Beranda / Romansa / Lika-liku Jodohku / Ajakan Perangkap Bayu

Share

Ajakan Perangkap Bayu

Penulis: Buah_Kaktus
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-04 14:44:34

“Assalamu’alaikum,” salam Mytha tak kala memasuki rumah, namun tak mendapat jawaban. Langkahnya terhenti tatkala mencari ibunya di teras samping, tendengar perbincangan antara ayah dan ibunya.

“Tapi Yah, tak baik memaksakan kehendak anak,” sela Tari kapada suaminya.

“Ayah sudah berjanji sama Pak Teguh, menikahkan anak kita dengan anak beliau. Beliau pernah menolong ayah, ketika terjadi kerusuhan. Ada timah panas hendak menghantam dada Ayah, Pak Teguh lah yang menyelamatkan. Beliau mendorong tubuh ayah hingga lenganya menjadi sasaran empuk timah panas itu,” tutur Pak Yuda bercerita panjang lebar.

“Mamang Pak Teguh berjasa terhadap Ayah, tapi bukan dengan menjodohkan Mytha balasannya Yah. Kasihan Mytha, biar dia memilih jalan hidupnya sendiri.”

“Dengan siapa? Lelaki yang dekat dengannya pun tak berani menghadap, meminta langsung kepadaku!” geram Yuda dengan nada sedikit meninggi. Perdebatan kecil itu pun membuat sakit hypertemsi Yuda kambuh dan merasakan pening di bagian lepalanya.

“Ayah... Ayah baik-baik saja?” Khawatir Tari melihat sang suami menahan sakit diarea kepalanya, Bu Tari pun memapah Yuda ke kamar. Membaringkan Yuda di ranjang dan menyelimutinya. “Ayah istirahat, jangan terlalu banyak pikiran. Ingat kesehatan Ayah,” lanjut Tari, diakhiri kecupan hangat di kening Yuda.

“Masalah perjodohan itu, biar Mytha yang menentukan dengan siapa Mytha akan berumah tangga. Toh yang ngejalanin Mytha, biar dia yang memilih,” Ucap Tari sesudah mendaratkan kecupannya dan berlalu dengan senyum ke luar dari kamar.

Mytha masih berdiam diri di pojok ruangan, ia bingung entah apa yang mau diperbuat. Bayu kekasihnya pun tak bisa menolongnya dari perjodohan ini.

“Ini bukan jaman 'Siti Nurbaya', sekarang sudah jaman 'Layar Terkembang'. Namun, harus bagai mana lagi agar perjodohan itu tak terjadi?” pikir Mytha dalam hati

Dengan langkah yang lunglai Mytha menuju kamarnya, langkahnya kembali terhenti oleh sapaan Ibunya. “Dah pulang Myth?”

“Iya, Bu,” jawab Mytha sembari mendekat lalu bersalaman mencium punggung tangan Tari.

“Mytha pamit mandi dulu, Bu,” sela Mytha karena tidak ingin membahas apapun, badannya terasa letih dan pikirannya terasa penuh dengan satu masalah yang besar, yakni perjodohan yang tak diinginkannya.

Rintikan air shower melarutkan kesedihan Mytha, sedih itu seakan terbawa air yang mengalir membasahi tubuhnya. Cukup lama Mytha di dalam kamar mandi, sesekali air matanya tak kuasa dibendung dan ikut mengalir bersama rintikan air shower.

🍂🍂🍂

Ponsel Mytha berbunyi, muka yang tadi sendu berubah menjadi memerah karena emosi.

"Hallo Sayang," sapa Bayu di sebrang telepon.

"Mau apa lagi kamu?!" jawab Mytha emosi. "Udah berani yah bilang SAYANG?!" lanjut Mytha, menegaskan kata sayang. Heran karena biasanya Bayu memanggil dirinya hanya dengan menyebutkan nama.

"Jangan gitu dong, Sayang. Aku kangen," rayu Bayu kepada Mytha.

"Oyah, tapi maaf. Nama lo sudah terhapus dari hati gue!"

"Bisa kita ketemuan malam ini? Aku mau ketemu."

"Buat apa?" ketus Mytha.

"Kali ini saja, Aku ingin bertemu. Mungkin ini untuk yang terakhir kali," kata Bayu beralasan, agar Mytha mau percaya dan menemuinya.

