LOGINSetelah Bola Kristal meledak dalam cahaya ungu gelap yang menakutkan, suasana di Aula Utama Klan Lian berubah dari penghinaan menjadi kegilaan yang hening. Lian Yue, si gadis tanpa bakat yang ditakdirkan menjadi tumbal, kini berdiri di sana sebagai pemegang Shadow Moon Core—inti spiritual terlarang yang kekuatannya bahkan melebihi yang dimiliki oleh leluhur terkuat mereka.
Keputusan para Tetua berubah dalam sekejap. “Lian Yue,” Tetua Wen—yang lima menit lalu hampir menjualnya ke Sekte Seribu Roh—berbicara dengan nada yang berubah lembut, hampir menjilat. “Engkau adalah kebanggaan klan! Kenapa kau menyembunyikan bakat luar biasa ini dari kami?” “Saya tidak menyembunyikannya, Tetua,” jawab Yue, suaranya terdengar dingin dan datar, bukan karena keberaniannya sendiri, tetapi karena Xuan Nightblade yang memberinya ketenangan dingin itu. “Aku adalah bayanganmu sekarang. Biarkan aku yang memegang kendali percakapan ini,” bisik Xuan di dalam kepalanya, suaranya tajam seperti pedang yang terhunus. “Kekuatan ini baru bangkit, Tetua,” lanjut Yue, menirukan ketenangan Xuan. “Saya pun terkejut.” Lian Huayan, si sepupu sempurna, berdiri di dekat tiang, wajahnya pucat. Iri hati membakar matanya. Yue yang hina, Yue yang selalu ia anggap sampah, kini menjadi pusat perhatian, pemilik inti terlarang yang tak pernah bisa ia capai. “Lihat dia, Wadahku. Dia cemburu,” Xuan Nightblade berbisik, nadanya geli, seperti mengamati pertunjukan sirkus yang menggelikan. “Dia membencimu. Apa kau ingin aku memberinya sedikit ‘kejutan’?” Tidak! Yue dengan cepat menolak dalam hati. Ia tidak ingin menggunakan Xuan untuk melakukan kekejaman. “Aku hanya akan menggunakannya untuk perlindungan,” janjinya pada diri sendiri. Tetua Wen, yang tidak menyadari drama batin di antara dua jiwa itu, buru-buru mengumumkan bahwa Lian Yue akan ditempatkan di sayap bangsawan utama, diberi pelayan, dan segala fasilitas terbaik klan. Yue tidak tersentuh. Ia tahu, kebaikan ini hanya karena ketakutan dan keserakahan. Ia segera kembali ke kamar lamanya untuk berkemas. Begitu ia mengunci pintu, Xuan Nightblade muncul sepenuhnya di hadapannya. Kali ini, kehadirannya tidak lagi semi-transparan. Ia tampak padat, nyata, tetapi aura iblis yang menguar dari dirinya terasa sangat dingin. Ia bersandar di dinding batu kamar itu, melipat tangan di dada, matanya yang merah gelap mengamati Yue dengan tatapan tajam. “Mereka menjijikkan,” komentar Xuan. “Makhluk-makhluk fana ini, begitu mudah bertekuk lutut di hadapan kekuasaan. Kenapa kau tidak membiarkan aku menghancurkan aula itu? Akan lebih efisien.” Yue bergidik. “Aku tidak mau menjadi pembunuh, Xuan. Aku hanya ingin hidup.” “Keinginan yang naif,” balas Xuan datar. “Di dunia Qingxia Realm, hidup adalah sinonim dari membunuh, Lian Yue. Kau memiliki inti terlarang. Itu adalah target di punggungmu.” Ia melangkah mendekat. Yue otomatis mundur sampai punggungnya menyentuh dinding yang dingin. “Kau menyingkirkanku,” kata Xuan, nadanya bukan pertanyaan, melainkan tuduhan yang dingin. “Kau tidak suka aku terlalu dekat?” “Aku—aku hanya butuh ruang,” Yue tergagap. Sentuhan spiritual Xuan di upacara tadi masih terasa membekas di kulitnya. Setiap kali Xuan mendekat, tubuhnya bereaksi di luar kendali akalnya. Xuan Nightblade menyandarkan wajahnya begitu dekat, hingga napasnya yang dingin menyentuh telinga Yue. “Kau bukan lagi dirimu sendiri, Lian Yue. Kau adalah wadahku. Ruang pribadimu adalah ruangku,” bisiknya, suaranya adalah melodi yang gelap. Ia menjulurkan tangannya, dan kali ini, ia tidak menyentuh, melainkan hanya menahan telapak tangannya beberapa milimeter dari pinggang Yue. Yue bisa merasakan panas yang menyengat dari