Home / Romansa / Life or Not / Bab 3 Awal Mula bagian 2

Share

Bab 3 Awal Mula bagian 2

Author: Moody Moody
last update Huling Na-update: 2021-09-05 19:55:51

Triiiirrrrttttttttt Triiiiiiiiirrrrrtttttt Triiiiiiiiirrrrrtttttt

“Oh Lord,” ucapku dengan keadaan masih mengantuk tanganku memcoba untuk mematikan alarm.

Alarm berbunyi tepat berada dekat sekali di samping tempat tidurku dan sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Dengan mata yang masih diselimuti rasa kantuk aku mencoba untuk bangun dari tempat tidurku. Dengan perlahan aku beranjak dari sana dan mematikan alarm yang terus berbunyi. Kemudian aku bergegas menuju kamar mandi.

Beberapa waktu pun berlalu dan kini aku sudah berpakaian dengan rapi dan siap untuk dinas pagi di rumah sakit tempatku bekerja. Kali ini aku terlihat sedikit berbeda dari biasanya hanya lebih terlihat modis dengan kemeja yang ku padukan bersama celana hitam biasa namun lebih santai. Tidak lupa aku membawa jas labku sebagai bukti aku seorang dokter. Memang menggelikan aku mengakuinya. Seperti biasanya aku memulai hariku dengan pola hidup sehat tentunya dengan menikmati sarapan pagi dan secangkir latte kali ini aku membuatnya sendiri dengan mesin kopi yang ku beli 2 bulan yang lalu.

Aku membuka pesan di ponselku dan melihat beberapa pesan di grup pekerjaanku tidak ada yang menarik semuanya hanya membahas keseharian mereka disertai dengan candaan. Sambil menghabiskan sarapanku aku membuka beberapa artikel yang direkomendasikan Toni bisa dibilang ini cukup berguna berita seputar kesehatan mental yang selalu dia share kepadaku dengan alasan mungkin kau akan tertarik namun aku tidak begitu antusias hanya sekedar penasaran.

Tidak lama setelah itu aku berangkat menuju tempat kerjaku sesampainya disana suasananya begitu ramai banyak pasien yang menunggu dinruang tunggu dengan santai aku berjalan menuju ruanganku sembari menyapa beberapa pasien yang tersenyum ramah menyapaku.

“Dok, hari ini terlihat berbeda apa ada yang special?” tanya suster Anne yang memang sudah lama menjadi rekanku suadah tidak asing jika dia mengatakan hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan

“Ohh, biasa saja,” ucapku dengan ramah kepada suster Anne

Akhirnya aku sampai di ruanganku yang begitu tidak terlalu rapi namun tidak berantakan biasa dibilang cukup standard disana terpampang namaku di atas meja “dr. Brian McDonnie” semula aku tidak terlalu menyukai itu karena bukan keinginanku melainkan keluargaku tapi kini sepertinya aku mulai terbiasa tidak melainkan mencoba terbiasa.

“Tolong selamatkan adik saya, apa dia bisa disembuhkan?” teriak seseorang dari arah ruang suster

Dengan cepat aku menuju ke arah sana ada beberapa dokter juga yang membantu membawa pasien tersebut segera ke ruang operasi. Melihat banyak sekali pendarahan pada tubulus frontalnya membuatku merasa khawatir suster Anne mencoba untuk memenangkan keluarga pasien tersebut. Ini akan memakan banyak waktu aku yang telah memakai semua perlengkapan dan segera melakukan operasi. Di ruang operasi aku bersama dengan rekanku yang lain mulai melaksanakan prosedur operasi di mulai dengan membius pasien kemudian melakukan prosedur berikutnya smapai pada tahap menjahit lukanya dan membersihkan luka tersebut. Tidak terasa sudah selesai kali ini memakan waktu lama kurang lebih selama 5 jam.

Aku membuka pintu ruang operasi dan mencoba untuk berbicara dengan keluarga pasien.

