Share

Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh
Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh
Author: Qiana

Bab 1

Author: Qiana
Di kamar tidur, cahaya lampu berkedip temaram.

Setelah kemesraan yang mendalam, Selina terbaring dengan wajah merona dan mendekap erat dalam pelukan Revan. Jiwa dan raganya masih gemetar lirih.

Lima tahun setelah pernikahan, Selina dan Revan semakin mesra dan bahkan lebih dekat dari saat mereka berbulan madu. Ini adalah tamparan keras kepada mereka yang pernah mengejek dan menghina Selina.

Hanya satu yang disayangkan. Sejak kejadian lima tahun lalu, Selina menjadi tuli dan tidak bisa mendengar suara Revan lagi.

Melalui berbagai tes, dokter menegaskan bahwa masalahnya bukan gangguan organ, tapi karena faktor psikologis.

Untung saja, kondisinya semakin membaik setelah menjalani terapi psikologis. Pendengarannya sudah bisa pulih dengan segera.

Lima tahun lalu, Revan melawan segala rintangan dan bertekad tetap menikahinya. Jika tidak, Selina mungkin sudah tidak punya keberanian untuk bertahan hidup.

Apalagi berjalan keluar dari bayang-bayang trauma dan merangkul kebahagiaan lagi.

Jari Revan bermain-main dengan rambut di sekitar telinga Selina yang basah karena keringat. Tapi dia mendadak berhenti setelah memandang sekilas pada pesan yang baru masuk di ponselnya.

"Ada apa?" Menyadari perubahannya, Selina menengadah dan bertanya dengan cemas.

Suaranya agak serak karena dia tidak suka bicara.

Dia enggan bicara di hari-hari awal ketuliannya.

Baru setelah bimbingan dan motivasi dari Revan yang sangat sabar, dia memupuk keberanian untuk bicara lagi.

"Ada masalah di kantor, aku harus ke sana." Revan mencium keningnya, tampak tidak ingin berpisah. Suaranya bernada meminta maaf. "Aku nggak bisa bantu kamu mandi."

Pipi Selina memerah dan dia bergumam malu-malu, "Nggak apa-apa. Aku bisa sendiri."

Revan sangat memanjakan dirinya dan tidak pernah membiarkannya melakukan pekerjaan rumah. Bahkan mandi setelah bercinta pun menjadi tanggung jawabnya.

Selina sangat dimanjakan sampai hampir lupa cara merawat dirinya sendiri!

Revan mencium matanya dan sudut bibirnya lagi, lalu mengingatkannya dengan cemas, "Habis mandi langsung tidur. Jangan tunggu aku pulang."

Dia sengaja bicara perlahan agar Selina dapat membaca ucapannya melalui gerakan bibir.

Selina bisa membaca bibir. Revan memanggilkan guru khusus untuk mengajarinya.

Sungguh suami yang sangat baik!

Dipenuhi rasa bahagia, Selina pun mengangguk patuh.

Revan mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang sebelum bangkit dan pergi mandi di kamar tamu.

Setelah berganti pakaian, dia turun ke bawah mengenakan setelan rapi dan pergi dengan mobilnya.

Selina juga sudah selesai mandi dan berdiri diam di balik tirai, menyaksikan mobil suaminya menghilang dari pandangan. Barulah dia kembali ke tempat tidur.

Setelah pernikahan mereka, Revan secara resmi mengambil alih perusahaan keluarganya, Grup Nirwana. Perlu waktu lama baginya untuk menaklukkan para eksekutif dan pemegang saham lama yang suka memberontak. Setelah itu, dua tahun terakhir ini, dia sibuk melakukan restrukturisasi perusahaan.

Selina merasa kasihan melihatnya selalu sibuk tanpa henti.

Karena kejadian lima tahun lalu, dia tidak bisa mengambil alih saham perusahaan warisan ibunya. Sekarang, membantu Revan pun tidak bisa.

Selina mendesah ringan dan berbaring, segera tidur dengan patuh.

Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah menjaga kesehatannya dengan baik agar tidak membuat Revan khawatir!

Tengah malam.

Saat tertidur pulas, suara-suara samar tiba-tiba mencapai telinga Selina.

Kedengarannya seperti suara mobil memasuki vila.

Selina mengerjapkan mata. Setelah dua detik, dia terbelalak dan duduk tegak.

Dia sungguh terkejut.

Terdengar suara pintu terbuka di lantai bawah dan suara ketukan sepatu kulit di lantai.

Lama kelamaan semakin jelas.

Selina perlahan mengangkat tangannya, menyentuh telinganya dengan rasa tidak percaya.

Pendengarannya pulih?!

