Share

2. kenyataan pahit

last update Huling Na-update: 2023-10-05 22:05:11

Sejak kejadian itu, hubungan ku baik dengan Mas Danu maupun keluarganya menjadi renggang. Bahkan, Mas Danu sering kali urung-uringan terhadapku. Tapi, aku tetap membiarkan saja. Mungkin dia juga bingung masalah uang untuk adiknya itu.

Toh kebingungan yang dia rasakan saat ini, juga karena ulahnya sendiri.

Dan sebagai langkah antisipasi, aku terpaksa menyimpan semua perhiasan ku ditempat yang aman.. karena memang sejak awal Mas Danu sudah mengincarnya. Aku takut, jika aku lengah, dia bakal mengambil ya dariku

"Ma, Ayah kemana?" Tanya Arina, putri kecil kami yang masih berusia lima tahun.

"Ayah kerumah Uti, Nduk!"

"Kok kita gak pernah diajak kesana ya, Ma?"

Pertanyaan gadis kecil ini membuat ku bingung untuk menjawab apa. Karena, aku juga tak mungkin mengatakan jika mereka sudah tak menyayangi kita. Itu sama saja, aku mempengaruhi putri kecilki untuk membenci keluarga Mas Danu.

"Emang Kakak mau kesana?" Tanya ku yang langsung dijawab anggukan kecil oleh nya.

Aku hanya menghela napas. Memang, jarak rumah kami tak seberapa jauh. Hanya terpaut kurang dari setengah jam saja dari rumah yang dulu diberlikan oleh orang tuaku ini. Karena dulu, mereka habis menjual separuh sawah mereka yang memang begitu lebar.

Alasanya, karena Bapak sudah tak mampu menggarap sawahnya yang sangat luas itu. Hingga, sebagian hasil uang nya dibagi dua untuk ku, dan juga adik ku, Ica.

Uang yang kudapat empat tahun lalu itu, lantas ku belikan rumah  yang terbilang sangat sederhana atas nama ku.  Yang penting, aku tak hidup serumah dengan mertua. Karena dulu sebelum punya rumah ini, aku dan Mas Danu tinggal ngontrak dirumah orang.

Sedangkan Ica, uang pemberian dari Bapak di belikan tanah lagi di daerah tempat tinggalnya. Karena suaminya sudah memiliki rumah, sebelum mereka menikah. Sebab, suami Ica bekerja disalah satu perusahaan BUMN, yang otomatis penghasilanya juga lumayan banyak.

Aku bersyukur, melihat adik kandung ku ini hidupnya makmur. Walaupun suaminya juga termasuk orang berada, tapi saat melakukan pesta pernikahan pun, dia tak mempermasalajkan jika diadakan secara sederhana seperti pernikahan dulu.

Beda dengan Adik kandung Mas Danu yang menurutku banyak gaya itu. Setiap kali membicarakan soal Kaila, entah kenapa aku merasa sakit hati.

"Ma, ayo... Katanya mau kerumah Uti!" Ucapan gadis kecil ini membuyarkan lamunan ku.

"Iya, kita ganti gaju dulu ya Nduk!"

"Yeee, horeee... Oke Ma!" 

Kami berdua berjalan menuju kamar, untuk mengganti pakaian. Sejujurnya, aku tak ingin sekali kesana. Tapi karena Arina yang meminta, dengan sangat terpaksa aku menurutinya. 

Memang Mas Danu benar-benar begitu kelewatan. Dia yang memiliki masalah sama aku, tapi amarahnya juga dia lampiaskan pada putri kandung nya yang sama sekali tak tau apa-apa ini.

Setelah selesai, aku mulai melajukan sepeda motor menuju kediaman Ibu dengan perasaan yang tak menentu. Aku kasian jika nanti Arina disana tak dianggap. Padahal, gadis kecil ini begitu sayang dengan mereka.

Kalau untuk aku, lebih baik aku didiamkan malah lebih baik. Ketimbang diajak ngobrol, tapi bahasan nya hanya uang, uang, dan uang.

