Share

Bab 3

Penulis: Langit Berawan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 12:05:40

“Aizar... bangunlah, aku datang...” ucap sebuah suara pelan sambil mengelus dada Aizar. 

Merasa mendapat sentuhan lembut jari-jemari seorang wanita, Aizar terjaga dari tidur.

“Hey... apa yang kamu lakukan? Siapa kamu?” ujar Aizar terkejut memandang seorang wanita berpakaian serba putih dan berparas cantik sedang duduk tersenyum-senyum padanya. Saat wanita itu semakin mendekat, barulah ia mengenali itu adalah wanita misterius yang pernah dia lihat mandi di telaga di tengah hutan.

“Siapa aku itu tidak penting. Bukankah ini yang kamu inginkan?” ucap wanita itu menggoda Aizar dengan perlahan membuka seluruh pakaiannya.

Aizar yang masih terlentang hanya tersenyum seraya menganggukkan kepala. Wanita cantik itu pun makin berkuasa atas tubuh Aizar. 

“Sekarang giliranku,” ucap Aizar, lalu menarik tubuh wanita itu hingga bertukar posisi. Kini Aizar yang berada di atas tubuh wanita bertubuh harum nan memikat itu.

Satu per satu Aizar melucuti pakaiannya, membangkitkan segenap hasrat dan tak bisa lagi menahan gejolak dalam diri. 

“Bagaimana apakah kamu menikmatinya?” tanya si wanita misterius itu setelah pergumulan itu usai. Aizar yang terbaring di sampingnya dengan tubuh penuh keringat hanya mengiyakan dengan anggukkan kepala. “Sebelum aku pergi, aku ingin memberimu kenang-kenangan. Terima ini…” gadis itu meletakkan sebuah bungkusan kain kecil berwarna putih di samping Aizar, lalu seketika wanita itu berkelebat pergi. Detik itu juga Aizar terjaga dari tidur. Hari sudah lewat tengah malam, ia menyadari dirinya sedang berada di teras rumah lelaki tua dan istrinya yang baik hati memberikan tempat untuk bermalam.

Walaupun pertemuan dengan wanita itu hanya dalam mimpi, tetapi Aizar masih mencium aroma bunga mawar yang berasal dari tubuh wanita yang sebentar tadi telah ia setubuhi. Ia beranjak dari balai bambu tempatnya terbaring, lalu memperhatikan ke sekeliling untuk memastikan kalau-kalau wanita itu masih ada di sekitar rumah itu. Tapi, tidak ada siapa pun yang dia temui hanya suara serangga malam yang santer terdengar. 

Aizar kembali melanjutkan tidur, tiba-tiba tangannya menyentuh benda terbungkus kain putih, “Apa ini?” pikir Aizar heran, lalu ia teringat mimpinya ketika wanita itu meninggalkan kenang-kenangan untuknya. 

Setelah Aizar membuka kain putih itu, di dalamnya berisi sebuah kalung hitam dengan liontin batu giok, serupa dengan kalung milik lelaki yang ditemuinya di dalam hutan.

“Tadi itu mimpi apa nyata sih?” gumam Aizar di tengah kegembiraannya. Ia tersenyum-senyum sendiri membayangkan petualangannya akan menyenangkan memiliki kalung pemikat hati wanita, hingga ia terlelap dalam tidur dan terjaga kembali keesokan hari saat mendengar suara ayam berkokok.

Byurrr…! Aizar menyiram tubuhnya yang sudah dipenuhi busa dengan air segar yang berasal dari sumur di belakang rumah si kakek, dia merasa tubuhnya begitu segar dan wangi, sampai-sampai ia tidak berhenti menciumi ketiak dan lengannya sendiri untuk menghirup wangi dari aroma sabun dan sampo yang dipakainya.

“Setiap pagi aku akan pergi ke kebun, apakah kamu mau ikut denganku?” ucap si kakek sambil menenteng peralatan bercocok tanamnya selepas Aizar mandi dan berpakaian. Aizar pun mengiyakan ajakan lelaki tua itu.

Rupanya tidak jauh dari tempat tinggal si kakek, terdapat kebun yang ditanami buah-buahan dan sayuran. Dari kebun itulah ia bertahan hidup yang jauh dari keramaian berdua dengan istrinya.