“Kondisinya sudah membaik, tunggu saja sampai dia sadar meskipun terjadi pendarahan yang hebat namun nyawanya masih dapat diselamatkan,” ucapku kepada keluarga pasien tersebut

“Terimakasih dok,” jawabnya dengan nada sedikit lega

Setelah melewati kejadian hari ini tidak lama kemudian aku menerima pasien baru lagi yang akan dioperasi dia seorang anak yang memiliki tiroid yang sudah parah. Tanpa berlama-lama aku kembali melaksanakan operasi lagi. Seperti yang tadi kali ini juga berjalan dengan baik tanpa ada kesalahan sedikitpun. Setelah meninggalkan ruang operasi aku kembali ke ruanganku untuk mengerjakan dokumen pasien.

“Tunggu dulu, kalian melihat dr. Brian?” ucap Toni kepada para suster

“Sepertinya beliau ada di ruangnya dok,” jawab salah satu suster

“Oke Thank you,” ucap Toni sambil tersenyum kepada suster tersebut

Tok tok tok

“Masuk.” kataku

Cklek

“Yo! Kau sedang sibuk?” ucap Toni kepadaku

“Seperti yang kau lihat tidak pernah tidak sibuk,” jawabku dengan tenang

“Minggu ini kau ada waktu? Bagaimana kalau pergi ke club? Kau tau Jamie mengajakku kesana dia juga menyampaikan undangnnya untukmu  padaku,” sahut Toni

“Kenapa dia mengundangku? Tentu saja tidak bisa datang,” jawabku

“Yang benar saja. Ayolah! Tunggu, kau ada janji?”

“Benar. Minggu ini waktuku dengan Sera kami harus merayakan aniversary,”

“Ohh Lord,” ucap Toni sampil menghela nafas dalam

“Jika sudah selesai kau boleh pergi,”

“Woahhh.... kau mengusirku. Baiklah selamat bekerja,” ucap Toni kepadaku sambil meninggalkan ruanganku

Aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku hari ini terlebih lagi banyak sekali yang harus ku lakukan memang melelahka aku ingin segera kembali ke rumahku menikmati suasana santai tanpa harus memikirkan pekerjaan.

“Baik semuanya sudah saatnya kita pulang terimakasih semua untuk hari ini, selamat beristirahat,” ucap dokter kepala

“Hati-hati di jalan,” ucap rekan yang lain

Kami pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing hari ini ditutup dengan hal baik dan aku hampir lupa jika hari ini Sera akan datang ke rumahku. Aku harus segera menjemputnya ke tempat dia bekerja tidak jauh dari rumah sakit ini hanya memerlukan waktu sekitar 7 menit dengan menggunakan mobil.

“Halo, Kau sudah keluar,? Aku dalam perjalanan tidak akan lama kok tunggu saja ya,” ucapku kepada Sera melalui telpon. Aku tidak boleh membuatnya menunggu lama ku kemudikan mobilku dengan cepat. Tidak lama kemudian aku sampai tepat di depan tempat kerjanya Sera. Sebuah perusahaan entertainment karena dia seorang makeup artis tentunya dia pasti sibuk. Aku meliatnya baru saja keluar dari gedung tersebut dan dia dengan tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku.

“Maaf menunggu lama,” ucapku kepada Sera

“Tidak, aku juga baru saja keluar kok,” jawabnya dengan manis

Kemudian kami memasuki mobil dan berangkat untuk pergi ke rumahku. Sera terlihat sangat bahagia seperti biasanya dia ceria dan selalu optimis secerah matahari. Sesampainya dirumahku kami duduk di sofa sambil menikmati ayam goreng dan bir yang baru saja kami pesan lewat pesan antar.