"Baiklah, ini untuk terakhir kalinya dan gue enggan bertemu lo lagi!" jawab Mytha dan langsung memutuskan sambungan ponselnya.

Bayu pun tak lama mengirimkan pesan di mana dia ingin bertemu. "Rembulan Garden?" gumam Mytha dalam hati sembari mengeryit bingung karena tak biasanya diajak ke tempat formal macam itu.

"Bukannya Resto Rembulan itu hotel? mau ngapain dia ngajak gue ke sana?" pikir Mytha akan pesan dari Bayu.

Lama Mytha dalam kebimbangan antara menerima ajakan dari Bayu atau mengabaikannya. "Apa yang ia rencanakan? Ah, gak mungin. Bilang sayang aja dia takut, gak mungkin dia macam-macam denganku," ucap Mytha bermonolog dalam batin.

Malam itu pun Mytha pergi menerima ajakan dari Bayu. Mytha berpamitan kepada Ibunya dengan alasan diajak makan malam oleh keluarga Uci, sehingga Tari pun mengijinkan.

Keluarga Uci dan Mytha sudah lumayan akrab, dari SD sampai Universitas mereka selalu bareng dan kini bekerja pun mereka dalam satu divisi di perusahaan yang sama pula.

Sesaat memasuki restoran, Mytha dihampiri pelayan dan menanyakan sudah reservasi atau belum. Saat Mytha akan menjawab terhenti tatkala Bayu menghampirinya.

"Ayo, Sayang." Bayu menggandeng tangan Mytha menuju kursi tempat mereka duduk.

Terlihat romantis, kursi dekat tembok kaca, hingga dapat melihat suasana taman restoran. Taman yang menyajikkan kerlap-kerlip lampu di sekitar kolam, di tengahnya nampak cipratan air keluar dari pancuran patung.

Pancuran patung berbentuk seorang ibu yang sedang menuangkan kendi berisi air kedalam kolam ikan. Seakan patung sang ibu sedang mengisi air dalam kolam tersebut. Mytha cukup terhanyut dalam suasana yang cukup romantis itu.

"Ayo, dimakan. Aku pesankan khusus untukmu malam ini," ucap Bayu setelah pramusaji menyajikan makanan di atas mejanya.

Tak disangka Devan berkunjung kesalah satu anak perusahaannya yakni di Hotel Rembulan, tak sengaja pula melihat Mytha sang pujaan hatinya bersama lelaki lain. Walau hatinya hancur akan tetapi Devan masih saja memperhatikan Mytha dari jauh.

"Tuan, acara sudah selesai. Mari kita pulang," ajak Rio selaku asisten pribadi Devan.

"Lo duluan aja, gue masih ada urusan," jawab Devan yang ingin menganggap Rio sang asisten sebagai sahabatnya, dan masih memperhatikan Mytha.

Walaupun Mytha bersikap acuh tapi tak dipungkiri Mytha masih menyimpan rasa dan mulai terbuai oleh rayuan Bayu. "Maaf, gue mau kebelakang sebentar," pamit Mytha.

Saat Mytha beranjak dan berlalu ke toilet, Bayu dengan sengaja memasukkan obat ke dalam gelas minuman Mytha. Dua tablet obat dimasukkan Bayu, semacam obat perangsang dan obat teler atau memabukkan. Senyum sinis pun ditampakkannya setelah melihat obat tersebut sudah terlarut menyatu dengan segelas jus jambu kesukaan Mytha.

Devan yang menyaksikan itu ingin menghentikan tapi masih ditahannya, Devan ingin tahu sejauh mana Bayu bermain dalam aksinya.

"Kenapa Bayu begitu romantis malam ini, andaikan dari dulu kau begitu," gumam Mytha di toilet. "Hmm... tapi kau terlambat, Yu," lanjut kata Mytha sambil menghembuskan nafas panjang. Bimbang akan suasana hatinya malam ini.

Saat Mytha kembali dan mulai duduk, ia seakan disuruh Bayu untuk minum, meminum minuman yang telah dicampuri dua tablet obat tadi.

"Gerah yah Myth, yuk bersulang," ajak Bayu sembari mengangkat gelasnya. "Ayo donk, sebagai salam persahabatan kita," pinta Bayu untuk bersulang, menginginkan Mytha agar cepat meminum ramuan itu.

"Baiklah." Mytha pun mulai mengangkat gelasnya, bunyi senggolan gelas merekapun membuat Bayu tersenyum.

