak revisian.

Kenapa bisa ada di saku Mario? Jawabannya karena seharusnya lima belas menit lagi pria itu ada rapat online dengan Jefri! Semoga otak kotor Mario masih ingat akan pekerjaannya.

"Hukuman," bisik Mario tepat di depan kedua tangan terkepal milik Maria yang sudah selesai ia ikat.

Cup.

Pria itu memberikan kecupan di sana, dikepalan tangan Maria.

"Kau akan ku buat menyesal, Mario, aku pastikan kau menyesal karena masuk ke dalam hidupku!"

"Aku tunggu," balas Mario mendorong bahu Maria hingga tubuh wanita itu kembali terbaring di bawah kukungannya.

Wah ..., ini semakin gila, mimik marah Maria justru membuat keseksian wanita itu naik tujuh kali lipat di mata Mario yang mengkaitkan dasi pengikat tangan Maria ke kepala ranjang rawat.

"Aku peringatkan, jangan memberontak jika tidak mau malu," ucap Mario turun dari ranjang, memilih berdiri di sisi tempat pasien beristirahat itu. "Pintu tidak terkunci, jika kamu berisik," jeda, tangan kanan Mario menyelinap masuk ke dalam pakaian sang istri. "Mereka semua akan tahu, istriku," lanjut Mario entah sejak kapan merambat-rambatkan tangan hingga mendarat di salah satu aset berharga Maria. Tahu apa yang dilakukan si pria? Iya, itu. Memijatnya.

Membuat liur Maria tertelan karena rasa aneh, sesuatu yang biasa kita sebut merinding.

Tapi jangan bayangkan merinding karena dia suka. Jangan! Merinding dia itu merinding geli! Jijik! Setan biadab, tidak bisakah kutuk Mario menjadi batu?!

"Bawa tubuhmu telungkup, Istri," bisik Mario tepat di telinga kanan Maria, oh Tuhan sejak kapan pria itu merunduk mendekatkan bibir ke telinganya?

"Tidak mau!" tolakan tegas, mana sudi Maria menurut, dia sangat ingin memberontak namun kembali lagi, dia tidak mau mempermalukan diri sendiri.

"Baiklah, ternyata istriku ingin dimanja."

Apa?! Dahi Maria mengerut, jelas ia rasakan tangan kanan Mario yang tadi di atas dadanya kini bergerak turun, turun, terus turun dan!!!

"Stop! Iya aku berbalik brengsek!" Maria langsung panik, memaki Mario dengan begitu berani.

Berikan sorak meriah karena apa yang Mario mau ia dapatkan, bukan hanya itu, dia juga tahu apa titik lemah Maria. "Lakukan," ucapnya menegakan tubuh yang membungkuk, menatap Maria dengan tatapan tidak sabar namun tetap bersikap tenang.

"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau melecehkanku!"

Ingin sekali Mario berkata, basi Maria basi! Bunuhlah dia seperti kau ingin membunuh Raymond, sama sekali tidak masalah, karena Mario pastikan apa yang Maria mau tak akan Maria dapatkan.

Dengan segenap emosi dan umpatan di dalam diri, Maria Rosalinda alias nyonya muda Pradytio itu membalikan berusaha membuat tubuhnya telungkup walau tangan masih terikat.

Butuh waktu hampir satu menit hingga akhirnya Maria selesai, sudah telungkup di atas ranjang rawatnya.

"Sebut namaku," bisik Mario tiba-tiba menurunkan celana Maria, tidak hanya itu, underwear si wanita pun ditarik turun.

"Aku bilang jangan lecehkan aku!"

Sekarang Maria sadar betapa tolol dia mau menuruti semua perintah gila Mario, sungguh dia luar biasa tolol.

"Shut ..., tenanglah." Masih berbisik, Mario mengusap kecil kulit bokong istrinya.

Api itu semakin terbakar, bagus, bunuh saja Mario dengan gairah, karena ia rela terjun menerjan Maria detik ini juga.

Plak!

"Fuck you!" teriak Maria kecil, terkejut saat tanpa aba-aba Mario jutsru menampar bokongnya.

"Namaku, Istriku."

Plak!

"Persetan! Mati saja kau!" Maria mulai memberontak, bagus, api Mario kian memarak.

Cup.

Bibir pria itu mendarat ke atas permukaan kulit leher Maria yang terpampang di depan mata, menggigitnya.

"Namaku," bisik Mario tidak menyerah agar wanita ini patuh pada perintah.

"Bajingan!" maki Maria tanpa henti.

Keduanya sama-sama keras akan kemauan mereka. Batu ketemu batu, sangat menarik bukan?

"Kamu memang menarik, Maria."

Plak!

"Aku akan membuatmu patuh."

Plak!

Maria memejamkan matanya, menggempalkan kedua tangan lebih erat dan erat sampai tangan itu memerah. Kenapa ia sama sekali tidak merasakan sakit? Oke itu perih, tapi serius tidak sesakit yang dibayangkan.

Merasa Maria memang tidak akan patuh, dengan mudah Mario membalik tubuh wanita itu, membuat si kaum hawa kembali telentang. "Bukan aku yang mau, tapi kamu yang memancing," bisik Mario berhasil menarik pakaian pasien di tubuh Maria, membuat semua kancing terlempar dari tempat.

"Menikmati yang kamu tawarkan, Istriku."

Damn it! Warning untuk Maria mode alarm pagi alias ribut! Mampuslah dia, pisau terlalu jauh dari jangkauan untuk membunuh pria ini.

.

.

To Be Continued

Terbit: -19/Mei-2k21

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status