Saat makan malam bersama keluarga Aizar memilih lebih banyak berdiam diri. Ia hanya berkata seperlunya saja ketika ditanya oleh Mama atau Kek Pram. Sedangkan Nek Ariyanti tampak masih marah padanya sehingga tak sekalipun mengajaknya bicara.“Setelah makan, Kakek mau bicara sama kamu di teras depan,” ucap Kek Pram memberitahu Aizar di tengah-tengah makan malam. Aizar hanya mengiyakan dan ia langsung menduga kalau semua itu ada hubungannya dengan Nek Ariyanti. Pasti Nek Ariy sudah menceritakan semuanya pada Kek Pram, pikir Aizar ketika itu.Setelah selesai makan malam, sebelum bertemu Kek Pram Aizar terlebih dahulu menyempatkan diri untuk menelepon Selina. Ia berharap mendapat informasi berharga mengenai misi yang sedang ia jalankan.“Kebetulan sekali kamu ada di rumah,” ucap Aizar saat Selina menjawab panggilannya.“Iya, Pak, hari ini aku shift pagi,” jelas Selina.“Pak? Sejak kapan kamu panggil aku dengan sebutan Bapak, Sel?” tegas Aizar sambil tersenyum.“Aku hanya ingin menyesuaika
Aizar tentu saja merasa gembira hari ini, membuatnya tampak bersemangat berjalan memasuki rumah, tapi tanpa dia sangka sama sekali Nek Ariyanti sejak tadi sudah menunggunya dengan cemas, lantaran seharian tak memberi kabar.“Kamu pergi dengan siapa seharian baru pulang? Sudah begitu tidak memberi kabar. Bikin Nenek dan mamamu cemas saja,” tanya Nek Ariyanti menyambutnya dengan wajah masam.“Pulang belajar bimbingan, aku bertemu teman kecilku, Nek, dia anak dari keluarga Haris, pemilik perusahaan Aiwa,” jelas Aizar seketika rasa gembiranya surut melihat wajah neneknya tampak kesal dan tak bersahabat.“Buat apa kamu berkawan dengan anak dari rival perusahaan kita. Jangan-jangan dia ada maksud tersembunyi ingin mencari rahasia perusahaan kita, makanya dia ingin mendekati kamu,” ujar Nek Ariy mengingatkan Aizar.“Justru sebaliknya, Nek, aku mendekati Furi karena aku ingin menjalankan misi yang ditugaskan Kek Pram untuk mencari tahu rahasia perusahaannya,” ucap Aizar menjelaskan.“Walaupu
Aizar dan Furi berjalan beriringan memasuki lobi kantor manajemen taman safari, keduanya merasa terkejut karena di muka pintu mereka disambut oleh beberapa orang berseragam dominan berwarna merah yang sedang berkumpul menyambut kedatangan Aizar.Bahkan ada seorang wanita yang mengalungkan bunga pada Aizar, membuat Aizar merasa keheranan. Sementara Furi tampak tersenyum melihat sambutan para staf taman safari, ia langsung menyadari kalau Aizar dialu-alukan kedatangannya karena dianggap telah berjasa.“Jadi kamu pemuda berani yang telah menyelamatkan pengunjung dari serangan harimau?” ucap seorang lelaki berjas yang bertubuh tinggi dan bertubuh tinggi menghampiri Aizar dan Furi yang melangkah masuk sambil berjalan beriringan.“I-iya, Pak...” jawab Aizar sambil terbata.“Kenalkan aku pimpinan taman safari. Aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membantu petugas untuk menyelamatkan nyawa pengunjung dari ancaman hewan buas,” ungkap lelaki berkulit putih dan b
“Setelah apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu memang pantas disebut sebagai seorang lelaki rimba,” ucap Furi saat Aizar masuk ke dalam mobil dan duduk dibalik kemudi, di sebelahnya.“Terserah saja kamu mau bilang seperti itu, asal jangan sebut aku Tarzan, karen aku tidak lahir di hutan dan tidak dibesarkan oleh gorila,” balas Aizar sambil tersenyum pada Furi.“Kalau ada wartawan yang meliput kejadian tadi saat kamu menjinakan kedua harimau itu, pasti berita kamu sudah jadi headlines karena telah menaklukan seekor harimau buas,” ungkap Furi.“Paling-paling aku disebut sebagai pawang hewan, apa hebatnya?” ujar Aizar sambil menghidupkan mesin mobilnya.“Tidak semua orang lho bisa punya kemampuan seperti yang kamu miliki. Kamu harus bangga,” balas Furi.“Aku baru merasa bangga kalau sudah bisa menaklukan hati wanita yang aku cintai... hehehe...” gurau Aizar sambil melirik ke arah Furi.“Menaklukan hati wanita sih gampang, tidak perlu bertaruh nyawa, tinggal nyatakan saja
“Kenapa diam saja? Ayo turun... aku ingin bermain-main dengan kalian,” ujar Aizar dengan gerakan tangan memanggil-manggil pada kedua harimau di depannya. Tiba-tiba kedua harimau yang sedang tertelungkup di atap mobil itu perlahan mulai berdiri sambil mengibas-ibaskan ekor sambil terus menatap ke arah Aizar.“Aummm.... aummm...!” salah satu ekor harimau yang berukuran lebih besar mengaum membuka mulutnya lebar. Seketika Furi dan kedua petugas yang sedang memperhatikan Aizar terkejut bukan main mendengar suara binatang itu. “Habislah kamu pemuda bodoh!” umpat si petugas bertopi merah yang menganggap Aizar sebagai seorang lelaki yang sombong dan sok merasa hebat.“Kita harus segera mengambil tindakan darurat, jangan sampai pemuda itu menjadi mangsa kedua harimau itu,” ucap si petugas berkulit hitam menimpali dengan penuh rasa khawatir.“Tidak perlu. Nyawa kedua binatang langka itu lebih berharga ketimbang nyawa pemuda sombong yang tidak mau mendengar peringatan kita. Biar dia tahu rasa
“Menakutkan sekali kedua harimau itu ya? Ngeri aku melihatnya,” ujar Furi sambil memperhatikan dengan seksama ke arah kaca depan mobil.“Aku juga berteman dengan harimau yang ada di hutan,” aku Aizar membuat Furi terkejut.“Serius kamu? Nggak... nggak mungkin...” balas Furi tidak percaya sambil menggelengkan kepala..“Kamu ingin aku membuktikannya?” tegas Aizar.“Maksudmu...?” tanya Furi sambil memicingkan mata menatap ke arah Aizar.“Aku akan meminta kedua harimau itu pergi meninggalkan mobil pengunjung itu,” jelas Aizar.“Jangan bilang kalau kamu mau keluar dan mendekati harimau itu,” tegas Furi yang membaca maksud Aizar.“Iya..., itu satu-satunya cara yang harus aku lakukan,” ucap Aizar.“konyol sekali... kamu mau cari mati memangnya!” ujar Furi memarhi Aizar. “Pokoknya sesuai kesepakatan, kamu tidak boleh keluar dari mobil. Apalagi di sana ada kedua petugas itu, sudah pasti mereka akan bertambah marah kalau kamu sampai berani nekat keluar dari mobil,” tegasnya melarang Aizar agar