Share

Chapter 19

Auteur: Pejuang Pena
last update Dernière mise à jour: 2025-05-30 00:40:29

Gruzeline merasa panas sekali, tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Udara pengap di dalam mobil mewah itu terasa semakin menyesakkan. Ia mengipas-ngipasi wajahnya dengan tangan gemetar, mencoba meredakan hawa panas yang membakar kulitnya. Rafael menoleh, alisnya bertaut bingung. "AC mobil kurang dingin, Line?" tanyanya lembut, memperhatikan keringat yang membasahi dahi Gruzeline.

Gruzeline menatap Rafael, tatapannya terpaku pada bibir pria itu yang baru saja berucap. Jantungnya berdebar kencang, sebuah keinginan liar tiba-tiba membakar pikirannya. "Tidak, tidak… apa yang kau pikirkan, Gruzeline?" gumamnya dalam hati, menggeleng pelan untuk menepis godaan yang menggelitik. Rambutnya yang terurai sedikit menutupi wajahnya yang memerah.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Rafael lagi, kali ini dengan sengaja menyentuh kening Gruzeline. Sentuhan itu, sekilas saja, namun terasa seperti sengatan listrik yang mengalir di seluruh tubuh Gruzeline.

Gruzeline menggigit bibir bawahnya, menahan desiran
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • Little Secret    Chapter 21

    Sinar matahari siang menerobos celah-celah tipis gorden kamar hotel mewah Rafael, menciptakan pola-pola cahaya yang lembut di atas lantai berkarpet tebal. Di atas kasur berukuran king-size, dua insan—Rafael dan Gruzeline—berpelukan erat, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh mereka, kecuali selimut sutra tebal yang melilit tubuh mereka yang masih terjalin mesra.Gruzeline mulai menggeliat, merasakan sapuan nafas Rafael yang hangat dan lembut di tengkuknya. Sentuhan itu awalnya menenangkan, namun kemudian membuatnya sedikit tidak nyaman. Gruzeline meringis, merasakan perih yang menusuk di area kewanitaannya setiap kali ia bergerak. Kenangan kejadian semalam—kenangan yang penuh gairah dan intensitas—menyergapnya, membuat tubuhnya menegang."Kau sudah bangun?" Suara serak Rafael, yang terdengar seperti bisikan sensual, membuat Gruzeline tersentak. Ia merasakan pelukan Rafael semakin erat, membelenggu tubuhnya yang masih membeku.Rafael mengendus lembut tengkuk Gruzeline, mencium

  • Little Secret    Chapter 20

    Rafael baru saja menyelesaikan mandi air dinginnya, tubuhnya masih terasa dingin meskipun hawa panas masih terasa di kulitnya. Ia duduk di tepi ranjang, menunggu minuman yang dipesannya datang. Mungkin alkohol bisa sedikit meredakan rasa frustasi yang masih menggelayut di hatinya karena hasratnya yang tak tersalurkan. Rambutnya masih basah, tetesan air membasahi dada bidang yang hanya tertutup handuk putih tipis. Ketukan di pintu menginterupsi lamunannya. Ia mengira itu pelayan yang membawa minumannya. Namun, kejutan menyapa Rafael saat ia membuka pintu. Gruzeline berdiri di sana, mengenakan jubah tidur tebal berwarna pastel yang menutupi seluruh tubuhnya. Rambutnya terurai, menutupi sebagian wajahnya yang terlihat sedikit pucat. "Gruzeline, ada apa?" tanyanya, suaranya sedikit terkejut. Gruzeline terlihat gugup, tangannya memegang sebuah wadah berisi makanan ringan. "Aku tidak bisa tidur, dan… aku membutuhkan teman untuk berbincang," ucapnya, suaranya lirih dan malu-malu. Rafael