“Apakah tinggal berdua di tempat terpencil ini kakek mendapatkan ketenangan yang kakek inginkan?” tanya Aizar di sela-sela membantu si kakek memetik cabai dan beberapa sayuran lain. 

“Iya, Nak... sejatinya kebahagian dalam hidup ini kita sendiri yang menentukannya, sama sekali bukan harta yang menentukannya seperti yang diyakini anak-anakku dan juga kebanyakan orang-orang si kota sama seperti itu. Nanti, kamu pasti akan tahu sendiri,” jelas si kakek sambil mengingatkan Aizar.

Seharian itu, sambil membantu si kakek bekerja, Aizar menerima banyak nasihat dari pengalaman hidup lelaki tua itu. Bahkah beberapa cerita dari kakek itu membuat Aizar berpikir keras, apakah dia mampu menjalani kehidupan di luar sana yang  lebih keras dari yang ia bayangkan selama ini?

Sampai akhirnya, keesokan hari, waktu yang ditunggu Aizar telah tiba, ia harus pergi meninggalkan rumah si kakek dan istrinya. Ia menumpang mobil truk petugas kehutanan yang melintas, lalu mereka akan membawanya menuju ke kabupaten. Dari kabupaten itulah Aizar menaiki bus malam menuju kota yang ditujunya.

Setelah melakukan perjalanan selama 15 jam lamanya, bus yang membawa Aizar dan para penumpang lainnya dari kabupaten akhirnya tiba di terminal kota saat siang hari yang terik. Untuk pertama kali Aizar menaiki kendaraan sejauh itu tentu saja membuat kepalanya pusing dan perutnya terasa mual, hingga saat turun dari bus cepat-cepat ia bergegas mencari kamar kecil. 

Setelah keluar dari toilet, tanpa Aizar sadari ada dua orang preman terminal yang memperhatikan gerak-geriknya sejak tadi.  “Mau kemana nih, Bang, sendirian saja?” tanya lelaki bertato yang berambut panjang sepundak itu menanyai Aizar. Teman di sampingnya tampak terus memperhatikan diri Aizar, dari atas kepala hingga sepatu butut yang dipakainya.

“Aku mau ke rumah ibuku, sebentar aku lihat alamatnya dulu, mungkin kalian bisa membantuku menunjukkan arahnya,” ujar Aizar merasa senang ada orang yang peduli dengannya.

Detik itu Aizar mulai mencari-carinya alamat di selembar kertas yang diberikan orangtua angkatnya di dalam tas kumal yang dibawanya. Namun, setelah membongkar seluruh isi bawaannya, kertas itu tetap tak bisa ia temukan. 

“Duh, hilang alamatnya...” keluh Aizar sambil kembali memasukan kembali barang-barangnya ke dalam tas punggung berwarna hitam itu.

Kedua preman itu tampak geleng-geleng kepala merasa kecewa melihat barang yang dibawa Aizar bagi mereka hanyalah sampah. Kedua preman itu pun urung untuk mengerjai Aizar. Lalu, pergi begitu saja.

Setelah keluar dari terminal Aizar mulai kebingungan diantara lalu-lalang orang yang berjalan di sepanjang trotoar. Demikian pula di jalan raya, kendaraan tampak padat sampai menimbulkan kemacetan. 

Aizar menutup hidung saat asap kendaraan mengepul hingga ke trotoar. Detik itu ia jadi teringat dengan keadaan tempat tinggalnya di desa, tidak ada polusi, udara begitu segar untuk dihirup.

Aizar terus mengikuti langkah kakinya berjalan di sepanjang trotoar mengikuti orang-orang yang baru saja keluar dari terminal kota. Hampir semua orang menuju ke arah bangunan yang besar dan mewah itu dengan melintas melalui jembatan penyeberangan jalan. Rupanya,  itu adalah sebuah pusat perbelanjaan ternama.

Setibanya di pusat perbelanjaan itu, Aizar merasakan perutnya terasa sangat lapar. Ia tidak punya lagi bekal makanan. Selembar uang yang diberikan petugas kehutanan pun sudah ia gunakan untuk makan saat berada di persinggahan bus yang ditumpangi. Kini, uang yang ada di kantong celananya tinggallah uang koin, ia tidak yakin apakah cukup digunakan untuk membeli makanan.