“Bagaimana hari ini apa tidak terjadi sesuatu,?” tanya Sera kepadaku

“Hari ini sangat sibuk hanya itu tidak ada yang lain,” jawabku

“hmmm..... baguslah. Ohh ya bagaimana soal minggu ini? Jujur saja aku tidak sabar gak terasa ya sudah 1 tahun bersama,” ucap Sera

“Benar juga tidak terasa ya,” ucapku

Sebenarnya kami belum lama bersama pertama kali bertemu ketika di klinik aku tidak berpikir akan bertahan sampai saat ini. Namun kenyataan yang menjawabnya banyak sekali kenangan jika harus diingatkan menemani kami tumbuh bersama dalam suka tidak terkecuali duka. Rasanya masih seperti kemarin tidak banyak yang berubah hampir sedikitpun.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Life or Not   Bab 40 End

    Hari ini Brian bekerja seperti biasanya di rumah sakit kota Domino dia sedang melakukan tindakan pemeriksaan fisik kepada pasien pasca operasi. Selama ini dia selalu melakukan pekerjaannya dengan baik sampai dia pulang ke rumahnya. Waktu sudah menunjukan pukul 6 sore semua orang hari ini menyudahi pekerjaannya dan mereka pulang ke rumah untuk beristirahat. Brian juga demikian dia pulang ke rumahnya yang berada di sebuah apartemen tidak jauh dari pusat kota. Dirinya begitu melihat pemandangan yang sangat indah membuatnya terkesima dalam waktu cepat. Begitu dia sampai di rumahnya dia langsung duduk di sofa sambil memakan ayam goreng yang baru saja dia pesan lewat pesan antar. Hari yang cukup lelah bagi dirinya sehingga dia menikmati dengan santai. Banyak sekali kejadian yang membuat dirinya merasa harus terkuras energinya. Kematian Hana yang merupakan temannya baru ini menyimpan duka mendalam bagi dirinya dan dia masih mengenangnya karena Hana bukan hanya sebagai teman namun dia juga

  • Life or Not   Bab 39 Retak

    Tepat di kediaman Jason. Dirinya sedang meneguk wine sambil duduk dengan santai di kursi ruang kerjanya. Alunan musik klasik membuat suasana di ruangan tersebut terasa elegan. Dia terus menerus menggerakan gelas wine miliknya sebelum kemudian dia meneguknya. Pagi hari yang cukup indah di matanya seakan dia sehabis bermimpi indah. Jason merupakan seorang musisi sebelumnya dirinya sama seperti Yurian yang merupakan seorang pianis. Setelah 3 tahun lamanya dirinya menjadi musisi dan dia sering mengadakan konser di berbagai tempat dan tentunya penggemarnya sudah seperti penggemar selebriti mereka banyak sekali dan bahkan membuat fanbase khusus untuk dirinya yang diberi nama “Jasonius.” Mereka terdiri dari berbagai kalangan usia dan tentunya sangat menyukai dirinya. Bahkan setiap kali dia akan mengadakan konser mereka selalu datang dan mendukungnya bahkan di sebuah forum internet dirinya sempat menjadi trending karena hal itu. Jason memang berasal dari kalangan sendok emas dan

  • Life or Not   Bab 38 Sandiwara

    Saat ini Brian sedang berada di dalam ruangan kerjanya dia tengah memikirkan apa yang membuatnya penasaran dengan ucapan dokter Maria sebelumnya. Brian kemudian melihat ke arah jam dinding dan masih menunjukan pukul 3 sore. Tidak lama kemudian dia berencana untuk bertemu dengan dokter Maria yang sekarang berada di ruangannya. Dia kemudian bergerak menuju ke lantai 2 dimana mereka akan bertemu dan begitu sampai di sana dirinya melihat dokter Maria sudah menunggu kedatangannya dengan duduk di kursi ruang kerjanya. Meja di mana banyak sekali tumpukan kertas kemudian dokter Maria menghentikan aktivitasnya begitu Brian datang menemuinya dan mereka berdua akan memulai obrolan yang membuat dirinya penasaran.“Brian. Silahkan duduk,” ucap Maria“Langsung saja ke intinya.”“Baiklah ku harap kau bisa menerima ini dengan baik.”“Terserah saja.”“Yurian bukanlah orang yang waras. Dia semakin ke sini semakin