Hanyut dalam kegembiraan, dia melompat dari tempat tidur dan ingin segera menceritakan kabar baik ini ke Revan. Akan tetapi, sebuah ide nakal tiba-tiba muncul dalam benaknya.

Dibuat kejutan saja!

Selina berbaring kembali di tempat tidur, tidak dapat menahan senyuman di bibirnya.

Revan pasti akan sangat senang jika tahu pendengarannya pulih!

Mungkin karena sudah lama tidak mendengar suara apa pun, telinga Selina sekarang jadi sangat peka.

Dia mendengar langkah kaki Revan yang semakin dekat dan suaranya bicara di telepon.

Di tengah keheningan malam, suara rendah Revan bagaikan nada-nada cello yang merdu dan menenangkan, menyentuh hati terdalamnya.

Suara Revan bahkan lebih indah dari yang dia bayangkan!

Jantung Selina berdegup kencang, lalu tiba-tiba berdebar lebih liar lagi hingga hampir melompat keluar dari tenggorokannya.

"Ada aku di sini. Selina nggak akan menghancurkan pernikahanmu dengan Ardian!"

"Asalkan kamu bahagia, aku rela memberikan nyawaku untukmu. Menikah dengan wanita yang nggak kucintai itu bukan apa-apa."

"Mana mungkin sama? Aku mencintaimu karena aku benar-benar menginginkan yang terbaik untukmu. Aku memperlakukan Selina dengan baik biar dia nggak meninggalkanku. Lama-lama, Ardian pasti menyerah sepenuhnya."

"Tenanglah, jangan menangis lagi. Hubungi aku kapan saja kalau ada masalah. Aku akan selalu ada untukmu. Nggak ada yang lebih penting darimu!"

Mata indah Selina membelalak dan pupil matanya bergetar hebat tak terkendali.

Apa yang dibicarakan Revan?

Dia pasti salah dengar.

Pintu terbuka dan langkah kaki semakin mendekat.

Napas Selina tercekat.

Dia mencengkeram seprai erat-erat dan menggigit bibirnya sekeras mungkin. Dia tadi nyaris tidak mampu mengendalikan gemetaran di tubuhnya.

"Jangan takut. Aku sudah hapus sendiri semua jejak insiden lima tahun lalu. Kalaupun Ardian curiga dan mau menyelidiki ulang, dia nggak akan mendapat apa-apa."

"Aku masih punya foto-foto asli Selina, tapi aku menyimpannya cuma untuk saat-saat genting."

"Apa pun yang kamu khawatirkan, biar aku yang urus. Sudah malam, ayo tidur yang tenang. Nanti kuceritakan kisah pengantar tidur!"

Revan melepas dasinya dan berjalan ke sisi lain tempat tidur sambil bercerita dengan suara lembut.

Dia naik ke tempat tidur.

Selina yang "tertidur pulas" tiba-tiba membalikkan badan.

Suara bercerita Revan terpotong di tengah jalan.

Dia melirik Selina yang berbaring membelakanginya. Setelah memikirkannya sebentar, dia bangkit dan berjingkat menuju kamar tamu.

Pintu tertutup pelan.

Selina membuka matanya.

Segala yang ada di hadapannya tampak kabur.

Dia mengangkat tangan dan menyentuh kelopak matanya.

Ujung jarinya basah. Selina pun menyadari bahwa dia menangis dalam diam entah sudah berapa lama.

Jika Revan tadi memperhatikannya sebentar, dia pasti akan menyadari sesuatu yang berbeda.

Tapi tidak.

Seluruh perhatiannya tertuju pada orang yang ada di telepon, adik perempuannya, Cindy Nirwana.

Revan adalah pria yang terobsesi mencintai adiknya sendiri. Dia selalu menuruti permintaan adiknya dan tidak tega membiarkan Cindy menderita sedikit pun.

Perhatiannya kepada Cindy sama besarnya dengan yang dia tunjukkan kepada Selina.

Seperti yang pernah dikatakan Revan, Selina dan Cindy adalah dua orang yang sama-sama dekat di hatinya.

Dua-duanya sama-sama penting, tapi tentu ada satu yang lebih diutamakan.

Nyatanya, Selina bahkan tidak mendapat keutamaan sedikit pun.

Hanya sebuah bidak catur dalam permainannya untuk melindungi kebahagiaan Cindy.

Kesedihan dan amarah yang pedih meluap dalam diri Selina. Bibirnya digigit sampai koyak dan rasa amis seperti karat menyebar di lidahnya.

Dia bangkit dan menuju kamar mandi.

Di momen seperti ini, yang paling penting adalah tetap berpikir jernih!

Air dingin mengalir di tubuhnya, tapi tetap tidak bisa mengalahkan rasa dingin yang menusuk dalam tulangnya.

Darahnya seolah membeku.