Saat melintasi sebuah restoran, Aizar menelan liurnya melihat orang-orang berpakaian kemeja yang rapi dan mengenakan dasi sedang melahap makan siang. Tampak beberapa potong paha dan dada ayam besar terlihat begitu menggiurkan di atas meja mereka. Membuat Aizar tidak bisa menahan keinginan untuk mendapatkan makanan itu.

“Semoga saja aku bisa membelinya dengan uang recehan ini,” ucap Aizar sambil memandangi beberapa uang koin yang berada di telapak tangannya.

Saat Aizar memasuki restoran cepat saji itu, ia langsung menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di dalam sana.

“Kok ada pengemis masuk dibiarkan saja!”

“Ganteng-ganteng kok jadi gembel, sayang sekali ya?”

“Hilang selera makanku melihat ada gembel masuk ke restoran ini!”

Mulai terdengar bisik-bisik pengunjung restoran itu sambil melihat ke arah Aizar yang bagi mereka penampilannya menjijikan…

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 54

    Aizar menghampiri Kakek Pram yang sedang berdiri di luar mobil bersama Tante Mirna dan Furi.“Sudah bangun kamu, Nak? capek sekali sepertinya, sampai tertidur pulas,” ucap Kek Pram saat Aizar mendekat.“Iya, Kek, mungkin karena kebanyakan makan saat di hotel jadi aku mengantuk sekali,” jelas Aizar beralasan. “Oh iya, ada apa dengan mobilnya, Tante?” tanya Aizar menyapa Mirna yang berdiri tidak jauh dari Kek Pram.“Ada masalah dengan kampas koplingnya, Nak Aizar, mana Tente buru-buru lagi harus segera ke kantor,” jawab Mirna tampak resah.Mendengar jawaban Tante Mirna, tiba-tiba terbersit ide di pikiran Aizar.“Kakek juga harus cepat sampai ke kantor, kan?” ucap Aizar sambil memberi kode di matanya pada Kek Pram. “Bagaimana kalau Tante Mirna duluan saja dengan Kakek, aku dan Furi menunggu di sini sampai bantuan dari bengkel datang,” ujar Aizar menjalankan rencananya.Mendengar ucapan Aizar, Mirna tampak terkejut sampai mengerutkan kening.“Iya, Bu Mirna... ikut saja dengan mobilku, na

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 53

    “Iya, Benar, si anak hilang itu sekarang sudah kembali,” jelas Kek Pram sambil tersenyum, sedangkan Mirna terlihat keheranan mengetahui kembalinya Aizar setelah begitu lama menghilang.“Jadi, selama ini sebenarnya kamu berada di mana, Nak Aizar?” tanya Mirna merasa penasaran.“Aku sebenarnya tidak hilang Tante, aku tinggal bersama ayahku di...” jawab Aizar terpotong.“Sebenarnya dia dibawa ke sebuah desa terpencil di pedalaman kabupaten oleh ayahnya. Makanya kini dia kembali lagi menjadi bagian dari keluarga besar Prambudi,” jelas Kek Pram memotong ucapan Aizar.“Oh, jadi begitu ceritanya,” ujar Mirna sambil mengangguk. “Oh iya, Aizar, apa kamu masih ingat sama Furi, dulu dia teman sekolahmu, lho...” tambah Mirna coba memperkenalkan gadis yang sejak tadi berdiri di belakangnya.“Serius, Tante?” tegas Aizar merasa terkejut mengetahui kebetulan itu.“Iya, Nak... aku dan mamamu bersahabat. Dulu kami selalu bertemu di TK Mutiara jika kebetulan menjemput kalian berdua pulang sekolah,” jel

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 52

    Selesai acara meeting, semua orang dipersilakan untuk menikmati jamuan makan siang yang sudah tersedia di dalam ruangan itu. Aneka makanan tersedia di meja buffet, bebes memilih apa saja yang disukai. Aizar dan Kek Pram pun tampak sudah berbaur memilih makanan yang mereka inginkan.“Kakek mau minum apa, biar aku ambilkan,” ucap Aizar menawari kakeknya yang sudah duduk di meja makan beserta makanan yang telah dipilihnya.“Ambilkan aku jus saja,” ucap Kek Pram. Aizar pun pergi menuju ke meja minuman yang tersedia di bagian pojok ruangan, saat itulah ia melihat si gadis berambut panjang sepunggung itu sedang mengambil minuman di sana. Tentu saja, Aizar tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mendekati.“Ini jus buah ya?” ucap Aizar saat berada di samping gadis itu. Spontan gadis itu menoleh ke arah Aizar yang tiba-tiba berdiri di dekatnya.“Kamu bertanya padaku?” tanya gadis itu menegasi Aizar.“Iya, apa ada orang lain lagi di sini selain kita berdua?” Aizar balas bertanya sambi

