Triiiirrrrttttttttt Triiiiiiiiirrrrrtttttt Triiiiiiiiirrrrrtttttt
“Oh Lord,” ucapku dengan keadaan masih mengantuk tanganku memcoba untuk mematikan alarm.
Alarm berbunyi tepat berada dekat sekali di samping tempat tidurku dan sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Dengan mata yang masih diselimuti rasa kantuk aku mencoba untuk bangun dari tempat tidurku. Dengan perlahan aku beranjak dari sana dan mematikan alarm yang terus berbunyi. Kemudian aku bergegas menuju kamar mandi.
Beberapa waktu pun berlalu dan kini aku sudah berpakaian dengan rapi dan siap untuk dinas pagi di rumah sakit tempatku bekerja. Kali ini aku terlihat sedikit berbeda dari biasanya hanya lebih terlihat modis dengan kemeja yang ku padukan bersama celana hitam biasa namun lebih santai. Tidak lupa aku membawa jas labku sebagai bukti aku seorang dokter. Memang menggelikan aku mengakuinya. Seperti biasanya aku memulai hariku dengan pola hidup sehat tentunya dengan menikmati sarapan pagi dan secangkir latte kali ini aku membuatnya sendiri dengan mesin kopi yang ku beli 2 bulan yang lalu.
Aku membuka pesan di ponselku dan melihat beberapa pesan di grup pekerjaanku tidak ada yang menarik semuanya hanya membahas keseharian mereka disertai dengan candaan. Sambil menghabiskan sarapanku aku membuka beberapa artikel yang direkomendasikan Toni bisa dibilang ini cukup berguna berita seputar kesehatan mental yang selalu dia share kepadaku dengan alasan mungkin kau akan tertarik namun aku tidak begitu antusias hanya sekedar penasaran.
Tidak lama setelah itu aku berangkat menuju tempat kerjaku sesampainya disana suasananya begitu ramai banyak pasien yang menunggu dinruang tunggu dengan santai aku berjalan menuju ruanganku sembari menyapa beberapa pasien yang tersenyum ramah menyapaku.
“Dok, hari ini terlihat berbeda apa ada yang special?” tanya suster Anne yang memang sudah lama menjadi rekanku suadah tidak asing jika dia mengatakan hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan
“Ohh, biasa saja,” ucapku dengan ramah kepada suster Anne
Akhirnya aku sampai di ruanganku yang begitu tidak terlalu rapi namun tidak berantakan biasa dibilang cukup standard disana terpampang namaku di atas meja “dr. Brian McDonnie” semula aku tidak terlalu menyukai itu karena bukan keinginanku melainkan keluargaku tapi kini sepertinya aku mulai terbiasa tidak melainkan mencoba terbiasa.
“Tolong selamatkan adik saya, apa dia bisa disembuhkan?” teriak seseorang dari arah ruang suster
Dengan cepat aku menuju ke arah sana ada beberapa dokter juga yang membantu membawa pasien tersebut segera ke ruang operasi. Melihat banyak sekali pendarahan pada tubulus frontalnya membuatku merasa khawatir suster Anne mencoba untuk memenangkan keluarga pasien tersebut. Ini akan memakan banyak waktu aku yang telah memakai semua perlengkapan dan segera melakukan operasi. Di ruang operasi aku bersama dengan rekanku yang lain mulai melaksanakan prosedur operasi di mulai dengan membius pasien kemudian melakukan prosedur berikutnya smapai pada tahap menjahit lukanya dan membersihkan luka tersebut. Tidak terasa sudah selesai kali ini memakan waktu lama kurang lebih selama 5 jam.
Aku membuka pintu ruang operasi dan mencoba untuk berbicara dengan keluarga pasien.
“Kondisinya sudah membaik, tunggu saja sampai dia sadar meskipun terjadi pendarahan yang hebat namun nyawanya masih dapat diselamatkan,” ucapku kepada keluarga pasien tersebut
“Terimakasih dok,” jawabnya dengan nada sedikit lega
Setelah melewati kejadian hari ini tidak lama kemudian aku menerima pasien baru lagi yang akan dioperasi dia seorang anak yang memiliki tiroid yang sudah parah. Tanpa berlama-lama aku kembali melaksanakan operasi lagi. Seperti yang tadi kali ini juga berjalan dengan baik tanpa ada kesalahan sedikitpun. Setelah meninggalkan ruang operasi aku kembali ke ruanganku untuk mengerjakan dokumen pasien.