Perkataan Revan terngiang tanpa henti di telinganya.

Kata-kata itu berubah menjadi ribuan pisau tajam yang menusuk jantungnya, kemudian mencabik-cabik daging dan jiwanya.

Luka masa lalu yang baru saja mengering di hatinya tiba-tiba tersobek lagi. Hatinya dipenuhi lubang dan jiwa raganya hancur lebur.

Siksaan itu hampir membuatnya mati rasa.

Insiden bertahun-tahun lalu yang membuat dia hancur sepenuhnya, mungkin adalah ulah Revan sendiri!

Pernikahan mereka dan semua yang terjadi dari saat itu sampai sekarang, semua hanyalah tipuan!

Revan menikahinya dan memanjakannya tanpa batas, tapi sama sekali bukan karena cinta.

Semua itu dilakukan untuk mengikatnya, mencegahnya menjalin perasaan kembali dengan Ardian, agar tidak merusak pernikahan antara Cindy dengan Ardian.

Ardian adalah teman masa kecil dan tunangan Selina.

Setelah insiden lima tahun lalu, keluarga Ardian membatalkan pertunangan, dan dia menikah dengan Revan.

Kurang dari setahun kemudian, Ardian menikah dengan adik perempuan Revan, Cindy.

Seluruh kekuatan Selina lenyap seketika. Dia bersandar lemah di dinding, hampir tidak sanggup menopang tubuhnya.

Dia tidak menyangka, saat pendengarannya kembali, dia akan menerima "kejutan" yang begitu besar dari Revan.

Air dingin mengguyur, menghantam tubuhnya seperti tusukan seribu jarum.

Hingga rasa sakit mencapai puncaknya, dia justru kembali sadar sepenuhnya.

Untuk apa kebahagiaan kalau cuma kebahagiaan palsu?

Dia akan bercerai dan melepaskan diri dari kurungan yang Revan samarkan sebagai cinta.

Sebelum itu, dia akan memanfaatkan identitasnya sebagai istri Revan untuk menguak kebenaran masa lalu dan menegakkan keadilan untuk dirinya sendiri!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 100

    Selina memerintahkan Junia untuk mengantar kepergian Revan, lalu langsung menuju kantor Surya.Surya sedang santai meneguk teh, membayangkan Grup Yudhan bertransformasi menjadi perusahaan besar dengan bisnis yang tersebar di seluruh dunia.Melihat Selina masuk, dia buru-buru berdiri dan menuangkan secangkir teh."Sudah sepakat dengan Pak Revan, 'kan?" Surya tersenyum lebar seperti bunga matahari.Asal dia bisa mendapat kerja sama dengan Grup Nirwana, tidak akan ada seorang pun di perusahaan ini yang mengatai dia kaya dari hasil kerja keras istrinya!Selina mengangkat cangkir teh di depannya dan meletakkannya lagi tanpa minum. Bibirnya separuh tersenyum. "Pak Surya, kamu memang semakin pelupa."Senyum Surya membeku di wajahnya menatap Selina, diwarnai rasa bingung dan gelisah.Apakah Selina ingin mengajukan syarat lagi?Selina tertawa pelan. "Pak Surya, dalam rapat manajemen senior tadi, bukannya kamu suruh aku pulang dan istirahat sebentar?"Setelah diingatkan, Surya terngiang perkataa

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 99

    Selina mengambil kontrak tersebut dan berkata dengan lugas, "Kontrak ini harus ditinjau oleh tim legal perusahaan kami dulu sebelum kami bisa tanda tangan."Berbeda dengan Surya, dia tidak terburu-buru tanda tangan begitu melihat kontrak.Waspadanya sangat tinggi!Revan hampir saja memujinya, tapi kemudian teringat dari mana kewaspadaan itu berasal, ekspresinya mendadak suram.Setelah membahas sebentar urusan perusahaan, Revan melirik Junia dan berkata kepada Selina, "Bu Selina, kalau boleh, aku juga perlu bantuan untuk urusan pribadi."Junia pun berdiri dan pergi tanpa diminta.Selina menatapnya dan menolak dengan sopan, "Kemampuanku terbatas. Aku mungkin nggak bisa membantu."Revan mendesah. "Soal kemarin di restoran, aku salah paham. Maafkan aku."Selina mengangkat bibir merahnya dengan senyum mengejek, tapi tidak mengatakan apa-apa.Dia pikir, sebuah permintaan maaf sudah cukup untuk menghapus begitu saja sebuah kesalahan?Revan mengalihkan pandangannya ke lengan Selina, bertanya d

