Miss Clara hari ini memakai blazer berwarna biru dan rok pendek di atas lutut juga berwarna senada dengan blazernya. Sementara untuk bagian dalam ia memakai baju ketat berbahan kaos berwarna putih, sehingga dua bulatan pada bagian dadanya tampak sangat menonjol. Walaupun Aizar sudah pernah melihat bentuknya secara langsung dan memegangnya sepuas hati, tetap saja ia kembali dibuat penasaran dengan lekuk tubuh Miss Clara. Seperti seekor kucing, sekali diberi ikan asin, selamanya ia tidak akan bisa menolak jika barang itu tersajikan di depan mata. Begitu juga Aizar, layaknya seekor kucing, ia sudah siap jika sewaktu-waktu Miss Clara ingin mengulangi permainan yang telah mereka lakukan di apartemen.“Sudah siap untuk pembelajaran manajemen bisnis hari ini Aizar?” tanya Miss Clara mendekati di depan Aizar sambil membawa sebuah buku di tangannya.“Siap, Miss, apa saja yang Miss Clara ajarkan aku akan siap untuk mengikutinya dan bersungguh-sungguh untuk memahaminya,” ucap Aizar dengan tubuh
Malam ini Aizar ingin tidur nyenyak, karena semua masalahnya telah mempunyai jalan keluar. Namun, saat sudah terbaring di tempat tidur, ia teringat dengan obrolannya Furi mengenai pertemuannya dengan Debby di malam Irene kecelakaan. Hal itu makin memperkuat bukti kalau dia adalah dalang dari kecelakaan mobil Irene yang remnya telah dirusak.“Sudah pasti kedua lelaki itu adalah suruhan Debby. Tidak aku sangka Debby benar-benar menginginkan aku celaka, atau mungkin lebih dari itu, ia juga pasti menginginkan kematianku,” gumam Aizar sambil memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Aizar bertekad akan mencari bukti yang lebih menguatkan kalau Debby malam itu datang ke alun-alun.Keesokan hari Aizar mengajak Kang Kamal untuk pergi kembali ke alun-alun, ia merasa tidak tenang sebelum mendapatkan bukti yang dicarinya.“Apa Tuan yakin kali ini bisa mendapatkan bukti yang melibatkan Non Debby?” tanya Kamal yang sedang memandu mobil pada Aizar yang duduk di bangku penumpang bagian b
Aizar berniat menghubungi Miss Clara untuk meminta guru privatenya itu tidak bercerita yang bukan-bukan lagi pada Nek Ariyanti, karena itu hanya akan menyusahkan dirinya saja.Saat masuk ke dalam rumah, Aizar mendengar suara Sony sedang berbicara. Rupanya ayah sambung Aizar itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon, ia tidak menyadari kehadiran Aizar.“Mama sudah tidur. Kamu baik-baik saja di sana, kan?” tanya Sony sambil berdiri membelakangi Aizar. “Bagaimana kuliahmu?” tanya Sony lagi beberapa saat pada lawan bicaranya. Aizar langsung bisa menebak kalau Sony sedang berbicara dengan Debby.“Kamu fokus saja pada kuliahmu, urusan si anak dusun itu biar ayah yang tangani,” ucap Sony membuat Aizar terkejut. Seketika itu juga ia sangat yakin kalau Sony mempunyai rencana jahat pada dirinya. Aizar kembali ke ruang depan, ia tidak ingin Sony tahu bahwa ia telah mencuri dengar pembicaraannya dengan Debby.“Aku semakin yakin kalau Sony bukan orang baik. Aku harus berhati-hati padanya.
“Aku mohon, berikan kepercayaan padaku untuk menyelesaikan tugasku sampai selesai, Kek. Aku berjanji hal ini sama sekali tidak akan mengganggu pembelajaranku. Selain itu, sebenarnya penyelidikanku sudah menemui titik terang, Kek, karena aku baru saja mendapat informasi kalau pihak Aiwa memang tidak menciptakan prototype produk elektroniknya, melainkan ia membeli dari pihak luar,” ungkap Aizar coba meyakinkan kakeknya.“Informasi yang kamu dapatkan itu apa bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya?” tegas Kek Pram coba memastikan.“Iya Kek, salah satu pekerja dari dalam perusahaan Aiwa sendiri yang mengatakannya. Dia itu teman baikku yang pernah membantu aku saat aku dalam masalah dalam perjalanan mencari tempat tinggal mama. Makanya, aku yakin apa yang disampaikannya itu pasti akurat, Kek,” jelas Aizar masih berusaha meyakinkan Kek Pram.“Kalau begitu, tinggal selangkah lagi penyelidikan ini akan terungkap. Tinggal mencari tahu pihak yang menjual prototype itu pada Aiwa,” ucap Kek Pram
Saat makan malam bersama keluarga Aizar memilih lebih banyak berdiam diri. Ia hanya berkata seperlunya saja ketika ditanya oleh Mama atau Kek Pram. Sedangkan Nek Ariyanti tampak masih marah padanya sehingga tak sekalipun mengajaknya bicara.“Setelah makan, Kakek mau bicara sama kamu di teras depan,” ucap Kek Pram memberitahu Aizar di tengah-tengah makan malam. Aizar hanya mengiyakan dan ia langsung menduga kalau semua itu ada hubungannya dengan Nek Ariyanti. Pasti Nek Ariy sudah menceritakan semuanya pada Kek Pram, pikir Aizar ketika itu.Setelah selesai makan malam, sebelum bertemu Kek Pram Aizar terlebih dahulu menyempatkan diri untuk menelepon Selina. Ia berharap mendapat informasi berharga mengenai misi yang sedang ia jalankan.“Kebetulan sekali kamu ada di rumah,” ucap Aizar saat Selina menjawab panggilannya.“Iya, Pak, hari ini aku shift pagi,” jelas Selina.“Pak? Sejak kapan kamu panggil aku dengan sebutan Bapak, Sel?” tegas Aizar sambil tersenyum.“Aku hanya ingin menyesuaika
Aizar tentu saja merasa gembira hari ini, membuatnya tampak bersemangat berjalan memasuki rumah, tapi tanpa dia sangka sama sekali Nek Ariyanti sejak tadi sudah menunggunya dengan cemas, lantaran seharian tak memberi kabar.“Kamu pergi dengan siapa seharian baru pulang? Sudah begitu tidak memberi kabar. Bikin Nenek dan mamamu cemas saja,” tanya Nek Ariyanti menyambutnya dengan wajah masam.“Pulang belajar bimbingan, aku bertemu teman kecilku, Nek, dia anak dari keluarga Haris, pemilik perusahaan Aiwa,” jelas Aizar seketika rasa gembiranya surut melihat wajah neneknya tampak kesal dan tak bersahabat.“Buat apa kamu berkawan dengan anak dari rival perusahaan kita. Jangan-jangan dia ada maksud tersembunyi ingin mencari rahasia perusahaan kita, makanya dia ingin mendekati kamu,” ujar Nek Ariy mengingatkan Aizar.“Justru sebaliknya, Nek, aku mendekati Furi karena aku ingin menjalankan misi yang ditugaskan Kek Pram untuk mencari tahu rahasia perusahaannya,” ucap Aizar menjelaskan.“Walaupu