“Tunggu dulu, kalian melihat dr. Brian?” ucap Toni kepada para suster
“Sepertinya beliau ada di ruangnya dok,” jawab salah satu suster
“Oke Thank you,” ucap Toni sambil tersenyum kepada suster tersebut
Tok tok tok
“Masuk.” kataku
Cklek
“Yo! Kau sedang sibuk?” ucap Toni kepadaku
“Seperti yang kau lihat tidak pernah tidak sibuk,” jawabku dengan tenang
“Minggu ini kau ada waktu? Bagaimana kalau pergi ke club? Kau tau Jamie mengajakku kesana dia juga menyampaikan undangnnya untukmu padaku,” sahut Toni
“Kenapa dia mengundangku? Tentu saja tidak bisa datang,” jawabku
“Yang benar saja. Ayolah! Tunggu, kau ada janji?”
“Benar. Minggu ini waktuku dengan Sera kami harus merayakan aniversary,”
“Ohh Lord,” ucap Toni sampil menghela nafas dalam
“Jika sudah selesai kau boleh pergi,”
“Woahhh.... kau mengusirku. Baiklah selamat bekerja,” ucap Toni kepadaku sambil meninggalkan ruanganku
Aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku hari ini terlebih lagi banyak sekali yang harus ku lakukan memang melelahka aku ingin segera kembali ke rumahku menikmati suasana santai tanpa harus memikirkan pekerjaan.
“Baik semuanya sudah saatnya kita pulang terimakasih semua untuk hari ini, selamat beristirahat,” ucap dokter kepala
“Hati-hati di jalan,” ucap rekan yang lain
Kami pun akhirnya pulang ke rumah masing-masing hari ini ditutup dengan hal baik dan aku hampir lupa jika hari ini Sera akan datang ke rumahku. Aku harus segera menjemputnya ke tempat dia bekerja tidak jauh dari rumah sakit ini hanya memerlukan waktu sekitar 7 menit dengan menggunakan mobil.
“Halo, Kau sudah keluar,? Aku dalam perjalanan tidak akan lama kok tunggu saja ya,” ucapku kepada Sera melalui telpon. Aku tidak boleh membuatnya menunggu lama ku kemudikan mobilku dengan cepat. Tidak lama kemudian aku sampai tepat di depan tempat kerjanya Sera. Sebuah perusahaan entertainment karena dia seorang makeup artis tentunya dia pasti sibuk. Aku meliatnya baru saja keluar dari gedung tersebut dan dia dengan tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku.
“Maaf menunggu lama,” ucapku kepada Sera
“Tidak, aku juga baru saja keluar kok,” jawabnya dengan manis
Kemudian kami memasuki mobil dan berangkat untuk pergi ke rumahku. Sera terlihat sangat bahagia seperti biasanya dia ceria dan selalu optimis secerah matahari. Sesampainya dirumahku kami duduk di sofa sambil menikmati ayam goreng dan bir yang baru saja kami pesan lewat pesan antar.
“Bagaimana hari ini apa tidak terjadi sesuatu,?” tanya Sera kepadaku
“Hari ini sangat sibuk hanya itu tidak ada yang lain,” jawabku
“hmmm..... baguslah. Ohh ya bagaimana soal minggu ini? Jujur saja aku tidak sabar gak terasa ya sudah 1 tahun bersama,” ucap Sera
“Benar juga tidak terasa ya,” ucapku
Sebenarnya kami belum lama bersama pertama kali bertemu ketika di klinik aku tidak berpikir akan bertahan sampai saat ini. Namun kenyataan yang menjawabnya banyak sekali kenangan jika harus diingatkan menemani kami tumbuh bersama dalam suka tidak terkecuali duka. Rasanya masih seperti kemarin tidak banyak yang berubah hampir sedikitpun.
“Maaf sepertinya aku harus segera pulang sudah malam,” sahut Sera“Bagaimana kalau menginap saja?” ucapku kepada Sera“Tidak, ada pekerjaan yang harus aku kerjakan,”“Baiklah kalau begitu, akan ku antar,”“Iya,” ucap Sera sambil menganggukAku turun ke bawah untuk mengantar Sera pulang. Ku kemudikan mobil yang terparkir di basemen apartemen. Aku tidak banyak bertanya soal apa yang akan dia kerjakan sehingga menolak ajakannku hanya berpikir ini bukan lah hal yang tidak diinginkan. Sesampainya di depan apartemen Sera aku menyuruhnya untuk segera masuk karena malam semakin dingin.“Bye,” ucap Sera“Bye, cepat masuk,” sahutku“Hati-hati di jalan,” ucap Sera lagi sambil melambaikan tanganUntungnya aku tidak terlalu mabuk sehingga bisa mengantar Sera dan mengemudi. Akhirnya suasana kembali hening malam yang penuh bintang menandakan
Setelah aku menjemput Sera akhirnya kami sampai di Cafe Milley dan memesan beberapa menu. Kali ini aku memesan steak dan wine begitu juga dengan Sera. Kami menikmati hidangan dengan santai sambil mengobrol hal-hal kecil. Sebenarnya setelah ini aku hendak memberitahukan bahwa aku akan segera dipindahkan tugas. Namun sepertinya waktunya tidak tepat jadi tidak ku ceritakan kepada Sera. Universary kami tinggal menunggu beberapa hari lagi aku bingung apa yang harus ku berikan kepada Sera mengingat banyak sekali barang yang dia suka sudah kuberikan kepadanya. Sepertinya aku harus meminta pendapat temanku yang tau banyak soal perempuan.“Bagaimana makanannya?” tanyaku kepada Sera“Tidak pernah mengecewakan,” jawabnya dengan sedikit tertawa kecilKu tuangkan wine ke dalam gelasnya dan kami bersulang. Meskipun ini siang hari tidak ada salahnya menikmati wine di tengah suasana kencan kami. Melihat makanan yang sudah kami habiskan kini Sera mengajak
Akhirnya aku sampai di rumah begitu sampai aku langsung memarkirkan mobil dan menuju ke lantai tiga di mana apartemenku berada. Tanpa berlama-lama aku memasuki rumah dan menyalakan lampu. Hari sudah malam pertanda aku harus segera istirahat tapi sebelum itu aku pergi mandi. Tidak lama kemudian ponselku berdering namun aku tidak sempat mengangkatnya dan ternyata itu teman lamaku Jason. Setelah aku selesai mandi aku duduk di meja kerjaku dan mencoba memeriksa data pasien yang sebelumnya belum sempat ku periksa. Tiga puluh menit berlalu kemudian aku pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan segera aku duduk santai sambil menonton televisi.Ponselku kembali berdering kini aku mengangkatnya.“Halo,” ucapku“Ohh hai Brian. Sudah lama ya bagaimana kabarmu?” ucap Jason dalam telpon“Baik-baik saja. Bagaimana denganmu?” tanyaku kepada Jason“Akhir-akhir ini kondisiku baik-baik saja.”“B
Ketika di ruangan makan kami sedikit mengobrol membicarakan seputar pekerjaan tidak sampai di situ kami juga mengobrol hal lain tidak terkecuali masalah pribadi.“Hey kalian tahu katanya senior yang menempati posisi dokter bedah saraf itu dia cuti beberapa bulan,” ucap salah satu dokter rekan kami“Aku tahu ku dengar anaknya akan sekolah di luar negeri benarkah?” ucap salah satu dokter lagi“Aku juga mendengarnya sepertinya itu benar hanya saja alasan dia cuti itu aku tidak tahu pasti,” sahut Toni“Sepertinya itu hal yang tidak terlalu aneh,” ucap ku“Memang tidak aneh tapi berita ini sangat panas. Itu artinya kau akan kehilangan rekan senior untuk beberapa waktu,” ucap ToniJujur saja aku belum mengatakan kepada mereka bahwa waktu ku di sini hanya tinggal beberapa minggu saja mengingat sebelumnya pamanku menyuruh untuk pindah. Jika aku memberitahu mereka saat ini tentu saja akan me
“Woahh beer memang yang terbaik,” ucap Sera“Memang pas dengan daging,” sahut Fianna“Kalian berdua nikmati saja sepuasanya jangan sungkan,” ucap Kak Diana“Ini untuk kak Diana,” ucap Fianna sambil memberikan sepotong daging kepada kak Diana“Terimakasih,” ucap Kak Diana“Ngomong-ngomong kapan terakhir kita seperti ini?” ucap Fianna“Entahlah aku lupa karena banyak yang harus ku kerjakan mana sempat berpesta seperti ini,” ucap Kak Diana. Sambil meminum beer“Ku dengar belum lama ini ada staff yang membuat skandal dengan salah satu aktor loh,” ucap Fianna“Apa? aku tidak pernah dengar tuh,” ucap Kak Diana“Aku juga tidak pernah dengar,” sahut Sera“Wahhh ternyata kalian kehilangan info ya. Itu dia memang populer tidak bukan hanya itu dia juga menarik baru-baru ini ada staff baru di perusahaa
Hari ini tepat hari liburku karena kemarin aku harus lembur sampai pagi dan lagi banyak sekali pekerjaan aku harus melakukan operasi lebih dari satu orang ini membuatku kelelahan tanpa bantuan rekan-rekan semuanya aku tidak habis pikir bisa menyelesaikan semuanya sampai akhir. Tapi itu sudah berlalu dan kini aku akan menikamati liburanku meskipun hanya satu hari. Beberapa jam yang lalu adik perempuanku menelpon dan dia akan kerumahku dia bilang akan datang sebentar lagi. Karena itu pagi-pagi aku membersihkan rumahku dia tidak suka berantakan seperti penderita OCD saja. Tidak lama kemudian rupanya sudah sampai. Aku membukakan pintu dan menyuruhnya masuk. “Kakak sudah lama ya,” ucap adik perempuanku sambil memeluku “Ya ya kau kemari sendirian?” tanya ku kepada dia “Tidak. Tadi aku bersama paman.” “Kenapa dia tidak ikut kemari?” “Ah dia bilang sedang sibuk dan harus pergi hanya itu. Padahal tadi aku mengajaknya.” “Mau teh?”
Keesokan harinya Bella yang menginap di rumah paman kembali ke kota Domino meskipun hanya satu hari saja di sini baginya sangat menyenangkan. Aku tidak sempat berpamitan karena harus pergi ke tempat kerja hari ini aku dinas bagian pagi. Aku hanya mengiriminya pesan. Kesibukan ku kembali menyambutku setiap orang berlalu lalang kian kemari menandakan mereka juga mengalami hal yang sama. Aku berjalan di trotoar setelah menaiki bus karena aku tidak membawa mobil dan lebih ingin menikmati perjalanan seperti ini yang sudah lama tidak ku lakukan. Lampu merah menyala pertanda aku harus segera menyebarang. Tidak lama kemudian aku sampai ke tempat kerja. Seperti biasanya pemandangan yang tidak berubah sama sekali. Aku pergi ke ruangan ku untuk menyimpan barang ku dan kembali menemui pasien yang tengah bersiap untuk menjalani operasi. “Pagi-pagi sudah mulai ya,” ucap salah satu rekan ku “Memang seperti ini seharusnya,” ucap ku “Semangat-semangat,” ucap rekan ku
Ketika aku pulang dari kerja tubuhku terasa sangat lelah aku tidak bisa beranjak dari sofa seperti ada magnet yang menarik diriku. Sampai tidak terasa 30 menit berlalu dan diriku masih terbaring lelah tadinya aku akan pergi untuk mandi ku kumpulkan niat terlebih dahulu hingga akhirnya aku beranjak dari sofa dan mengambil handuk kemudian pergi ke kamar mandi.Tidak lama kemudian aku menonton film hanya sekedar hiburan semata tidak lama kemudian paman menelponku.“Brian kudengar kau sudah menyetujuinya aku akan memperiapkannya untukmu,” ucap paman dalam telpon“Ya sudah ku setujui. Oh ya paman...,” ucap ku“Iya ada masalah?”“Tidak jadi tidak ada yang ku khawatirkan.”“Oh ya kalau begitu sampai bertemu nanti.”“Baik paman.”Kemudian ku matikan telpon itu. Ternyata waktuku di kota ini hanya tinggal satu minggu lagi. Kemungkinan juga Toni sudah memberitahu semu