Share

Pesta Ulang Tahun Perusahaan

Samuel, murka saat menerima kabar yang terjadi pada Andien. Ia segera terbang kembali dan menemui Andien, atas perintah Fabio. Fabio sendiri belum bisa pulang, di karenakan masih harus berkeliling memimpin pertemuan di berbagai negara. Ia juga mengkhawatirkan keadaan Andien. Namun, ia sedikit lega, saat mendengar jika saat ini, Samuel telah berada di samping Andien.

Samuel tiba di rumah dan langsung menemui Andien di kamarnya.

"Sweety, apa yang terjadi?" tanya Samuel yang memperhatikan Andien, dari atas sampai bawah. Memperhatikan setiap jengkal kulit Andien, jika ada yang terluka.

"Sam, tenanglah. Aku tidak apa-apa!" hibur Andien..

"Tapi, bagaimana bisa insiden itu terjadi. Mengapa di menyakitimu?" Berbagai macam pertanyaan di lontarkan Samuel pada Andien. Gadis itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Duduk dan tenanglah, aku akan menceritakan semuanya padamu," ajak Andien yang membawa Samuel duduk, kemudian mulai bercerita tentang kejadian yang menimpanya. Samuel mendengarkan dengan seksama cerita Andien. Sesekali Samuel menautkan alisnya, ketika Andien menceritakan puncak kejadiannya. Samuel pun penasaran dengan sosok dosen yang menolong Andien.

Setelah selesai mendengarkan cerita Andien, Samuel keluar dari kamarnya dan menghubungi salah satu anak buahnya dan memerintahkannya untuk mencaritahu tentang sosok sang dosen.

Setelah beberapa hari mencaritahu, akhirnya Samuel mengetahui sosok dosen yang membantu Andien. Dia adalah Victor, dosen seorang pembimbing di kampus Andien. Dia hanya seorang dosen pembimbing biasa, yang tidak berbahaya bagi Andien. 

"Kalian sudah tau, siapa gadis itu?" tanya Samuel pada anak buahnya, yang ia utus untuk mencaritahu tentang Susan.

"Namanya, Susan. Dia memiliki kelainan,"

"Kelainan?" Samuel tampak penasaran dengan sosok Susan. Anak buahnya pun mulai bercerita, jika Susan memiliki kelaian yang menyimpang. Ia penyuka sesama jenis. Susan mendekati Andien, karena gadis itu menyukai Andien. Susan sengaja berteman dengan Andien, agar ia bisa dekat dengan Andien.

"Susan marah, karena setelah beberapa hari, nona Andien mulai menjauhinya. Ia merasa marah dan cemburu, melihat nona Andien dekat dengan teman perempuannya yang lain." jelas anak buah Sam.

Samuel hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Disaat yang normal mencari pasangan yang sempurna. Sebagian lagi malah terperangkap dalam langkah yang salah.

Samuel pun, mengetatkan penjagaan untuk Andien. Sebenarnya, ia ingin memindahkan Andien ke kampus yang lain. Tapi, Andien menolak. Dengan alasan dia telah nyaman dengan keadaan kampsunya yang sekarang.

Fabio merasa tenang saat mendapat kabar dari Samuel yang menyatakan jika Andien baik-baik saja. Ia pun kembali bekerja dengan tenang. Fabio berjanji akan segera pulang, jika semua urusannya disini selesai.

*

Leo mulai menjalankan rencana keduanya. Ia mendaftarkan dirinya, di kampus tempat Andien menimba ilmu. Setelah menyelesaikan semua urusannya. Leo resmi menjadi salah satu mahasiswa di kampus Andien.

Setelah sarapan, Andien bergegas ke kampus. Diantar oleh Samuel.

"Sam, kau tidak perlu menambah pasukanmu, untuk mengawalku," protes Andien saat ia melihat beberapa orang lagi yang bertubuh besar, tampak telah menunggunya di bawah.

"Kali ini, kau tidak membantah, Sweety. Ini perintah langsung dari Fabio, itu mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat." jelas Samuel

Andien hanya mengembus nafas kesal. Tapi, akhirnya, ia tetap menurut dan mengikuti semuanya. Bagi Andien, apa yang dilakukan oleh kelima saudaranya, semata-mata ingin menlindunginya dan melakukan yang terbaik untuknya.

Tiba di kampusnya, mata Andien tertuju pada satu sosok yang sedang berdiri di sudut dinding.

"Leo," gumam Andien.

Samuel mendengar apa yang Andien ucapkan. Ia pun segera melihat ke arah lurus ke depan. Andien turun dari mobilnya dan segera menghampiri Leo.

"Leo," sapa Andien.

