Home / Romansa / Let Me / Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

Share

Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

Author: Bee Happy
last update Huling Na-update: 2021-05-26 20:44:22

Awas Typo:)

Happy Reading ....

***

Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata.

"Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria.

"Kita." Singkat, padat dan, jelas.

"Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu.

"Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan.

Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak berputar. Tentang siapa Mario sebenarnya? Atau bagaimana pria ini sebenarnya? Maria mulai penasaran, haruskah ia bertanya?

Well, hanya membutuhkan waktu dua menit kini kursi roda Maria sudah berhenti tepat di depan pintu rumah.

Akhirnya ia keluar dari rumah sakit, walau dengan keadaan tangan dan kaki yang tak bisa digerakkan, Maria masih merasa bersyukur karena masih hidup.

Biar dia sendirian di neraka dunia ini, tapi tidak pernah sedikit pun dia berpikiran ingin mati. Jadi masih bernapas dan hidup adalah hal yang patut Maria syukuri.

Cklek.

Mario membuka pintu rumah.

"Oh my god!" gumam Maria terkejut batin untuk yang kedua kalinya. Dan Mario yang mendengar itu tersenyum kecil, kembali mengambil posisi ke belakang kursi roda Maria.

"Ini benar rumahmu? Tidak salah?" tanya Maria sungguh merasa semakin buta akan siapa suaminya.

"Rumah kita bukan rumahku," jawab Mario sudah berhasil membawa tubuhnya dan tubuh Maria berada di ruang tamu rumah satu lantai namun super fancy! Ini mewah, elegan, tidak terdeteksi rumah dari pria bertabungan lima sampai seratus juta. Maria yakin sih, Mario pasti kaya!

"Aku membangunnya setahun ini dari hasil kerja keras di perusahaan Mister Smith," ucap Mario sekarang ambil posisi di depan kursi roda Maria. Pria itu berjongkok, menatap cantiknya paras kaum hawa ini.

Entah kenapa bagaimana pun kondisi Maria Rosalinda, di mata Mario si wanita tetap cantik. Oke, Mario terdeteksi bucin alias budak cinta.

"Mister Smith? Siapa?" tanya Maria yang memang tidak mengenal Jefri, wanita ini hanya sekali bertemu Jefri di taman kampus saat Regina membujuknya kembali ke rumah sakit jiwa, namun ia tidak terlalu perhatian akan keberadaan Jefri maka dari itu ia tidak tahu.

"Bosku," jawab Mario singkat, tidak mau menjelaskan lebih lanjut, bisa runyam jika wanita ini tahu bosnya adalah sahabat Raymond.

"Ah ..., kau bekerja di perusahaan," gumam Maria angguk-angguk kepala, tidak terlalu tertarik juga akan siapa mister Smith yang Mario maksud.

"Mau melihat kamar kita?" Tiba-tiba Mario menawarkan ini.

"Kita?" Bingung Maria mengerutkan dahi.

"Tentu saja, kita."

"Kenapa kita?" tanya Maria lagi.

"Ya karena kita suami istri, mana ada suami istri pisah kamar."

Sialan, jawaban Mario yang terkesan santai langsung menampar Maria.

"A-"

"Tidak ada debat," potong Mario yakin seribu persen Maria akan menolak.

Tanpa diduga bibir Maria mengerucut, sebal. Kenapa bisa suaminya tahu saja dia mau mengajak debat, huh! Mario dukun ya?

"Terserah lah, aku juga tidak bisa apa-apa," ucap Maria membuang tatap dari Mario.

Hening, diam. Si pria tidak membalas kalimat Maria, lebih tepatnya belum mau membalas.

Hingga detik terus bergerak, Mario menangkap kedua tangan Maria.

Seiring detik yang tidak mungkin berhenti kecuali saat nanti kiamat, Mario membawa tubuh istrinya berdiri.

"Hei!" Maria triple terkejut. Ada seuatu dalam dirinya yang sangat ingin menggerakan tangan memeluk leher Mario, namun apalah daya itu tidak bisa dia lakukan, tangannya mati rasa.

"Ingat baik-baik," bisik Mario dengan satu tangan yaitu si kanan di pinggang Maria sedang yang satu yaitu si kiri mengarahkan kedua tangan Maria guna memeluk lehernya. "Aku tidak mau mendengarmu mengatakan kalimat tadi esok atau esok hari," lanjut masih berbisik.

Setelah kedua tangan Maria sudah berada di tempat yang pas maka kini saatnya kedua tangan Mario memeluk pinggang si wanita seerat yang ia mau. "Karena banyak yang bisa kamu lakukan, terutama untukku." Dahi Mario mendarat di atas dahi Maria.