  • Little Secret    Chapter 19

    Gruzeline merasa panas sekali, tubuhnya basah kuyup oleh keringat. Udara pengap di dalam mobil mewah itu terasa semakin menyesakkan. Ia mengipas-ngipasi wajahnya dengan tangan gemetar, mencoba meredakan hawa panas yang membakar kulitnya. Rafael menoleh, alisnya bertaut bingung. "AC mobil kurang dingin, Line?" tanyanya lembut, memperhatikan keringat yang membasahi dahi Gruzeline.Gruzeline menatap Rafael, tatapannya terpaku pada bibir pria itu yang baru saja berucap. Jantungnya berdebar kencang, sebuah keinginan liar tiba-tiba membakar pikirannya. "Tidak, tidak… apa yang kau pikirkan, Gruzeline?" gumamnya dalam hati, menggeleng pelan untuk menepis godaan yang menggelitik. Rambutnya yang terurai sedikit menutupi wajahnya yang memerah."Kau tidak apa-apa?" tanya Rafael lagi, kali ini dengan sengaja menyentuh kening Gruzeline. Sentuhan itu, sekilas saja, namun terasa seperti sengatan listrik yang mengalir di seluruh tubuh Gruzeline.Gruzeline menggigit bibir bawahnya, menahan desiran

  • Little Secret    Chapter 18

    "Bagaimana kau bisa ada di dalam?" Dylan, teman Rafael, bertanya dengan nada heran, alisnya terangkat tinggi. Lampu disko yang berkedip-kedip memantul di mata Dylan, membuat wajahnya tampak setengah gelap setengah terang.Rafael, terengah-engah, meminta bantuan Dylan untuk keluar dari ruang rias Gruzeline. Ia terkurung di dalam lemari—tempat persembunyiannya—sejak Gruzeline pulang. Riella dan Madam May masih berada di dalam ruangan itu, jadi ia tak berani keluar. Beruntung, Dylan kebetulan ada di klub malam itu. Bau alkohol dan parfum wanita masih tercium kuat di udara."Tak perlu bertanya. Terima kasih atas bantuannya," ucap Rafael singkat, menghindari tatapan Dylan. Ia buru-buru meninggalkan klub malam yang ramai dan berisik itu, langkahnya tergesa-gesa menuju mansion-nya.Malam ini, Rafael menemukan sesuatu yang mengejutkannya, dan ia tak ingin menunda lebih lama lagi untuk bertindak. . . . Gruzeline sibuk membereskan barang-barangnya ke dalam koper kulit mewah. Ba

  • Little Secret    Chapter 17

    Seminggu berlalu secepat kilat. Gruzeline sudah nyaman di kantor Rafael di New York, dikelilingi teman-teman baru meskipun ia lebih suka menyendiri. Aroma tubuhnya yang selalu segar menjadi perbincangan. "Rahasianya apa, Lin? Sepanjang hari kerja, kamu selalu wangi!" tanya Sofia, rekan kerjanya, di sela-sela makan siang di kantin kantor. Gruzeline, yang biasanya makan siang di kafe Dyon, hari ini memilih kantin karena sudah terlalu banyak minum kopi.Gruzeline tersenyum tipis. "Mandi dan pakai parfum, dong," jawabnya santai.Sofia mengerutkan dahi, tak puas. "Aku serius, Lin!"Gruzeline, dengan tenang menyuapkan salad ke mulutnya, menjawab, "Aku juga serius."Rekan-rekan Gruzeline memang menyukainya. Selain harum, ia jauh lebih ramah daripada sekretaris Rafael sebelumnya. Suasana kantor pun terasa lebih ringan. Bau parfum Gruzeline yang lembut, seperti campuran bunga mawar dan sedikit vanilla, selalu memenuhi ruangan.Tiba-tiba, Timothy memanggil, "Gruzeline, tuan Rafael memanggilmu.

  • Little Secret    Chapter 16

    Gruzeline berdiri tegang di ruang tamu mansion Rafael, mengenakan setelan jas formal abu-abu yang tampak sedikit terlalu besar untuk tubuhnya. Jam tangannya menunjukkan pukul 07.30. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris Rafael, dan rasa gugup menggigitnya. Mengapa ia harus menunggu di sini? Mereka baru saja pulang dari gym satu jam yang lalu, dan Rafael masih belum siap. Aroma kopi yang baru diseduh masih menguar samar dari dapur, namun ketegangan di udara jauh lebih terasa.Canggung. Itulah kata yang tepat menggambarkan perasaan Gruzeline. