Share

Tegar

Bab 7 Tegar 

"Bi, aku mau menemui Dita dulu, nanti aku menyusul, Bi," ucap Mahira saat mereka sudah berjalan.

Bi karti yang berjalan di depan Mahira menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Ya sudah, bibi juga akan menyiapkan makan malam," jawab bi Karti.

Mahira pun mengangguk dan masuk kekamar Dita. 

"Dita!" Panggil Mahira saat masuk ke kamar. Dita yang sedang berbaring sambil menonton film kesukaanya menoleh pada Mahira. 

"Ya, Bunda," jawab Dita. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan kaki menjuntai kebawah. 

Mahira pun duduk di sebelah Dita, dia memandang lekat putri tirinya. Matanya berkaca-kaca saat mengingat hanya tinggal beberapa bulan lagi dia bersama Dita.

"Dita kau menyayangi bunda 'kan?" Tanya Mahira. 

Dita pun mengangguk.

"Boleh bunda minta sesuatu padamu, Nak?"

"Bunda minta apa?" Tanya Dita. 

"Mulai besok, Dita mau, kan,  memanggil Bunda, tanteu lagi seperti Dita memanggil Bunda saat masih ada bunda Rahma?" Mahira menahan tangis saat mengucapkan keinginannya pada Dita. Ya, langkah ini Mahira ambil untuk kebaikan Dita. Mahira hanya berharap, Gani akan bersikap seperti semula pada Dita jika Dita tak memanggilnya Bunda. 

Dita menggeleng, dia langsung memeluk Mahira. "Apa bunda akan meninggalkanku seperti bunda Rahma?" Tanya Dita. 

"Tidak, Sayang. Siapa tau jika kau memanggil Tante pada Bunda, ayah tidak akan marah lagi padamu dan mau menemanimu bermain seperti dulu. Bagaimana?"

Seketika Dita melepaskan pelukannya dan menatap Mahira, ada binar kebahagiaan saat Mahira berbicara tentang Gani.

"Kau mau kan memanggil Tante lagi pada Bunda?" Tanya Mahira lagi. 

Dita pun mengangguk antusias. 

"Mulai besok setiap siang kau bermain bersama bibi, oke. Karena setiap siang hari tanteu tidak akan ada di rumah."

"Memang tante mau kemana?"

"Tante harus mencari pekerjaan untuk bekal dede bayi."  

Karena tak mengerti apa yang di ucapkan Mahira, Dita pun hanya mengangguk. 

Setelah bercengkrama dengan Dita, Mahira pun keluar dari kamar Dita. Saat, akan keluar menuju kamar mba Karti, dia melihat ke meja makan, sudah tersaji beberapa hidangan yang mengugah selerannya. Baru saja dia akan duduk untuk makan malam, dia teringat dengan niatnya yang tak akan bergantung lagi pada Gani. 

°°

Sedangkan Gani. 

Setelah berdebat dengan Mahira, dia memutuskan untuk kerumah peninggalan orang tuanya. Dia menepis segala rasa bersalahnya pada Mahira. Walaupun sudah mengatakan hal yang menyakitkan pada Mahira,  Gani tak berniat sama sekali untuk meminta maaf pada Mahira.

Tiba-tiba, dia teringat Dita. Dia mengingat ekpresi Dita saat tadi. Dia sendiri pun heran pada dirinya kenapa dia selalu emosi jika melihat kedekatan Dita dan Mahira. 

Karena tak bisa berhenti memikirkan Dita dan merasa bersalah pada Dita,  Gani pun memutuskan untuk pulang kerumahnya. 

°°°

Mahira memandang makanan di depannya dengan tatapan nanar, dia menelan ludah saat membayangkan betapa nikmatnya hidangan makan malam di depannya. Kesadarannya kembali datang, dia sudah bertekad untuk takan bergantung lagi pada suaminya.

Mahira pun bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan meja makan dengan menahan lapar. 

Dia pun masuk ke kamar bi Karti. 

Karena bi Karti sedang tak ada di kamar, Mahira langsung membuka tasnya dan membereskan pakaiannya ke lemari kecil di pojok kamar.

Saat telah selesai, Mahira membuka tas kecil dan mengambil dompet, kemudian dia mengitung sisa uang miliknya.

Hati Mahira sedikit ngilu saat melihat total uang miliknya yang tinggal 800 ribu, uang 800 ribu itu pun rencananya untuk kontrol kandungan Mahira dua minggu mendatang. 

Tapi, karena kondisi sedang tak memungkinkan, Mahira tak akan menggunakan uang itu untuk kontrol ke rumah sakit, dia akan menghemat uang itu untuk kebutuhannya sehari-hari dan untuk mengontrol kandungan, Mahira akan pergi ke Bidan yang biyayanya tentu lebih murah.

Mahira memgang perutnya yang terasa lapar, untuk mengganjal perutnya, Mahira pergi ke dapur membuat susu. Namun, lagi-lagi Mahira harus mengelus dada kala susu hamilnya habis. 

Mahira melihat kearah jam dinding, dia sedikit bernalas lega kala melihat jam menununjukan pukul 19.00 malam,  Mahira masih bisa keluar untuk membeli susu di supermarket yang berada di luar komplek. 

Mahira pun kembali ke kamar untuk mengambil uang.

Saat berjalan ke super market, Mahira beberapa kali menghentikan langkahnya karena lelah, jarak yang di tempuh dengan berjalan kaki sekitar 20 menit. Mahira terpaksa berjalan kaki karena tak akses ada angkutan umum yang melewati komplek perumahan.

Dan akhirnya Mahira pun sampai di super market. Dia berjalan langsung ke rak penyimpanan susu. 

Setelah dia mengambil susu yang akan dibelinya. Dia kembali menaruhnya lagi, dia lupa bahwa dia takan mampu membeli susu yang selama ini dia minum karena harganya yang sangat mahal.

Mahira mencoba mencari susu yang harganya murah, bahkan sangat murah. Dia tersenyum saat melihat susu yang sesuai dengan uangnya.

Sejenak Mahira terdiam, dia mengelus perutnya. "Maafin Bunda ya, Nak. Nanti kalau ada rezeki Bunda beli susu yang biasa. Baik-baik, ya, Sayang di perut bunda," lirih Mahira pelan sambil mengelus perutnya. 

Sekuat tenaga dia menahan tangisnya agar tidak pecah. 

Tanpa Mahira sadari,  seseorang berdiri memerhatikan Mahira tak jauh dari Mahira berdiri ....

Enaknya di apain ya mak si Gani🤣🤣🤣

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status