Share

Bab 8

Author: Siti_Rohmah21
last update Huling Na-update: 2022-09-16 20:16:15

"Maaf, Bu. Saya hanya ditugaskan untuk membebaskan Bu Mona, dan menyampaikan surat ini untuk Bu Mona," sahut Pak Haris sambil menyodorkan secarik surat.

"Saya baca sekarang, Pak?" tanyaku padanya. Tidak lama aku bicara, deru klakson terdengar menuju ke arahku. 

"Itu mobil jemputan untuk Bu Mona telah datang, silakan Ibu naik mobil itu, sopir tersebut akan mengantarkan Bu Mona sampai rumah. Baca suratnya di mobil saja," papar Pak Haris semakin membuatku kebingungan. Sopir yang tadi membunyikan klakson pun turun lalu mempersilakan aku masuk.

Aku menoleh ke arah Pak Haris, "Maaf, Pak, apa ini tidak membahayakan saya?" tanyaku sambil menundukkan kepala, agak sedikit sungkan bertanya dengannya. 

"Iya, Bu. Saya jamin sopir ini mengantarkan Bu Mona sampai ke rumah," ucap Pak Haris. 

"Baiklah, semoga benar-benar orang baik, terima kasih banyak, Pak. Saya berhutang budi pada Pak Haris," ujarku padanya sambil berjabat tangan. 

"Saya hanya bertugas, saya dibayar mahal oleh orang yang ingin melindungi Bu Mona," jawabnya semakin tambah membuatku penasaran. Namun, rasa penasaranku ini terpaksa ditepis lebih dulu. Sebab, Pak Haris tak ingin bicara. 

Aku turuti apa yang dikatakan Pak Haris, masuk ke mobil sedan yang sudah menjemputku dengan sopan. Sopir itu membukakan pintu hingga menutupnya kembali, aku diperlakukan bak ratu olehnya. 

Setelah duduk dan bersandar, aku coba bicara dengan sopir yang akan mengantarkan aku pulang. "Pak, maaf. Siapa yang menyuruh Bapak ke sini jemput saya?" tanyaku terpaksa menanyakan. 

"Maaf, Bu. Saya hanya diperintahkan oleh Bos untuk menjemput dan memastikan Bu Mona tiba di rumah dengan selamat," jawabnya membuatku menyunggingkan senyuman. 

Kata-kata yang sama saat aku menanyakan ke Pak Haris, ia hanya ditugaskan oleh seseorang. Astaga, siapa dia? Aku dilanda kebingungan, ditambah lagi dengan pesan Pak Haris mengenai Fikri. Ada apa ini?

Teringat kala itu, perkataan Fikri terhadapku. Jika ia sukses dengan viralnya masalah yang aku hadapi, maka Fikri akan berhenti bekerja di Domba Turah. Jadi ini maksud dan tujuan Fikri bicara seperti itu. Setelah ia berhasil menjebloskan aku ke penjara, Fikri pergi dan menghilang tak tahu rimbanya. Aku terjebak dengan masalahku sendiri. 

Aku menghela napas, kemudian membuka lembaran putih titipan Pak Haris. Namun, hanya ucapan kata-kata mutiara saja yang tertulis dalam kertas itu. 

[Dalam perjalanan hidup pasti ada momen di mana kamu harus menghadapi masalah. Pengalaman baik, buruk, dan tidak mengenakan dapat datang kapan saja. Yang terpenting bijak dan ikhlas dalam menghadapinya.]

Begitulah isi paragraf satu, aku baca sambil tersenyum, ternyata ada orang yang menguatkan aku diam-diam. Lalu kubaca paragraf kedua. 

[Hidup tanpa masalah adalah sekolah tanpa pelajaran. Satu pesan saya, jauhi Fikri. Dari orang yang sangat mengagumi kamu. Tetap semangat ya.]

Aku menghela napas, ternyata belum ada yang menyebutkan namanya. Baiklah, aku akan coba menunggu orangnya muncul nantinya. 

Aku periksa tas yang dikembalikan pihak kepolisian, terutama handphone yang tadi sempat disita. Lalu kubuka sebagian pesan, termasuk dari teman-teman. Namun, aku hanya membacanya, mereka hanya peduli melalui sosial media, tidak ada yang melakukan sesuatu hal yang membuatku terbebas, kecuali orang misterius tadi. 