Kadang aku juga heran sendiri. Mas Danu bilang jika calon suami si Kaila itu kaya raya, tapi kenapa tidak mau membantu biaya pernikahan mewah mereka? Atau jangan-jangan itu hanyalah akal-akalan mereka? Maklum, sampai detik ini juga aku masih belum pernah lihat calon suaminya.

Karena, saat prosesi lamaran mereka berlangsung, kebetulan aku dirumah kedua orang tuaku. Tapi lebih tepatnya, mereka sengaja tak memberi tahuku dari awal. Dari sini saja aku sudah bisa merasa, jika memang aku menantu yang tak dianggap.

Apa ini karena efek aku jarang sekali memberikan apa yang Ibu mau? Berbeda dengan Santi dan Deni yang begitu loyal pada beliau. Andai saja Mas Danu seloyal Deni, mungkin aku juga bakal bisa seperti Santi.

Boro-boro untuk memenuhi gaya hidup Ibu mertua. Orang untuk hidup ku dan Arina saja, aku juga harus ikut pontang panting mencari tambahan biaya untuk bertahan hidup.

*****

Sepeda motorpun terparkir tepat didepan halaman rumah Ibu mertua. Kulihat keadaan begitu sepi. Tapi, mobil Mas Dani juga sudah terparkir cantik disana. Mobil second, yang dia beli dari hasil bekerja nya dulu.

"Yuk Nduk, turun. Helmnya taruh sana aja.!" Ucapku sambil menunjuk meja kecil yang ada di depan rumah.

"Iya Ma...!"

Kami berdua pun melangkah menuju teras, dan melepas helm. Arina langsung duduk dikursi, sedangkan aku langsung berdiri diambang pintu untuk mengetuk pintu.

"Apa si Gandi sama sekali tak membantu biaya pernikahan nanti, Kai? Apa lagi katamu Gandi anak orang kaya. Masa' dia gak mau bantu?"

Terdengar suara Mas Danu yang sedang berbincang dengan Kaila. Sehingga membuatku urung untuk mengetuk pintu, guna bisa mendengar obrolan mereka.

"Kamu kenapa tanya seperti itu Dan? Apa kamu gak ikhlas bantu biaya pernikahan adikmu ini? Apa jangan-jangan kamu sudah terhasut dengan istrimu yang juga tak mau membantu Ibu?" Terdengar suara bentakan dari wanita yang melahirkan nya itu, dengan sedikit emosi

"Bukan gitu Bu, sudah pasti aku mau bantu. Tapi masalahnya, apa iya si Gandi sama sekali tak membantu sepeserpun? Aneh aja gitu menurutku. Aku dulu yang menikah secara sederhana aja juga ngasih uang dapur ke Lita, meskipun tak banyak sih!" Mas Danu juga nampaknya sedikit emosi 

"I-itu Mas, sebenarnya dia ada ngasih uang dua puluh juta. Cuman... Mmm, uda habis aku buat perawatan Mas. Kamu kan tau, kalau nanti aku harus tampil cantik diacara pernikahan ku nanti Mas!" Kilah nya

"Astaga Kai, Kai... Masa' uang gajimu masih belum cukup untuk biaya hidup mu sehari-hari?" Uacapan Mas Dani terdengar begitu kecewa. Sama seperti diriku yang ikut menahan geram dengan kelakuan adik iparku ini.

Tak habis pikir juga dengan pola pikirnya yang katanya pintar, tapi ternyata bobrok nya naudzhubillah 

"Kamu kenapa sih Dan, malah menyalahkan Kaila? Lagian itu kan hak dia mau menggunakan uang dari Gandi buat apa. Seharusnya kamu juga sebagai kakak, tetap menyediakan uang buat dia."

"Tapi Bu, aku juga uang dari mana? Ibu kan tau sendiri, jika semua gajiku sudah aku serahkan pada Ibu. Hanya kepotong untuk Lita sejuta, dan ongkos ku sejuta. Sisanya yang hampir lima juta lebih juga Ibu pegang semua."

Duuar!!!