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 51

    Acara meeting siang itu berlangsung di lantai 17 hotel berbintang lima. Ini pertama kalinya Aizar naik lift, tentu saja sejak menginjakan kaki di dalam hotel, diam-diam semua hal yang berada di dalam tempat mewah itu jadi perhatiannya. Rupanya rapat baru saja akan dimulai, kehadiran Kek Pram diberi ucapan selamat datang oleh moderator yang sedang memimpin jalannya pertemuan menjelang tengah hari itu. Semua orang memandang ke arah Kek Prem yang didampingi oleh Aizar.Seorang petugas mengantarkan Kek Pram menuju tempat duduk yang telah disediakan, setelah itu dia menambahkan satu seat lagi untuk tempat duduk Aizar di samping kanan kakeknya.“Baiklah kita lanjutkan pertemuan kali ini. Seperti pada awal yang saya sebutkan tadi, meeting kali ini untuk membahas dan mengikutsertakan peran aktif para pengusaha lokal atas serbuan barang-barang elektronik merk luar negeri yang akhir-akhir ini seperti tidak terbendung lagi, sehingga dampaknya akan buruk bagi produk-produk lokal baik yang sudah

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 50

    “Kalau boleh tahu, kenapa Tante Sisil tidak bekerja saja di kantor pusat saja. Kenapa harus di pabrik ini?” tanya Aizar merasa penasaran dengan keberadaan Sisilia di tempat itu. “Suamiku memang memintaku untuk bekerja di kantor pusat, tapi karena sebelum aku menikah dengan Om-mu itu, aku memang sudah bekerja sebagai staf di sini. Jadi aku sudah merasa nyaman terus bekerja di sini saja,” jelas Sisilia.“Seharusnya sebagai menantu seorang miliarder tidak perlu bekerja pun tidak apa-apa, kan? Duduk saja di rumah mengurus keluarga pasti sangat menyenangkan, bukan?” tanya Aizar mengutarakan pandangan.“Suamiku memang menginginkan tidak bekerja lagi, tapi aku bosan hanya berdiam diri di rumah. Apalagi di rumah tidak ada siapa-siapa. Jadi aku memilih untuk tetap bekerja saja. Kecuali misalnya nanti Nikko sudah tidak kuliah dari luar negeri, bisa aku pertimbangkan untuk tidak bekerja lagi. Walaupun dia cuma anak tiriku, sudah seharusnya kan aku yang menjaga?” jelas Sisilia memberitahu rencan

  • Liontin Pemikat Hasrat   Bab 49

    Di tengah-tengah acara meeting, Kek Prambudi memperkenalkan sang cucu pada para stafnya, bahwa dia yang akan menggantikan posisinya sebagai seorang presiden direktur. Seketika semua orang menyambut dengan bertepuk tangan. Aizar yang masih berdiri di samping Kakek membalas sambutan mereka dengan senyum dan ucapan terima kasih.“Dalam waktu sebulan hingga dua bulan ke depan, Pak Aizar baru akan aktif menjabat sebagai pimpinan. Saat ini aku sedang mempersiapkan semuanya agar nanti saat dia resmi menjadi Presdir dia sudah menguasai semua tugas dan tanggung jawab yang dia emban,” jelas Kek Pram bicara penuh semangat di depan semua orang.“Pak Pram, boleh saya tahu, cucu Bapak ini lulusan dari universitas mana? Apa baru saja lulus dari luar negeri, Pak?” tanya salah seorang staf pada Kek Pram yang merasa penasaran.“Tidak perlu berpendidikan tinggi untuk menjadi penggantiku. Aku saja hanya tamatan SMP, jadi pendidikan itu tidak penting lagi buat seorang Presdir. Makanya aku angkat para staf

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status