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 98

    Revan tiba membawa kontrak yang berstempel Grup Nirwana.Hanya butuh tanda tangan dan stempel Grup Yudhan, kontrak tersebut akan secara resmi berlaku.Surya diliputi kegembiraan. Tangannya gemetar tak terkendali saat memegang kontrak dan jantungnya hampir melompat keluar.Dia mengira Selina dan Revan bercerai karena Selina berbuat salah dan tidak disukai lagi.Ketika Selina mengakui perceraian di hadapan wartawan, ekspresi datar dan acuh tak acuhnya mengingatkan Surya pada Diana, istri pertamanya yang telah meninggal.Dulu, Diana juga sama tenangnya saat mengajukan perceraian.Baru sekarang Surya menyadari bahwa Selina-lah yang ingin cerai.Dia pun memanfaatkan keributan ini untuk marah dan meminta Selina keluar dari perusahaan. Semata-mata demi mencegah Selina mengambil alih perusahaan, sekaligus menunjukkan sikap dan menyenangkan Revan.Dia takut Revan akan melampiaskan kemarahan atas kekakuan Selina pada Grup Yudhan.Apalagi, Selina baru mengajukan cerai tanpa alasan jelas setelah m

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 97

    Akhirnya, kesempatan ini datang. Tentu saja, dia tidak akan membiarkannya lewat begitu saja."Kami cuma bekerja sama dengan rencana divisi humas." Bayu mencoba mengalihkan topik. "Strategi ini dirancang oleh tim humas untuk menangani situasi darurat penurunan harga saham perusahaan."Dia melirik Selina, lalu menatap Surya. "Putri Pak Surya memang luar biasa dan dididik dengan baik. Kalau kami nggak mendukung keputusan Bu Selina, bukankah itu berarti mempertanyakan keputusan awal penunjukannya oleh Pak Surya?"Setelah berputar-putar, dia akhirnya berhasil menyeret Surya ke dalam kubangan.Surya marah hingga keluar asap dari kepalanya.Dia tahu, Bayu sejak awal sengaja membiarkan humas melanjutkan rencana nekat itu dengan tujuan membuat masalah untuknya.Surya melemparkan tatapan marah yang semakin membara kepada Selina.Andai Selina tidak bercerai, lalu memberi nasihat yang tidak bijaksana, bagaimana mungkin saham perusahaan anjlok dan membuat mereka terjebak dalam situasi memalukan sep

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 96

    Di rumah sakit.Cindy terbaring di ranjang, berdebar-debar cemas, air mata membanjiri wajahnya."Bu, aku harus apa kalau dia nggak mau datang?" Pesan anonim di ponselnya terasa seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja, siap menghancurkannya menjadi berkeping-keping.Soraya juga sudah kehabisan akal.Kenapa bisa kebetulan sekali Selina dan Revan bercerai tepat pada saat ini?Dia sengaja menemui Selina, tujuannya adalah membawa Selina ke rumah sakit, dengan alasan menjenguk Cindy sekaligus mencari kesempatan untuk membicarakan masalah lima tahun lalu.Tak disangka, Selina tidak mau menurut sama sekali.Selina bahkan menyewa pengawal dan berani menyerang Revan.Soraya sudah berencana untuk memaksa Selina ke rumah sakit jika bujukan baik-baik tidak berhasil, tapi semua itu gagal total."Lima tahun yang lalu, sudah kubilang jangan turun tangan sendiri, tapi kamu nggak mau dengar. Akhirnya kamu jadi punya kelemahan yang bisa dimanfaatkan." Soraya masih kesal dengan kekakuan Cindy saat

  • Lima Tahun Sia-Sia, Nona Selina Pergi Tanpa Menoleh   Bab 95

    "Bu Selina, apakah Anda dan Pak Revan benar-benar berencana untuk bercerai? Atas keinginan siapa?""Bu Selina, jika Anda bercerai dengan Pak Revan, seperti apa pembagian hartanya? Apakah sudah ada perjanjian pranikah?""Bu Selina, Pak Revan terkenal sangat penyayang. Kenapa Anda ingin bercerai?"Para wartawan berkerumun di sekitar Selina, melontarkan pertanyaan-pertanyaan tajam dan penuh gosip tanpa belas kasihan.Adegan ini sontak mengingatkan Selina pada lima tahun yang lalu.Dia juga pernah dikelilingi oleh kerumunan, seperti domba yang dikepung serigala. Panik, tak berdaya, nyaris ambruk.Lima tahun telah berlalu.Apa yang dulu dia hindari, apa yang dulu dia takuti, kini saatnya untuk mengumpulkan keberanian dan menghadapinya!Selina menarik napas dalam-dalam dan perlahan membuka matanya. Mata indahnya bersinar, memancarkan tekad yang teguh."Atas keinginan siapa itu nggak penting.""Kalian bilang, dia suami yang sangat penyayang?""Menciptakan persona itu bukan sesuatu yang dilaku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status