Bagaikan disambar petir, aku begitu terkejut mendengar penuturan Mas Danu. Hingga tak terasa, butiran bening mengalir begitu saja membasahi pipi ini.

Tapi buru-buru aku hapus sebelum dia tau. karena aku tak mau terlihat lemah di depannya. yang justru akan membuat dia menjadi besar kepala.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   25. arisan bodong

    Seusai sholat maghrib, seperti biasanya Mas Danu langsung menemani Arina belajar. Melihat sifatnya yang kini semakin sayang pada keluarga,buat hatiku sedikit tersentuh.Sedangkan aku, memilih untuk menyelesaikan baju pesanan Sofia. Takut tak keburu nantinya dan mengecewakan dia yang sudah terlanjue berharao padaku Hmmmmng!!!Suara deru mesin mobil terdengar didepan rumah. Kami berdua pun saling pandang. Dan dengan sigap, Mas Danu melangkahkan kaki kedepan, untuk melihat siapa yang datang.Aku pun masih meneruskan kegiatan ku memotongi kain sesuai ukuran. Dan Arina, masih sibuk belajar berhitung."Huhuhu, Ibu bingung Dan... Ibu harus bagaimana?" Terdengar suara Ibu yang sedang memangis tersedu diruang tamu.Karena rasa penasaran yang membuncah, aku pun memberanikan diri untuk mendekat kearah mereka.Kulihat Ibu duduk dikursi disamping Deni yang mengantarkan kemari dengan deraian air mata dan muka yang sembab. Aku sampai tak tega melihatnya. Ku beranikan diri mendekat kearah beliau, da

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   24. ancaman

    Setelah mendapat teguran dari Bapak, aku merasa jika sikap Mas Danu pada kami berubah. Entah itu hanya sementara, atau memang tulus dari dalam hatinya.Takutnya, sifatnya itu hanya sementara. Persis saat dulu dia melakukan kesalahan. Setelah ku tegur, dia berubah menjadi suami yang baik. Akan tetapi, kemudian dia lakukan lagi.Kalau diingat-ingat, hal itu sangat menyebalkan. Tapi aku tau, jika selalu mendiamkan Mas Danu, dan menolak ajakan nya untuk memadu kasih, yang ada aku malah menumpuk dosa."Aaaah, bingung!" Gumamku seraya menutup wajah dengan kedua telapak tangan ku.Drrt... Drrt... Drrrt...Kulirik hp yang bergetar saat panggilan masuk dari Sofia ku terima. Dan gegas, aku langsung mengangkat nya "Hallo, Assalamualaikum Mbak Lita!" Sapanya"Eh iya, Waalaikumsalam Fi! Gimana?" Tanya ku balik."Iya aku mau otw sana Mbak.""Oh iya. Bawa mobil sendiri?" Tanya ku balik"Iya Mbak. Mas Rian sibuk soalnya." Jelasnya"Oke, hati-hati ya Sof."Panggilan pun berakhir. Sedangkan aku mulai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   23. sesuatu

    Kaila masih diam, dan tak kunjung menjawab pertanyaan ku. "Kai, gimana? Bisa gak?" Tanya ku memastikan.Entahlah, aku sudah membuang jauh-jauh pikiran buruk dan rasa maluku pada adik kandung ku sendiri. Toh aku juga hanya meminjam, bukan memintanya kembali.Aku ingin, hubungan rumah tanggaku kembali harmonis seperti dulu meskipun aku tau, hubungan Ibu dan Lita bakal semakin memburuk. Tapi aku sangat menyayangi keluarga kecilku. Jangan sampai, ada sesuatu hal yang membuat kami berpisah nantinya."Aku belum bisa kasih jawaban sekarang Mas!" Ucap Kaila yang langsung pergi dari hadapan ku. Begitupula Ibu yang juga ikut masuk kedalam kamarnya meninggalkan aku sendirian disini. Ku rebahkan tubuh diatas sofa empuk, dengan sedikit memberikan pijatan ringan dikepala yang kini mulai sedikit terasa pening.Hingga tak lama kemudian, aku pun memutuskan untuk pulang kerumah tanpa berpamitan pada Ibu yang sudah terlanjur berada didalam kamar.Ku pacu mobil dengan kecepatan sedang. Dan baru sampai