"Bu, kita sudah sampai, ini rumah Bu Mona kan?" tanya laki-laki paruh baya itu.

"Iya, Pak. Terima kasih ya," ucapku sambil menoleh ke arah rumah yang tampak sepi. Berati Mas Ari pulang ke rumahnya, tidak pulang ke sini. 

Aku turun dan masuk ke dalam rumah. Lalu mandi untuk menyegarkan tubuh yang lengket. 

Di bawah kucuran shower, aku sempat terbayang dengan perlakuan Mas Ari dan Rinta. Apa yang ia lakukan benar-benar memalukan. Namun, di tengah-tengah masalah perselingkuhan pun ada orang yang tega memanfaatkan ini demi balas dendam rasa sakit hatinya padaku. 

Aku mematikan shower, lalu meraih handuk dan segera memakai baju. Setelah itu, duduk sendirian di kamar. Namun, terdengar suara mobil datang dan berhenti tepat di depan rumah. 

Kemudian, aku intip dari kaca jendela, ternyata Mas Ari datang. Aku segera duduk kembali di atas ranjang. Pura-pura tidak mengetahui kedatangannya. 

Brak!

"Ternyata kamu dapat menghirup udara bebas lagi ya. Aku tidak menyangka, siapa sih yang bisa melakukan hal ini? Membebaskan kamu tanpa syarat," tutur Mas Ari. 

Aku terdiam sambil menyoroti tubuhnya dari atas hingga bawah. Lalu menyunggingkan senyuman ke arahnya.

"Masih berani kamu ke sini, Mas? Apa perlu aku lanjutkan buat laporan perzinahan?" tanyaku balik. 

"Nggak semudah itu, Mona. Melaporkan masalah perselingkuhan tidak semudah membalikkan telapak tangan," sahutnya. Kemudian, ia menggeledah lemariku dengan bringas. 

Aku pun bangkit dari sandaran dan coba menghalanginnya. Aku tahu pasti ia menginginkan surat rumah.

"Mau apa, Mas?" tanyaku padanya. 

"Mau ambil surat rumah, ini rumahku, bukan rumahmu," pungkasnya membuatku tertawa lepas.

"Gila ya, nggak pernah kasih nafkah ke istri tapi mengakui apa yang dibeli, lucu kamu, Mas. Lagi pula katanya keluarga terhormat, masa rumah segini aja diambil balik," ejekku sengaja. Ingin tahu apa ia akan tersulut emosi. Padahal, ia mau geledah sampai lebaran idul fitri tiba pun tidak akan ketemu surat-surat rumah itu.

"Hah, kebanyakan bicara kamu, terlalu lancang pada suami, makanya bikin aku nggak nyaman," jawabnya sambil terus merogoh isi laci.

"Iya, nyamannya dengan pembantu," ejekku lagi membuat ia menghentikan geledahnya.

"Bisa stop mengatakan itu, bisa stop meremehkan Rinta?" Mas Ari marah, ia tersinggung atas ucapanku.

Aku hanya tertawa lalu duduk kembali. Namun, tiba-tiba Mas Ari menarik lenganku dengan kasar.

"Di mana surat-surat rumah?" sentaknya tepat di hadapanku. 

"Kamu ingat sebulan lalu? Aku meminta kamu menandatangani sebuah surat polos ketika kamu buru-buru berangkat kerja? Itu surat untuk pengalihan aset. Semua aset!" ucapku penuh penekanan. 

"Gila kamu ya, akan kutuntut kamu, Mona!" sentaknya. 

Aku meninggalkan Mas Ari begitu saja, lalu ia menarikku lagi. "Lepas, Mas," suruhku dengan mata membulat. Posisi daguku mendongak karena ia lebih tinggi dariku.

"Kalau kamu tega, aku pun akan tega denganmu. Cepat, ikut aku!" Mas Ari menarik bahkan menyeretku kasar. Lalu membuka pintu rumah dan memasukkan aku ke dalam mobilnya.

Buk! Punggungku dipukul olehnya, tapi aku masih tersadar. 

"Tolong!" Aku berteriak tapi ia tak peduli, dan orang sekeliling pun terlihat sepi. 'Astaga, ke mana warga sini? Kenapa baru jam segini sudah sangat sepi sekali? Aku takkan bisa berontak sebab punggungku terasa sakit dan sulit bangun dari kursi mobil,' gumamku dalam hati sambil coba memikirkan bagaimana caranya keluar dari mobil yang sudah dikunci.