Wanita itu diam, terhipnotis dengan cara Mario memperlakukannya. Demi dewa, Mario pasti tipe pria romantis namun kurang ekspresif. Maksudnya, pria ini romantis, budak cinta, tapi untuk berekspresi seperti kelakuannya tidak bisa. Simplenya Mario tidak sinkron.

"Terutama ini," lanjutan yang belum selesai.

Cup.

Bibir Mario pun langsung merengkuh lembut bibir kering nan dingin milik Maria.

Si gadis berdebar, deg-deg dari jantung Maria yang tanpa diperintah memompa aliran darah, lebih cepat, panas dan tidak diperintah. Mampus, apa pula ini? Jangan main-main.

Lumat atas, lumat bawah. Kecup, pagut lagi. Mario melakukan apa yang ia mau terhadap bibir Maria walau jelas wanita itu tidak membalasnya. Baru setelah itu bibir dipisah.

"Bahkan aku ingin melakukan lebih," bisik Mario tepat di daun telinga kanan milik Maria. Pria itu mengecup kecil yang ada di depan bibirnya.

Kedua mata Maria pun terpejam, bibir basah Mario sukses membuatnya merinding. Tapi jujur merinding yang ini bukan karena jijik atau geli, ini Maria tertantang.

Cup.

Apalagi itu?! Oh ya, bibir Mario pintar memilih persinggahan. Dari daun telinga menuju tulang pipi Maria.

"Dengar, Maria?" tanya Mario membutuhkan jawaban, sayangnya bibir Maria bergetar, tidak bisa diajak bergerak untuk sekedar menjawab kata iya.

"Suamimu bertanya, istriku."

Mario sialan! Kenapa mendadak sangat menggoda? Kenapa jadi seksi dan erotis?! Sungguh Maria ingin memaki dengan kalimat-kalimat memuja Mario Ali Paradytio? Tidak akan Maria berikan! Tidak akan pernah!

"Jawab." Mario memaksa, bibir pria itu sudah kembali berdiri kokoh di depan bibir Maria yang artinya wajah mereka kembali saling berhadapan.

Mata terpejam Maria terbuka dengan gerakan lembut, sambutannya si netra kelam milik suami sendiri.

"Ya." Bisa juga menjawab, bibir Maria masih bergetar.

Senyum kecil Mario pun terbit mendengar itu. "Jika aku mendengar kalimat yang sama, hukuman menunggumu, istriku." Selesai.

Cup.

Mario menutup peringatan dengan pagutan lembutnya.

.

.

To Be Continued

Terbit: -26/Mei-2k21

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
ara~>125
aku harus komen ya??? 😒 kurang banyak saya sudah kecanduan 😂😂
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Let Me   Bagian 11 - Sweet Night and Morning

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pokoknya Maria tidak mau lagi meminta bantuan Mario soal buang hajat, tidak! Malunya tak kunjung habis walau sudah berjam-jam berlalu dari adegan itu. Bahkan panas di wajah Maria masih ada, merahnya juga, dia tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana tadi lembutnya Mario membasuh itunya dengan air dan dielap dengan tisu. Ibu peri, Maria malu! Oh god harusnya dia tidak merasakan ini tapi mau bagaimana, perasaan tak bisa ditahan."Udah, tidur. Malunya disambung besok." Mampus! Kalimat apa pula yang memasuki gendang telinga Maria?! Kenapa pria itu tahu saja bahwa Maria masih malu? Mana cara berbicaranya sangat santai lagi, Mario ini anak siapa? Sangat ingin Maria pulangkan kepada yang melahirkan alias ibu si pria. "Sini, dipeluk," ucap Mario entah sejak kapan sudah berbaring di samping Maria, menarik tubuh istrinya masuk ke dalam pelukan. Pose macam apa ini?! "Jangan peluk-peluk!" teria

  • Let Me   Bagian 10 - Jalani dan Nikmati

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Setelah adegan gila yang mendebarkan dari Mario kini Maria dibaringkan ke atas ranjang oleh pria itu sendiri. "Mau ke mana?" tanya Maria saat Mario ingin beranjak keluar dari kamar. "Mengambil barang yang masih berada di mobil," jawab si pria. Ah ..., kepala Maria mengangguk paham. Melihat itu Mario ikut mengangguk, melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar. Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh detik Maria sudah tertinggal sendiri, benar-benar sendiri. Hening. Maria menatap langit-langit kamar, gendang telinganya mendengar deru napas diri sendiri. Satu pertanyaan pun singgah, bagaimana jika Mario benar-benar pergi dan ia seperti ini? Sendirian .... Jantung Maria langsung berdebar, yang ini debaran takut. Dia sangat takut. Hingga tanpa sadar air matanya menetes. Kesendirian, sedari dulu hal itu sangat Maria takutkan. Bukan tanpa alasan, tapi Maria tidak akan