"Andien!" seru Leo tampak berbinar.

"Kamu, ada disini?" tanya Andien.

"Nanti aku ceritakan. Tapi, sebelumnya, kau mau mengantarkan aku ke ruang adrimistrasi. Ada sesuatu yang harus aku urus," pinta Leo.

Andien tampak menoleh ke arah Samuel sejenak. Mendapat anggukkan dari Samuel, Andien pun mengiyakan ajakan Leo. Mereka pun berapamitan pada Samuel dan segera masuk ke gedung kampus.

Hari-hari berlalu, Leo dan Andien semakin dekat. Leo selalu menemani Andien kemana pun Andien pergi. Sejak kehadiran Leo, Andien tidak merasa kesepian lagi. Disaat kelima saudaranya sibuk dengan urusannya. Samuel pun telah menceritakan semuanya tentang Leo pada yang lainnya, terutama Fabio. Namun, Fabio tetap merasa curiga dengan sosok Leo. Fabio tetap meminta anak buahnya untuk, mencaritahu siapa Leo sebenarnya.

Bagi Fabio, kemunculan Leo bukan sebuah kebetulan. Tapi, Samuel dan yang lainnya menggoda Fabio dengan mengatakan. Jika saat ini, ia hanya merasa cemburu melihat Andien dekat dengan seeorang. Fabio hanya tersenyum menanggapi ucapan saudaranya. Tapi, jika boleh jujur. Sebenarnya, Fabio memang merasa tidak nyaman melihat Andien dekat dengan pria lain.

Perasaan Fabio, masih sama seperti dulu. Fabio hanya bisa menyimpan perasaannya jauh di dasar hatinya. Ia takut, jika ia meluahkan perasaannya. Hubungannya dengan Andien, yang semula dekat menjadi jauh.

"Jika menahan rasaku padamu, bisa membuatku lebih dekat denganmu. Biarlah, aku menyimpan rasa ini, jauh di dasar hatiku," batin Fabio.

Fabio tersenyum menatap photo Andien di layar ponselnya. Tidak lama kemudian, sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. Senyum Fabio terkembang, saat melihat nama si pengirim yang tertera di layar gawainya. 

         "Fab, kamu harus pulang saat ulang tahun perusahaan nanti."

Fabio membalas pesan Andien, senyumnya terkembang saat melihat balasan dari Andien. 

*

Pesta ulang tahun perusahaan di selenggarakan dengan meriah. Tamu berdatangan dari berbagai kalangan. Andien terlihat bahagia melihat kelima saudara laki-lakinya hadir menemaninya. Yang membuat Andien tak kalah senang, Samuel juga membawa Clara bersamanya. Samuel sengaja mengundang Clara.

"Kamu, kenapa bisa ada disini?" tanya Andien.

"Sam, yang memintaku datang dan dia juga yang mengundangku," jawab Clara.

"Oh ya?"

Clara menganggukkan kepalanya.

"Sepertinya, aku jatuh cinta sama, Sam," celetuk clara.

"Udah berubah lagi?" sahut Andien.

"Mau bagaimana lagi. Fabio terlalu kaku, sedangkan, Sam dia sangat agresif," sambung Clara sembari menatap Samuel dari kejauhan.

"Fabio itu gak kaku, dia cuma gak tau bersikap di depan wanita," bela Andien.

"Oh ya, dari mana kamu tau?" pancing Clara.

"Buktinya, saat bersamaku dia bisa menunjukkan sikapnya," bela Andien lagi.

"Itu karena kamu Adiknya," sela Clara.

"Adik? Mungkin juga," gumam Andien lemas.

"Sweety, acaranya akan segera di mulia. Ayo!" kata Fabio mengulurkan tangannya.

Andien, menyambut dan mengikuti langkah Fabio. Andien dan kelima saudaranya meniup lilin dan memotong kue ulang tahun. Kemudian saling menyuapi satu sama lainnya. Semua yang hadir terlihat haru melihat betapa dekatnya mereka, meski bukan sedarah.

"Andien, ayo berdansa denganku," celetuk si kembar Andrew.

"Tapi, setelahnya aku ya," sambung Christian.

Andien mengangguk, kemudian mulai melangkahkan kakinya dan berdansa bersama Andrew. Terlihat senyum tidak pernah luntur dari wajah Andien. Fabio terus memperhatikannya dan tersenyum.

"Bagaimana, Fab, apa kau akan mengatakannya hari, disini?" tanya Samuel.

"Tidak Sam, aku tidak mau jadi pusat perhatian," jawab Fabio.

Samuel mengerti apa yang di maksud Fabio. Fabio tidak mau jika nantinya, Andien akan merasa tidak nyaman.