Mas Ari menyalakan mesinnya, dan aku masih meringis kesakitan. Ia sudah menginjak gas, entahlah akan dibawa ke mana aku dengannya. 

"Mas, kamu mau bawa aku ke mana?" tanyaku sambil meringis.

"Aku akan jual kamu dengan laki-laki hidung belang, untuk uangnya akan kubelikan rumah untuk Rinta," tuturnya menurutku sudah sangat gila. Hanya demi Rinta, ia akan menjualku, istrinya ke laki-laki lain.

Tiba-tiba Mas Ari menoleh ke arah kaca spion tengah, ada yang membuntuti kami. Sebuah mobil sedan warna putih terlihat seperti mengawasi kami.

"Sial, siapa mobil di belakang? Ikut campur urusan orang saja," gerutu Mas Ari sendirian sambil berusaha menambah kecepatan. 

Bersambung 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Renni Sartika
authornya imajonasinya tinggi bgt.. ceritanya, bagussssss
goodnovel comment avatar
Lara Sati
np da suami sprt tu ya.....ego banget tuh laki
goodnovel comment avatar
catur wahyudi
bagus dan menarik
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 29 End

    "Tante, itu semua salah paham," terangku padanya."Salah paham apanya? Fikri itu keponakan aku, dia anak baik-baik yang telah kamu sia-siakan," balasnya dengan percaya diri. Terkadang seperti itu, orang mengira yang baik di depan kita akan baik juga di belakangnya, padahal banyak yang baik di depan dan jahat di belakang. "Tante, ini saya sudah memiliki bukti bahwa mobil Fikri yang menabraknya, dan ini juga ada surat laporan yang sudah saya laporkan ke polisi," kataku sambil menyodorkan handphone dan secarik kertas.Tante Ambar meraihnya, lalu membacanya, sesekali mata Tante Ambar melirik ke arahku. Terlihat di sudut matanya ada air mata yang mengembun.Sesekali bibirnya dibasahi oleh lidahnya, lalu terlihat Tante Ambar menghela napasnya. Kemudian, pipi wanita yang memiliki dua anak itu terlihat basah. Kini air mata pun banjir setelah tahu semuanya. "Fikri," isak Tante Ambar. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan. Aku pun menghampiri dan menuntunnya untuk duduk."Tante yang sabar

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 28

    Setelah kami menghampirinya, ternyata darah segar sudah mengalir di kening Rinta. Tidak ada satu pun yang berani membawanya ke rumah sakit. "Alan, kita bawa Rinta ke rumah sakit," ajakku setelah menyeruak di kerumunan. "Pak tolong bantu kami bawa dia ke rumah sakit," kata Alan juga."Kata orang sini tabrak lari, Bu. Kami takut nyentuhnya. Nanti polisi jadiin kami saksi," jawab salah seorang warga.Tabrak lari lagi? Mungkinkah ini Fikri lagi? Kalau benar, berati laki-laki itu sudah gila.Darahnya terus mengalir, Rinta terlihat meringis kesakitan. Kemudian menarik telapak tanganku."Mon, tadi Fikri, tolong cari dia ...." Ucapan Rinta terhenti napasnya tampak sulit diatur. Seketika itu juga ia pingsan tergeletak di jalan."Lan, ayo cepat kita bawa saja!" suruhku berteriak. Setelah melihat ia tergeletak, barulah yang lain ikut membantu. Tiba-tiba suara sirine ambulance terdengar. Ternyata ada yang sudah menghubungi ambulance. Petugas langsung membawa Rinta yang sudah terkapar ke dalam

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 27

    Aku mengelus dada, ternyata orang yang berada di layar CCTV adalah Fikri. Ia benar-benar keterlaluan. Laki-laki itu harus rela dendamnya berakhir di jeruji besi, dan yang akan melaporkannya saudaranya sendiri. Tanganku mengepal, lalu mengembuskan napas perlahan. Sisi burukku cuma satu, menolak cintanya pada saat itu tanpa meminta maaf bahkan menganggap Fikri. Jadi, ia menilaiku benar-benar musuhnya. Seandainya pada waktu itu aku memilih Fikri pun rumah tangga takkan awet jika hatinya diselimuti dendam. "Mon, kita mau gimana?" tanya Alan mengejutkan aku. Seketika lamunanku tentang Fikri buyar, bukan menyesal, tapi aku sangat menyayangkan kalau hari-harinya akan menjadi kelam selamanya. "Kita ketemuan sama Rinta, tunjukkan CCTV ini," ajak Mona pada Alan."Jam berapa kamu janjian?" tanya Alan lagi."Tadi bilang jam 5 sore," timpalku padanya. "Coba telepon Rinta lagi, ketemu sekarang saja," saran Alan. Namun, aku tidak langsung mengindahkan ucapannya. Sebab, kalau kami keluar kantor