Senyum miring dan sorot mata Bayu yang mengandung kebencianpun mulai diperlihatkannya. "Ayo, minum lagi. Untuk persahabatan kita," ajak Bayu lagi agar Mytha menghabiskan minumannya.

Tak lama kemudian,

"Aduh, ko gue pusing Yu," ucap Mytha sembari memijit pelipisnya.

"Rasakan Myth, Kau akan kumiliki selamanya. Aku cinta padamu Myth, namun kau tak mengerti diriku," ungkap Bayu. "Kau bilang Aku pengecut, Kau menghinaku, kini kau dalam genggamanku," lanjut Bayu namun Mytha tak mendengarnya, karena sudah dalam keadaan setengah sadar.

Bayu mulai memapah Mytha yang sedang nge-fly tak sadarkan diri. Kamar hotel pun sudah dipesan Bayu, sedemikian rupa rencana Bayu nampak tertata rapi.

to be continue

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Lika-liku Jodohku   Salah Mengartikan

    Sepasang paruh baya tengah bercengkrama di ruang keluarga, sesekali Pak Yuda membolak-balik korannya, entah berita apa lagi yang ingin dibacanya. Terdapat beberapa potongan kue lapis, berwarna hijau berseling putih yang bersanding dengan beberapa buah onde-onde kacang hijau beralaskan piring di atas meja sebagai peneman kopi tubruk kegemaran Pak Yuda. Ia seakan sudah candu dengan kopi tubruk buatan istrinya. "Wa'alailumsalam," jawab Bu Tari dan Pak Yuda hampir bebarengan menjawab salam dari anak gadisnya. "Pulang malam lagi, Myth?" tanya Pak Yuda pada putrinya. "Iya, Yah. Tadi mampir ke rumah Uci," jawab Mytha sambil mencium tangan Pak Yuda, bersalaman. "Uci sudah membaik keadaannya, Myth?" tanya Bu Tari baru sempat menengok Uci kemarin. Seakan tak enak, tak ikut serta dalam persidangan Uci karena kondisi Pak Yuda yang belum pulih. Namun, turut prihatin atas kejadian yang menimpa teman anaknya. "Alhamduliah, sudah baikan, Bu," jawab Mytha singkat, kini ganti punggung tangan Bu T

  • Lika-liku Jodohku   Di Kantin Kantor

    "Jadwal sekarang gue apa?" tanya Devan sinis pada Rio, sekertaris pribadinya. Rio yang profesional menjawab dengan tenang pertanyaan bosnya, sebelum masuk ke ruang presdir dan jam kantor belum dimulai, ia memang terlebih dahulu menanyakan Rosi tentang kegiatan kemarin, saat dirinya izin pulang lebih awal dari jam kerja kantor seharusnya. Devan pun kagum akan dedikasi Rio, atas jawaban yang disampaikannya. Namun, dirinya masih kesal akan kejadian kemarin, dan ditambah kejadian pagi ini di tempat parkir. Mobil Avanza biru Rio melintas tepat di sebelah mobil pajero Devan saat lampu merah telah berganti warna di perempatan, ketika mereka hendak pergi ke kantor. Devan yang mengetahui betul mobil Rio terkejut saat melihat Mytha satu mobil bersama Rio, apa lagi dilihatanya mereka sedang bercengkrama sambil tertawa, membuat dirinya semakin naik pitam karena cemburu. Cukup lama Devan memandangi mobil Avanza biru itu hingga mobil Rio melaju jauh, suara klakson kendaraan di belakang membuyar

  • Lika-liku Jodohku   Salah Paham

    Sesampainya di depan rumah Mytha, Pak Yuda tengah berada di teras. Menunggu anak gadisnya, karena sudah larut malam belum pulan tanpa kabar. Dan dengan amarah Pak Yuda bangkit dari duduknya. Namun, saat melihat yang mengantar putrinya adalah Rio, anak dari sahabatnya, emosinya pun berbalik 180 derajat. Gembira dan langsung menyambut Rio. "Loh, Nak Rio. Terima kasih sudah mengantar Mytha," Ucap Pak Yuda setelah Rio berada persis di hadapannya. Rio pun tersenyum dan mengulurkan tangannya, akan bersalaman. Seusai bersalaman, Rio langsung pamit pada Pak Yuda. Namun, Pak Yuda ingin menahan dengan berkata, "Loh ko buru-buru. Ayo masuk dulu." "Sudah larut malam, Pak. Besok saya ke sini lagi menjemput Mytha." Rio mengayunkan tangan, bersalaman pamit. Pak Yuda tersenyum dan menepuk bahu Rio saat bersalam dengannya. "Iya, Pak. Motor Mytha mogok jadi Rio mengantar Mytha." Mytha sedikit menerangkan alasan Rio besok akan menjemputnya. "O, begitu." Pak Yuda mengangguk-anggukkan kepalanya, tand