"Kau tidak ingin berdansa dengannya, Fabby?" goda Samuel.

"Aku akan menunggu giliranku, seperti biasa. Aku pasti selalu berada di belakang kalian." sahut Fabio tersenyum sambil merangkul pundak Samuel.

Samuel hanya mengangguk dan tersenyum. Benar saja, tidak lama kemudian Lucas membawa Andien dan menyerahkannya pada Fabio. Setelah selesai berdansa, Fabio membawa Andien, untuk menyapa para tamunya. Ia juga memperkenalkan Andien sebagai putri tunggal dari mendiang Antonio, kepada beberapa orang kepercayaanya.Ternyata banyak yang tidak tahu, jika Antonio memiliki anak perempuan.

Hingga tiba dimana, seorang tamu yang baru saja datang dan membuat semuanya berubah. Andin memperhatikan wajah Fabio, yang tiba-tiba berubah mengeras. Ia terlihat sedang menahan amarahnya. Ia Clara untuk membawa Andien masuk, tapi terlambat. Tamu itu telah menghampiri Andien terlebih dahulu.

"Hallo, boleh aku berdansa denganmu?" pinta Leonard.

Andien terlihat menatap dalam ke arah manik biru milik Leonard. Pemuda itu terasa familiar di mata Andien. Andien berpikir sejenak, untuk mengingat dimana ia pernah melihat sosok tampan yg ada di hadapannya ini.

"Apa kau tidak mau berdansa denganku?" tanyanya lagi.

Andien tersadar, ia pun melirik ke arah Samuel dan Fabio. Keduanya menganggukkan kepalanya. Andien pun mengiyakan ajakan Leonard.

"Namaku Leonard, siapa nama Tuan putri yang bersamaku?" rayu Leonard.

"Andien," jawab Andien singkat.

"Nama yang bagus, cocok dengan pemiliknya," goda Leonard.

Andien merasa tidak nyaman dengan sikap Leonard, ia pun menghentikan langkahnya dan segera mendekati Fabio dan Samuel.

"Ada apa?" tanya Fabio.

"Aku lelah," jawab Andien.

Fabio melirik ke arah Samuel dan memberi kode. Samuel pun kembali meminta Clara, untuk membawa Andien ke kamarnya.

"Anda mau ke mana, Nona Andie?" tanya Leonard mendekati Andien. Melihat itu, Samuel segera pasang badan dan menghadang Leonard.

"Maaf, Tuan Leonard. Sepertinya, Adik saya sudah lelah," sahut Fabio, yang menahan langkah tamunya.

"Tapi, aku masih ingin bicara padanya dan ingin mengenalnya lebih dekat," terang Leonard.

"Maafkan saudari saya Tuan, dia tidak boleh terlalu lelah. Itu bisa menganggu kesehatannya," sambung Samuel.

Leonard, tampak tidak mau memperpanjang masalah ini. Saat ini, ada Samuel di hadapannya. Ia juga tahu siapa Samuel, baginya lebih baik ia mengalah lebih dulu. Demi menarik simpati dari Andien, Leonard pun memilih mundur dan pergi meninggalkan pesta.

"Apa yang di lakukan si gila itu di sini?" cetus Lucas.

"Aku pun tidak tau, apa kau mengundangnya, Fab?" tanya Samuel.

"Tidak!" jawab Fabio singkat.

"Lalu bagaimana ia bisa masuk ke sini? Sedangkan, semua tamu kita memiliki undangan," sambung Andrew.

"Kau benar, Ndrew. Bagaimana mungkin dia bisa masuk kalau dia tidak ada undangan. Aku akan memanggil penjaga gerbang dan bertanya." Lucas melangkah dan bersiap untuk memanggil penjaga.

"Tunggu, Lucas," tanan Fabio.

Semua orang menoleh ke arah Fabio.

"Jangan!" lanjut Fabio.

"Kenapa?" tanya Lucas.

"Aku tidak mau banyak yang tau, kalau kita tidak mengundangnya," jelas Fabio.

"Maksudmu?" tanya Lucas.

"Aku faham apa yang kau pikirkan, Fab," sambung Samuel.

"Kalian bicara apa?" tanya Lucas  bingung.

"Sudahlah, lebih baik sekarang. Kita semua istirahat, besok bangun pagi dan kita semua akan ke makam ayah," putus Fabio.

Mereka semua pun membubarkan diri dan kembali ke kamar masing-masing. Hanya Fabio yang masih duduk di ruang kerjanya.

"Aku yakin, ada penyusup dan pengkhianat disini. Aku akan mencaritahu dan menemukannya," gumam Fabio. Ia pun segera beranjak dan kembali ke kamarnya.

bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status