tangannya yang tidak menyentuh itu. Otot perutnya menegang. Ia merasakan sensasi yang sama seperti saat energi iblis itu masuk ke tubuhnya: panas, aneh, intim, dan memabukkan. “Setiap sensasi, setiap emosi, setiap hasratmu adalah bahan bakar bagiku,” lanjut Xuan, matanya yang merah gelap terkunci pada mata Yue. “Jika kau takut, aku menjadi kuat. Jika kau marah, kekuatanku meledak. Dan jika kau…” Ia menarik napas lambat. “Jika kau merasakan gairah… energi kita akan berputar liar. Dan itu, wadahku, adalah cara tercepat untuk memulihkan kekuatanku dan mengambil wujud fisik sepenuhnya.” Yue menelan ludah. Wajahnya pasti sudah semerah mawar. Konsep ini menakutkan, tetapi juga sangat menarik. Dia terikat dengan pria yang paling tampan, paling kuat, dan paling berbahaya di seluruh Qingxia Realm. “Bagaimana kalau aku menolak untuk merasa gairah?” tantang Yue, suaranya gemetar, tetapi matanya menatap Xuan tanpa berkedip. Xuan Nightblade tersenyum tipis, sebuah ekspresi yang jarang ia tunjukkan, dan itu adalah pemandangan yang mematikan. “Kau bisa mencoba, Sayangku,” katanya, menggunakan sapaan yang membuat jantung Yue melonjak tidak karuan. Ia menarik tangannya dari pinggang Yue. “Tapi kau sudah terikat. Aku akan memastikan kau tidak akan pernah bisa melarikan diri dari apa yang kita rasakan.” Kedatangan utusan Sekte Bintang Surya, Nyonya Ling, adalah kehormatan yang tidak bisa ditolak Klan Lian. Lian Yue dipersiapkan untuk pergi. Ia dipakaikan jubah sutra baru, disajikan teh herbal termahal, dan dihormati oleh pelayan yang tadinya menghinanya. Saat Lian Yue melangkah keluar dari gerbang Klan Lian, ia melihat Lian Huayan menatapnya dari koridor atas. Tatapan iri Huayan membuat Yue merasa sedikit puas, tapi rasa puas itu langsung lenyap. “Kepuasan sesaat. Jangan pedulikan semut itu,” suara Xuan Nightblade muncul di kepalanya, nadanya dingin dan tidak tertarik. “Fokus pada Sekte Bintang Surya. Di sana ada lebih banyak ancaman, dan… lebih banyak kesempatan untuk menguat.” Kereta spiritual menunggunya. Ini adalah kereta mewah yang ditarik oleh rusa bersayap yang memancarkan aura spiritual murni—kendaraan bangsawan tingkat tinggi. Lian Yue masuk. Nyonya Ling, utusan sekte, duduk di seberangnya dengan wajah tenang dan ramah. Saat kereta mulai bergerak dan suasana menjadi sunyi, Xuan Nightblade kembali muncul, duduk dengan santai di samping Yue, seolah dia adalah pendamping yang tak terlihat oleh orang lain. “Perjalanan ini akan memakan waktu dua hari,” ujar Xuan, matanya menatap pemandangan dari balik jendela kereta yang berlapis kristal. “Kau harus berhati-hati. Nyonya Ling itu terlalu ramah. Orang-orang sekte tidak menerima murid karena amal. Mereka menerima karena potensi. Dan potensi terlarangmu… adalah pisau bermata dua.” “Apa maksudmu?” bisik Yue. “Mereka ingin memanfaatkanku,” jawab Xuan, tanpa berbalik. “Atau mereka ingin menyegelku kembali, tapi di bawah kendali mereka. Sekte Bintang Surya adalah kekuatan terang. Mereka membenci energi gelap. Jadi, kau harus selalu menyeimbangkan kekuatanmu.” Xuan menoleh, wajahnya sangat dekat. “Dan karena kau tidak tahu cara menyeimbangkan, aku akan melakukannya.” “Tunggu, apa maksudmu melakukan penyeimbangan sekarang? Di sini?” Yue panik. “Tentu saja,” jawab Xuan, senyum tipisnya membuat Yue merinding. Nyonya Ling di seberang mereka tampak memejamkan mata, bermeditasi. “Kita terikat, Lian Yue,” bisik Xuan. “Aku bisa menyalurkan energi tanpa disentuh. Tapi sentuhan itu akan mempercepat proses.” Xuan mengulurkan tangan, dan kali ini, tangannya menyentuh paha Yue yang tertutup sutra tebal. Sentuhan itu terasa dingin seperti es, tetapi kemudian gelombang panas yang membakar menjalar