  • Life or Not   Bab 37 Masa Lalu

    Waktu terus berjalan sampai tidak terasa sudah satu bulan lamanya Yurian dirawat di rumah saikit jiwa dan dia berada di sebuah ruangan yang merupakan ruang dirinya dirawat. Dengan penampilan yang terlihat lusuh dirinya mencoba untuk tetap waras namun kenyataan malah sebaliknya. Dia sekarang sudah seperti orang lain dimana dia terlihat begitu berbeda walau hanya sekilas. Hana yang menjadi susternya saat itu dan terus mendatanginya untuk melakukan perawatan serta pemberian obat. Melihat Hana yang bekerja kerasa dihadapannya membuat Yurian seketika teringat dimana dirinya dahulu merupakan orang yang seperti itu sehingga dia termenung dalam suasana terkejut sampai Hana menyadari akan hal itu dan bertanya kepada dirinya.“Yurian. Apa ada yang anda pikirkan?” tanya Hana kepada dirinya dengan tatapan lembut namun penuh arti“Tidak. Tidak ada apa-apa,” ucap Yurian sambil menggelengkan kepala“Baiklah kalau begitu. Oh iya jika ada yang ingin

  • Life or Not   Bab 36 Mimpi Buruk

    Di kediaman Yurian 5 tahun yang lalu. Dia sedang berada di dalam kamarnya sambil membaca sebuah buku musik klasik yang dia dapatkan ketika dirinya masih berumur 5 tahun. Ibunya merupakan seorang musisi dia pemain piolin terkenal bernama Julia Antonius semenjak ibunya menikah dengan ayah Yurian dia berganti nama menjadi Julia Frances. Yurian merupakan anak tunggal dari pasangan yang salah satunya musisi dan yang satunya lagi merupakan dokter bedah terkenal di negeri ini namun mereka bedua pindah ke luar negeri begitu Yurian beranjak remaja. Dirinya menjadi seorang yang mandiri sejak saat itu karena harus bertahan hidup sendirian tanpa ada yang mengasuhnya kecuali orang yang menjadi manajernya di masa depan yang tidak lain adalah sekertaris ibunya. Keluarga Yurian cukup harmonis namun begitu ayahnya pulang dari luar negeri seorang diri Yurian merasa ada kekhawatiran dalam dirinya. Saat itu dia masih berumur 15 tahun dan tidak berani menanyakan hal yang terbilang cukup sensitif. Dia me

  • Life or Not   Bab 35 Apa yang Harus Kulakukan?

    Brian dengan sibuk melakukan pekerjaannya tersebut kemudian dia melakukan prosedur operasi kepada pasien dengan bantuan rekan-rekannya. Selama dia melakukan tindakan tersebut dia dengan tenang melakukannya secara hati-hati. Setelah kemudian melanjutkan ke tahap berikutnya dirinya kemudian memotong usus buntu tersebut dan tidak lama kemudian memasukannya ke dalam pipet. Begitu dia selesai melakukan pengangkatan usus buntu itu tidak lama kemudian dia menjahit luka operasinya dengan perlahan sampai akhirnya menutup dengan sempurna. Di bawah lampu operasi dirinya dengan sangat hati-hati menjahit luka tersebut setelahnya dia kemudian membersihkan bekas darah yang berserakan disekitat meja operasi tersebut. Brian kemudian berhasil melakukan prosedur pengangkatan usus buntu.“Akhirnya selesai,” ucap Brian dengan menghela nafas dibalik masker yang dia gunakan“Tidak buruk juga.”“Akan ku bersihkan sisanya. Langsung saja bawa pasien ke ruang

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status