Aizar berniat menghubungi Miss Clara untuk meminta guru privatenya itu tidak bercerita yang bukan-bukan lagi pada Nek Ariyanti, karena itu hanya akan menyusahkan dirinya saja.Saat masuk ke dalam rumah, Aizar mendengar suara Sony sedang berbicara. Rupanya ayah sambung Aizar itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon, ia tidak menyadari kehadiran Aizar.“Mama sudah tidur. Kamu baik-baik saja di sana, kan?” tanya Sony sambil berdiri membelakangi Aizar. “Bagaimana kuliahmu?” tanya Sony lagi beberapa saat pada lawan bicaranya. Aizar langsung bisa menebak kalau Sony sedang berbicara dengan Debby.“Kamu fokus saja pada kuliahmu, urusan si anak dusun itu biar ayah yang tangani,” ucap Sony membuat Aizar terkejut. Seketika itu juga ia sangat yakin kalau Sony mempunyai rencana jahat pada dirinya. Aizar kembali ke ruang depan, ia tidak ingin Sony tahu bahwa ia telah mencuri dengar pembicaraannya dengan Debby.“Aku semakin yakin kalau Sony bukan orang baik. Aku harus berhati-hati padanya.
“Aku mohon, berikan kepercayaan padaku untuk menyelesaikan tugasku sampai selesai, Kek. Aku berjanji hal ini sama sekali tidak akan mengganggu pembelajaranku. Selain itu, sebenarnya penyelidikanku sudah menemui titik terang, Kek, karena aku baru saja mendapat informasi kalau pihak Aiwa memang tidak menciptakan prototype produk elektroniknya, melainkan ia membeli dari pihak luar,” ungkap Aizar coba meyakinkan kakeknya.“Informasi yang kamu dapatkan itu apa bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya?” tegas Kek Pram coba memastikan.“Iya Kek, salah satu pekerja dari dalam perusahaan Aiwa sendiri yang mengatakannya. Dia itu teman baikku yang pernah membantu aku saat aku dalam masalah dalam perjalanan mencari tempat tinggal mama. Makanya, aku yakin apa yang disampaikannya itu pasti akurat, Kek,” jelas Aizar masih berusaha meyakinkan Kek Pram.“Kalau begitu, tinggal selangkah lagi penyelidikan ini akan terungkap. Tinggal mencari tahu pihak yang menjual prototype itu pada Aiwa,” ucap Kek Pram
Saat makan malam bersama keluarga Aizar memilih lebih banyak berdiam diri. Ia hanya berkata seperlunya saja ketika ditanya oleh Mama atau Kek Pram. Sedangkan Nek Ariyanti tampak masih marah padanya sehingga tak sekalipun mengajaknya bicara.“Setelah makan, Kakek mau bicara sama kamu di teras depan,” ucap Kek Pram memberitahu Aizar di tengah-tengah makan malam. Aizar hanya mengiyakan dan ia langsung menduga kalau semua itu ada hubungannya dengan Nek Ariyanti. Pasti Nek Ariy sudah menceritakan semuanya pada Kek Pram, pikir Aizar ketika itu.Setelah selesai makan malam, sebelum bertemu Kek Pram Aizar terlebih dahulu menyempatkan diri untuk menelepon Selina. Ia berharap mendapat informasi berharga mengenai misi yang sedang ia jalankan.“Kebetulan sekali kamu ada di rumah,” ucap Aizar saat Selina menjawab panggilannya.“Iya, Pak, hari ini aku shift pagi,” jelas Selina.“Pak? Sejak kapan kamu panggil aku dengan sebutan Bapak, Sel?” tegas Aizar sambil tersenyum.“Aku hanya ingin menyesuaika
Aizar tentu saja merasa gembira hari ini, membuatnya tampak bersemangat berjalan memasuki rumah, tapi tanpa dia sangka sama sekali Nek Ariyanti sejak tadi sudah menunggunya dengan cemas, lantaran seharian tak memberi kabar.“Kamu pergi dengan siapa seharian baru pulang? Sudah begitu tidak memberi kabar. Bikin Nenek dan mamamu cemas saja,” tanya Nek Ariyanti menyambutnya dengan wajah masam.“Pulang belajar bimbingan, aku bertemu teman kecilku, Nek, dia anak dari keluarga Haris, pemilik perusahaan Aiwa,” jelas Aizar seketika rasa gembiranya surut melihat wajah neneknya tampak kesal dan tak bersahabat.“Buat apa kamu berkawan dengan anak dari rival perusahaan kita. Jangan-jangan dia ada maksud tersembunyi ingin mencari rahasia perusahaan kita, makanya dia ingin mendekati kamu,” ujar Nek Ariy mengingatkan Aizar.“Justru sebaliknya, Nek, aku mendekati Furi karena aku ingin menjalankan misi yang ditugaskan Kek Pram untuk mencari tahu rahasia perusahaannya,” ucap Aizar menjelaskan.“Walaupu
Aizar dan Furi berjalan beriringan memasuki lobi kantor manajemen taman safari, keduanya merasa terkejut karena di muka pintu mereka disambut oleh beberapa orang berseragam dominan berwarna merah yang sedang berkumpul menyambut kedatangan Aizar.Bahkan ada seorang wanita yang mengalungkan bunga pada Aizar, membuat Aizar merasa keheranan. Sementara Furi tampak tersenyum melihat sambutan para staf taman safari, ia langsung menyadari kalau Aizar dialu-alukan kedatangannya karena dianggap telah berjasa.“Jadi kamu pemuda berani yang telah menyelamatkan pengunjung dari serangan harimau?” ucap seorang lelaki berjas yang bertubuh tinggi dan bertubuh tinggi menghampiri Aizar dan Furi yang melangkah masuk sambil berjalan beriringan.“I-iya, Pak...” jawab Aizar sambil terbata.“Kenalkan aku pimpinan taman safari. Aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membantu petugas untuk menyelamatkan nyawa pengunjung dari ancaman hewan buas,” ungkap lelaki berkulit putih dan b
“Setelah apa yang aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu memang pantas disebut sebagai seorang lelaki rimba,” ucap Furi saat Aizar masuk ke dalam mobil dan duduk dibalik kemudi, di sebelahnya.“Terserah saja kamu mau bilang seperti itu, asal jangan sebut aku Tarzan, karen aku tidak lahir di hutan dan tidak dibesarkan oleh gorila,” balas Aizar sambil tersenyum pada Furi.“Kalau ada wartawan yang meliput kejadian tadi saat kamu menjinakan kedua harimau itu, pasti berita kamu sudah jadi headlines karena telah menaklukan seekor harimau buas,” ungkap Furi.“Paling-paling aku disebut sebagai pawang hewan, apa hebatnya?” ujar Aizar sambil menghidupkan mesin mobilnya.“Tidak semua orang lho bisa punya kemampuan seperti yang kamu miliki. Kamu harus bangga,” balas Furi.“Aku baru merasa bangga kalau sudah bisa menaklukan hati wanita yang aku cintai... hehehe...” gurau Aizar sambil melirik ke arah Furi.“Menaklukan hati wanita sih gampang, tidak perlu bertaruh nyawa, tinggal nyatakan saja