dari titik kontak, langsung menuju inti spiritual Yue. Itu adalah aliran energi iblis yang kuat, membersihkan kotoran spiritual yang mungkin ada di dalam inti barunya. Yue menahan napas. Ia memejamkan mata erat-erat, menggigit bagian dalam pipinya agar tidak mengeluarkan suara. Sensasi itu terlalu kuat: rasa sakit yang samar bercampur dengan kelegaan yang luar biasa. Itu adalah siksaan yang diselimuti kenikmatan. “Tahan, Wadahku,” perintah Xuan, suaranya berat, matanya fokus pada reaksi Yue. “Biarkan energi ini meresap. Energi iblis tidak suka ditolak. Jika kau menolaknya, ia akan menyakitimu.” Yue mencengkeram kain jubahnya. Sensasi ini adalah keintiman tanpa keintiman, sentuhan roh yang terasa lebih nyata dan dalam daripada sentuhan fisik mana pun. Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, Xuan menarik tangannya. “Selesai untuk saat ini,” katanya, suaranya sedikit serak, yang jarang terjadi. Ia menatap Yue dengan tatapan yang lebih gelap. “Lihat? Kau selamat. Dan kau merasa lebih kuat, bukan?” Yue hanya bisa mengangguk, terengah-engah. Seluruh tubuhnya berkeringat dingin, tetapi inti spiritualnya terasa utuh dan berputar lebih cepat. “Tubuhmu… benar-benar memanggilku, Lian Yue,” ujar Xuan, nadanya kembali dingin dan datar. “Semakin kau kuat, semakin aku akan menguasaimu. Ingat itu.” Dua hari kemudian, kereta spiritual tiba di kaki Gunung Surya, markas Sekte Bintang Surya. Gunung itu menjulang tinggi ke langit, diselimuti kabut spiritual yang tebal dan memancarkan aura matahari yang hangat dan murni—kontras sempurna dengan aura gelap yang kini disandang Lian Yue. Saat mereka tiba di gerbang batu giok putih, Nyonya Ling menghela napas. “Lian Yue,” katanya, ramah, tetapi di balik mata itu ada perhitungan yang tajam. “Sekte Bintang Surya adalah tempat suci bagi kultivasi. Kami menerima energi murni. Energi Bayangan Bulan milikmu adalah anomali. Kami akan melatihmu, tetapi kau harus berhati-hati. Kekuatan gelap akan selalu dicurigai.” “Dia mengancammu,” dengus Xuan di dalam kepala Yue. “Dia ingin kau berhati-hati agar aku tidak muncul. Jangan pernah dengarkan mereka.” Saat Yue berjalan menaiki tangga batu giok, ia merasa ribuan pasang mata spiritual menatapnya. Murid-murid sekte yang mengenakan jubah putih bersih mengamati pendatang baru yang membawa aura gelap di sekte suci mereka. Di gerbang utama, seorang pemuda yang sangat tampan menyambut Nyonya Ling. Dia mengenakan jubah biru langit, rambut hitamnya diikat rapi, dan matanya memancarkan kebaikan yang lembut. “Nyonya Ling, selamat datang kembali. Apakah ini murid baru dengan inti spiritual langka yang Anda sebutkan?” “Ya, Ji Han. Kenalkan, ini Lian Yue. Dia adalah Shadow Moon Core,” Nyonya Ling tersenyum. “Kau ditugaskan untuk membimbingnya. Tunjukkan padanya asrama dan area latihan dasar.” Ji Han—begitu namanya—menoleh ke arah Lian Yue. Senyumnya ramah, tulus, dan hangat. Ia mengulurkan tangannya. “Selamat datang di Sekte Bintang Surya, Nona Lian. Namaku Ji Han.” Lian Yue tertegun sejenak. Setelah Xuan Nightblade, dia hampir melupakan bagaimana rasanya berinteraksi dengan pria yang baik dan normal. Ia menyambut uluran tangan itu, merasakan kehangatan yang kontras dengan dinginnya Xuan. Tetapi, tepat saat sentuhan itu terjadi— Aura Xuan Nightblade meledak dengan amarah di dalam kepala Yue. “Lepaskan dia!” Suara Xuan adalah auman iblis yang teredam, dingin dan penuh bahaya. “Jangan biarkan manusia fana itu menyentuhmu, Lian Yue. Dia terlalu dekat!” Kepala Yue langsung sakit. Energi Xuan Nightblade berputar liar di inti spiritualnya, menyebabkan Yue refleks menarik tangannya kembali dari Ji Han. Ji Han terkejut dengan penarikan diri yang tiba-tiba