  • Lika-liku Jodohku   Mengantar Pulang

    Malam pun hampir larut, Mytha dan Rio pun pamit pulang."Maaf, Bu. Sudah malam, kami pulang dulu, besok ke sini lagi," ucap Mytha sesudah membantu Bu Darmi membereskan dan mencuci piring."Terima kasih, Nak Mytha. Terima kasih sudah membantu urus masalah ini." Tangan Bu Darmi mengelus bahu Mytha."Gak usah bilang begitu, Bu. Uci sudah saya anggap saudara, Ibu pun aku anggap Ibuku sendiri."Aku pamit menemui Uci dulu." Mytha memberi berkata pada Rio yang hendak bersalaman dengan Bu Darmi. Rio pun mengangguk dan Mytha mulai melaju menuju kamar Uci.Uci memang sudah membaik keadaannya, akan tetapi ia sedang ingin sendiri. Mereka pun memakluminya dan tidak memaksa Uci untuk bergabung makan malam bersama.Tok... tok... tok...."Gue masuk ya, Ci." Mytha mulai membuka pintu setelah mengetuk pintu 3kali, walau tak mendapat jawaban Uci dari dalam kamar.Mytha mulai mendekat ke ranjang Uci dan berkata, "Loh, ko belum dimakan?" "Apa mau gue suapin? Hahaha...," ledek Mytha memecah kesunyian. Nam

  • Lika-liku Jodohku   Penjemputan

    Di tempat lain, yakni di kantor tempat Uci bekerja, Doni dijemput oleh dua petugas kepolisian karena laporan Rio, berkaitan kasus permerk*saan terhadap Uci kemarin. Doni bersikap kooperatif, dan sore itu juga langsung digelandang petugas kepolisian untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Seperti hal nya Uci, Doni pun mendapat pemeriksaan medis. Dipenghujung senja itu, darah dan urine Doni diambil untuk sampel DNA guna mensinkronkan bukti atas kasus tersebut. Tak lupa juga tubuh Doni difoto oleh petugas, dan memang terdapat beberapa cakaran di punggung Doni. Doni menyadari akan hal itu, wajahnya sontak terkejut dan murung seakan tidak bisa mengelak, ia tengah merasa semua bukti menjurus padanya, dirinya harus bertanggung jawab akan apa yang telah diperbuatnya. Setelah pemeriksaan selesai, Doni meminta izin menghubungi pengacaranya, guna membantu dalam kasusnya. Petugas kepolisian pun mengijinkan, dengan didampingi petugas, Doni mulai menelepon salah satu pengacaranya dengan mengg

  • Lika-liku Jodohku   Melakukan Visum

    Terlihat jendela kamar Uci dari semalam belum dibuka, Mytha mulai membuka tirai berwarna merah muda yang menyelimuti jendela kamar Uci. Sirkulasi udara pun mulai berganti, hawa sejuk mulai memasuki ruangan kamar. Sinar mentari dengan lancangnya langsung menerangi sebagian ruangan. Mytha mulai berbalik badan dan menghampiri Uci, mulai merapikan tatanan rambut sahabatnya yang terlihat acak-acakan, bisa dipastikan dari semalam. Sementara di luar ruangan, Rio dan Bu Darmi sedang berbincang langkah apa yang akan ditempuh untuk menyelesaikan permasalahan yang tengah ditimpa Uci. "Maaf, Bu. Uci dari semalam belum diapa-apain kan? Maksudnya belum mandi atau bersih-bersih badan?" tanya Rio sedikit menyelidik akan keadaan Uci. "Belum, Nak Rio. Ibu tidak berani dan kasihan melihat sikap labil yang sedang Uci," jawab Bu Darmi. "Ibu hanya menemaninya dan menenangkannya hingga Uci tertidur. Jendela kamar pun sengaja tidak Ibu buka, takut Uci histeris." Cerita Bu Darmi sambil menyeka air mata ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status