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 26

    "Boleh lihat CCTV nya nggak, Pak?" tanya Alan pada salah seorang yang berada di hadapan kami. Sepertinya mereka tetanggaan di sini, sering kumpul bareng."Wah, kalau itu nanti tanya ke yang punya rumah dulu ya, Pak, Bu. Soalnya orangnya kerja," terang yang tadi mengembalikan dompet Alan. "Oh begitu, ya sudah, ini nomor handphone saya, Pak, kalau orangnya sudah pulang, bisa telepon saya," tutur Alan sambil menyodorkan nomor ponsel yang telah ia tulis di kertas kecil.Kemudian, aku dan Alan kembali ke mobil, setelah memberikan tips untuk orang yang telah menemukan dompet Alan. Aku memakai sabuk pengaman sambil termenung, bisa-bisanya penabrak itu dengan sengaja menabraknya. "Aku yakin ini kerjaannya Fikri, aku pastikan ia masuk ke penjara juga. Kita tidak bisa menyudutkan dengan masalah sosial media, tapi kalau masalah kriminal gini, tentu polisi akan bertindak," kata Alan dengan yakinnya. Aku sedikit menelan ludah, sebab perbuatan ini sangat di luar kepala. Kalau iya Fikri orangnya

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 25

    Tadinya aku sudah mulai emosi saat Fikri bicarakan tentang aku melalui sambungan telepon. Namun, Alan mencegahku untuk jangan gegabah. Tangan Alan menahan pundakku yang berusaha keluar dari tempat persembunyian. Setelah memastikan Fikri pergi, kami pun beranjak ke mobil. Pintu mobil kututup dengan keras. Aku masih tidak percaya dendam kesumat Fikri denganku begitu mendalam. Hingga harus menyuruh Rinta, yang ternyata saudaranya sendiri sebagai pembantu, berzina pula. Aku mengelus dada, hingga napas ini mampu aku keluarkan dengan perasaan lega. "Sabar ya, Mon, mungkin ini ujianmu. Setelah ini akan ada kebahagiaan yang menghampiri, percayalah bahwa setelah gelap pasti akan datang terang."Kecewa aja, Lan, sama Fikri. Cuma gara-gara nolak cintanya sampai segitunya menghancurkan hidupku," timpalku masih menampakkan kekesalan. "Terkadang, ketika kamu kecewa, itu membuatmu lebih kuat, kamu itu wanita pilihan, Mon," ucap Alan sambil menyetir mobil. Kami memutuskan untuk menyudahi penyeli

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 24

    Kemudian langkah Rinta menuju Tante Ambar dan langsung menyergap tubuhnya. Aku menoleh ke arah Alan, kami berdua beradu pandangan. "Satu persatu ketebak, Mon. Ini ulah Rinta, ya kan?" Alan sangat yakin bahwa ini adalah ulah Rinta. "Lan, kok aku penasaran ya, kenapa Rinta peluk Tante Ambar? Bukankah yang sepupuan dengan Firman itu Fikri?" Aku bertanya-tanya pada Alan. Seketika kami berdua terdiam sejenak. Ini sungguh seperti teka-teki. Kami berdua yakin bahwa Rinta yang menjadi dalangnya. Akan tetapi masih bertanya-tanya juga ada hubungan apa Rinta dan Firman."Mon, mungkin nggak kalau Firman itu pacarnya Rinta juga?" tanyaku lagi. Pertanyaan yang satu belum terjawab sudah muncul pertanyaan lainnya. "Apa kita samperin ke sana?" tanyaku pada Alan. "Ya sudah, kita ke sana aja, pengen tahu si Rinta jawab apa nantinya," ajak Alan. Akhirnya kami memutuskan untuk menghampiri mereka. Langkah kakiku dan Alan sangat pelan. Kami berdua berdampingan dan jalan penuh kehati-hatian.Aku melaku

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status