itu. “Nona Lian? Apakah Anda baik-baik saja?” tanyanya, cemas. Yue berusaha tersenyum, tetapi ia tahu senyumnya pasti terlihat tegang. “Maaf, Tuan Ji Han. Saya… sedikit pusing dengan ketinggian gunung ini.” Xuan Nightblade muncul sebentar di sisi Yue, hanya terlihat oleh Yue, matanya yang merah gelap menatap Ji Han dengan kebencian murni. Sifatnya yang posesif tidak hanya berlaku pada tubuh Yue, tetapi juga pada interaksi sosialnya. “Kau milikkku. Jangan pernah menyentuh pria lain,” perintah Xuan, sebelum menghilang kembali ke dalam jiwanya. Yue memijat pelipisnya. Ini akan menjadi masalah yang panjang. Melarikan diri dari Klan Lian hanyalah permulaan. Sekarang ia harus menjalani hidup dengan Kaisar Iblis yang sangat cemburu, posesif, dan berbahaya, yang terkunci di dalam dirinya. Ji Han mengangguk, meskipun raut wajahnya masih tampak khawatir. “Baiklah. Mari saya tunjukkan jalan menuju Asrama Angin Bambu. Anda akan mendapatkan kamar pribadi di sana.” Saat mereka berjalan menaiki tangga, mata Lian Yue bertemu dengan tatapan Lian Huayan—sepupunya—yang ternyata sudah diterima sebagai murid luar beberapa bulan lalu dan kini berdiri mengawasi mereka dengan senyum licik. Huayan telah tiba lebih dulu, dan kini ia tahu, intrik klan telah mengikuti Yue hingga ke Sekte Bintang Surya. Ancaman tidak hanya datang dari dewa dan iblis, tetapi juga dari manusia yang didorong oleh rasa iri.Kamar baru Lian Yue di Sekte Bintang Surya terasa steril. Terlalu bersih, terlalu murni. Jendela kayu pinus terbuka ke arah hutan bambu yang sunyi, dan udara yang masuk membawa serta aroma segar energi spiritual. Itu adalah udara yang seharusnya menenangkan seorang kultivator. Namun, bagi Yue, udara itu terasa seperti racun yang pelan-pelan membekukan energinya. Ia mencoba tidur. Namun, bagaimana mungkin seseorang bisa terlelap saat Kaisar Iblis yang sangat posesif berbagi napas dan jantung dengan dirinya? Malam terasa panjang. Yue bolak-balik di ranjang, selimut sutra yang lembut terasa panas dan mencekik. Ia tidak hanya merasa tidak nyaman secara emosional, tetapi juga secara fisik. Energinya terus bergejolak. Satu detik ia merasa dingin luar biasa, seolah es dari Inti Bayangan Bulan sedang membekukan nadinya; detik berikutnya, ia merasa panas membara, seperti semua hasrat dan amarah yang diredam Xuan Nightblade sedang mendidih di dalam dirinya. Ini adalah efek samping dari t
Sekte Bintang Surya adalah simfoni kemurnian. Bangunan berlapis giok memantulkan cahaya matahari, aliran energi spiritual mengalir dalam formasi yang tertanam di tanah, dan para murid bergerak dengan keanggunan seorang bangsawan kultivator sejati. Bagi Lian Yue, ini adalah dunia yang benar-benar asing, dan dia adalah anomali paling gelap di dalamnya. Ji Han, dengan kesabarannya yang luar biasa, membimbing Yue menuju lapangan latihan utama. Di sana, lusinan murid sedang berlatih formasi pedang dan meditasi. Ji Han memperkenalkannya dengan singkat, menyebutnya "murid baru dengan inti energi unik," sebuah eufemisme untuk 'kekuatan iblis terlarang.' Yue merasakan tatapan murid-murid lain, campuran rasa ingin tahu, kecurigaan, dan sedikit ketakutan. Di antara mereka, ia mengenali Lian Rou—seorang gadis dari cabang klan Lian yang lebih kuat—yang menatapnya dengan kebencian murni. “Lian Yue,” kata Lian Rou dengan suara keras, “Semoga kau tidak membawa kekotoran Inti Bayangan Bulanmu k