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   22. meminta maaf

    "Hmmm, kamu tau kenapa Bapak panggil kesini?" Tanya Bapak memulai percakapan saat kami sudah duduk disofa sedangakan Arin, seperti biasa main kerumah Vika.Aku hanya menggeleng lemah tanpa berani memandang wajah mereka."Kamu tau Dan, kami semua kecewa dengan sikap kamu. Sebagai seorang lelaki, kamu sudah menyia-nyiakan anak Bapak, terutama dikeluarga mu yang terlalu dholim pada putriku. Dan kamu sudah sangat berani mengambil hak yang memang bukan hak mu.Kenapa kamu lakukan semua ini? Apa kamu gak tau, kewajiban suami itu seperti apa? Lagian, apa salah Lita sampai keluargamu memperlakukan nya seperti ini?Dari awal menikah, kamu sudah memperlakukan putri dengan tak baik, rasanya Bapak ingin mengambil kembali Lita dari tangan mu. Tapi Bapak sadar, masih ada Arin yang mmebutuhkan kalian. Tapi, Bapak sakit hati melihat kelakuan keluargamu!"Aku hanya bisa tertunduk dan mengucap kata maaf."Maaf Pak, maafkan saya. Semua ini memang salah saya! Saya janji Pak, bakal berubah." Ucapku tulus

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   21.danu menciut

    Malam ini, aku sengaja begadang bersama saudara-saudara yang datang dari luar kota. Karena besok adalah hari resepsi pernikahan Kaila.Dari tadi siang, seusai sholat jum'at, aku sama sekali tak melihat sosok Gandi ada disini. Berkumpul bersama keluarga yang lainya. Apa memang dia sengebet itu ya pingin merasakan malam pertama.Padahal aku dulu juga tak segitunya lo. Justru malam pertama ku dengan Lita sedikit terganggu karena banyak nya tamu yang datang. Bahkan, aku baru bisa berduaan dengan nya saat dini hari. Itupun karena Bapak mertua yang menyuruhku untuk masuk kedalam dan beristirahat "Pengantinya dari tadi dikamar terus Dan?" Tanya Pakde Putra saat kami sedang berkumpul"Hahaha kamu ini, kayak gak tau pengantin baru aja. Ya mumpung ada kesempatan, langsung gas dong!" Timpal lek Agung disertai gelak tawanya."Tapi kok ya kebacut banget. Mbok ya ikut kumpul-kumpul barang lima menitan gitu lo maksut aku. Kayak kurang etis aja. Banyak saudara disini kok malah ditinggal angrem." Tuk

  • Lima Puluh Juta untuk Pernikahan Iparku   20.Pov. danu

    Pikiran ku benar-benar kacau. Ibu tiap hari menagih uang hampir setiap hari untuk resepsi pernikahan Kaila. Aku pusing, dapat uang segitu banyak nya dari mana? Orang tabungan juga cuman ada tiga juta. Lalu, sisanya aku juga harus cari dimana?Sebetulnya aku juga tak menyalahkan Lita jika waktu dia menolak membantu uang yang lumayan banyak, dan meminta Kaila untuk mengadakan pesta yang sederhana seperti pernikahan ku dulu.Tapi apalah daya, aku tak mampu menolak keinginan Ibu. Aku takut dicap durhaka. Apalagi, aku pernah dengar ceramah, jika memberikan uang pada Ibu, rejeki kita justru malah semakin lancar. Hingga akhirnya aku malah memarahi Lita. Dan ini membuat hubungan ku dengan nya menjadi dingin. Bahkan, kami jarang sekali menghabiskan waktu berduaan. Rasanya bila melihat wajahnya, rasa kecewa ku padanya makin subur.Maka dari itu, aku lebih memilih menghabiskan waktu dirumah Ibu. Setidaknya, disini aku bisa melakukan apapun yang kusuka. Tapi ya itu tadi, ibu selalu menanyakan ka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status