  • Let Me   Bagian 9 - Pria Tidak Sinkron

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Pulang. Maria kira pulang yang dimaksud oleh Mario adalah ke kosan mereka, hidup sederhana bersama uang tabungan Mario yang sudah ia kuras lima puluh juta dengan niat membuat pria itu jatuh miskin dan enyah dari hidupnya. Namun, ternyata. "Ini rumah siapa?" tanya Maria menoleh, menatap wajah Mario, pria itu berdiri tepat di belakang kursi roda Maria. "Kita." Singkat, padat dan, jelas. "Ha?" Maria mendadak merasa bodoh dan buta, kenapa bisa begitu? Karena dia baru sadar bahwa dia tidak tahu apapun tentang Mario Ali Pradytio, bahkan urusan umur dan asal pun ia tidak tahu. "Kita masuk dulu, udaranya terasa dingin," ucap Mario kembali mendorong kursi roda, pria itu ingin segera memenjara Maria di tempat hangat dan nyaman karena jujur di luar angin siang Melbourne terasa lumayan dingin, dapat dipastikan sebentar lagi hujan. Maria mengangguk kecil, membungkam mulutnya lantas otak diajak

  • Let Me   Bagian 8 - Ikatan Batin Suami

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Cklek. Mario membuka pintu kamar rawat Maria, dan mari rekomendasikan satu makian untuk Mario lontarkan detik ini juga. Mario langsung mendapatkan sambutan air mata Maria Rosalinda. Iya, wanita itu menangis, tanpa isak. Menarik napas, selain makian, rekomendasikan juga sebuah kalimat yang Maria sukai, siapa yang bisa melakukan itu? Untuk yang kedua Mario sangat berharap ada yang bisa memberikannya. Melangkah, jarak terkikis dengan baik. Kedua netra Mario pun tak lepas dari wajah Maria yang memasang mimik datar, tak lupa sorot kosong. Shit, shit, shit! Siram saja Mario dengan air got, dia tidak masalah asalkan Maria tidak ada di posisi ini."Hei ...," menyapa, nada yang biasanya datar dipelembut. Mario mendudukan diri ke sisi ranjang.Tidak ada balasan dari Maria, diam adalah cara wanita itu menusuk Mario dengan gerakan perlahan, semakin diam maka semakin dalam tusukan

  • Let Me   Bagian 7 - Kaki

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Maria sangat berterimakasih dengan perawat yang sedang menggantikan botol infusnya, si kaum hawa dua puluh lima tahun itu sudah mau mampus ketakutan akan kelakuan kurang ajar Mario, suaminya sendiri. Detik ini pria itu sudah kembali duduk di sofa, memangku laptop dengan tenang seakan tdak punya beban apalagi rasa bersalah. Jangan tanya apa-apa, tolong jangan tanyakan apapun. Maria tidak sanggup menjawab sangkin malunya. "Selesai, maaf ya, Nyonya, Tuan ..., tadi saya menggang-" "Kalau sudah silakan keluar." Maria memotong kalimat si perawat, langsung memberikan perintah agar wanita muda itu keluar tanpa melontarkan kalimat lainnya. Ya dewa, mana mungkin perawat itu tak tahu apa-apa, jangan lupa Mario si otak kotor telah merusak pakaian istrinya sendiri. "Ah ya, permisi, Nyonya, Tuan," ucap perawat buru-buru beranjak, aura Maria lumayan mengintimidasi dirinya. Mario s

  • Let Me   Bagian 6 - Hukuman

    Awas Typo:) Happy Reading .... *** Semakin menekan mangsa, itulah yang sedang Mario lakukan saat ini. Pria berstatus suami itu terus menghimpit tubuh Maria yang semakin lama menjadi berbaring, tentu bersama mimik garangnya. "Sekali kau berbuat macam-macam, aku pastikan-" Cup. Kalimat Maria terhenti, bibir wanita itu langsung disambar untuk kesian kalinya oleh Mario, oh ya seharusnya memang seperti ini karena bibir Maria tidak bisa dianggurkan, jika teranggur maka ributlah dia. Mario yakin setan sudah berkomat-kamit di telinga kirinya, sedang malaikat mendukung dari telinga kanan sebab perbuatan ini bukan dosa, jelas Maria istri sah Mario Ali Pradytio. "Aku benar-benar ingin menghukummu," bisik si pria tepat di depan bibir si wanita. Well, satu tangan Mario naik, menyentuh pinggul Maria, merematnya. Kabut itu mulai datang dengan sangat elegan melingkupi diri Mario, membuat aura gagah si pria timbul dan tersaj

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status