Asrama Angin Bambu adalah kawasan elit di Sekte Bintang Surya, dikelilingi oleh pepohonan hijau menjulang yang batangnya memancarkan sedikit aura spiritual. Lian Yue ditempatkan di kamar paling ujung, sebuah ruangan kecil yang indah dengan lantai kayu mengkilap, jendelanya menghadap ke hamparan hutan yang berkabut. Ji Han, dengan sikapnya yang lembut dan penuh perhatian, membantunya meletakkan barang-barangnya. “Kamar ini adalah tempat yang sempurna untuk meditasi, Nona Lian,” kata Ji Han, suaranya tenang seperti mata air. “Energi spiritual di sini murni dan kuat. Jika Anda butuh sesuatu, jangan ragu memanggil saya. Saya tinggal dua kamar di sebelah sana.” Yue mengangguk canggung. Sejak insiden di gerbang sekte—ketika Xuan Nightblade hampir mengaum karena cemburu—ia merasa bersalah pada Ji Han, pemuda yang tidak bersalah itu. “Tentu saja dia tidak bersalah,” dengus Xuan di dalam kepala Yue, nadanya dingin dan mengejek. “Dia adalah murid inti dari sekte yang membenci semua yan
Setelah Bola Kristal meledak dalam cahaya ungu gelap yang menakutkan, suasana di Aula Utama Klan Lian berubah dari penghinaan menjadi kegilaan yang hening. Lian Yue, si gadis tanpa bakat yang ditakdirkan menjadi tumbal, kini berdiri di sana sebagai pemegang Shadow Moon Core—inti spiritual terlarang yang kekuatannya bahkan melebihi yang dimiliki oleh leluhur terkuat mereka. Keputusan para Tetua berubah dalam sekejap. “Lian Yue,” Tetua Wen—yang lima menit lalu hampir menjualnya ke Sekte Seribu Roh—berbicara dengan nada yang berubah lembut, hampir menjilat. “Engkau adalah kebanggaan klan! Kenapa kau menyembunyikan bakat luar biasa ini dari kami?” “Saya tidak menyembunyikannya, Tetua,” jawab Yue, suaranya terdengar dingin dan datar, bukan karena keberaniannya sendiri, tetapi karena Xuan Nightblade yang memberinya ketenangan dingin itu. “Aku adalah bayanganmu sekarang. Biarkan aku yang memegang kendali percakapan ini,” bisik Xuan di dalam kepalanya, suaranya tajam seperti pedang yan
Aula Utama Klan Lian dipenuhi jubah-jubah sutra dan wajah-wajah kaku. Para tetua duduk di kursi tinggi yang diukir naga, wajah mereka penuh penghakiman. Lian Yue berdiri paling belakang, di antara sekelompok gadis lain yang menunggu giliran. Ia merasakan aura Xuan Nightblade, dingin dan tenang, seperti batu giok gelap. Roh itu benar-benar ada di dalam dirinya, menyatu dengan setiap serat jiwanya. Ia tidak melihatnya, tetapi bisa merasakan keberadaannya—seperti merasakan detak jantungnya sendiri. Jiwa Xuan terasa seperti api es yang sangat kuat. Kakak sepupu Lian Yue, Lian Huayan, berdiri di barisan depan. Dia cantik, energik, dan baru saja berhasil membangkitkan Fire Essence Core yang langka. Huayan tersenyum angkuh saat namanya dipanggil, mengalirkan energi spiritualnya ke Bola Kristal Penentuan Nasib. Bola itu bersinar dengan cahaya merah keemasan yang terang. Para tetua mengangguk puas. Huayan menoleh ke belakang, melayangkan tatapan mengejek pada Yue. Gadis yang malang, Hu
Ketika Lian Yue kembali sadar, hal pertama yang ia rasakan adalah kehangatan—kehangatan yang sangat dekat, menempel di lehernya, seolah seseorang sedang bernapas di sana. Terlalu dekat. Terlalu intim. Ia mencoba bergerak, tetapi anggota tubuhnya terasa berat, lemas, dan anehnya, bergetar halus. “Bangun. Aku tidak punya waktu melihatmu pingsan.” Mata Lian Yue terbuka dengan kejutan. Pandangannya berpusat. Ia melihat langit-langit gudang yang suram, dan kemudian, ia melihatnya. Seorang pria berdiri di tengah ruangan. Tinggi, posturnya sempurna, mengenakan jubah hitam dengan sulaman perak. Dialah pria yang ada di dalam lukisan itu—rambut hitam perak, mata merah gelap yang kini menatapnya dengan rasa ingin tahu yang dingin. Dia tampan; ketampanan yang membuat naluri Yue menjerit bahaya. Tetapi ada yang aneh. Garis-garis tubuhnya tampak transparan, tembus pandang. Dia ada di sana, namun tidak sepenuhnya nyata. “Siapa… kau?” Bisikan Yue terdengar parau dan takut. Pria itu be







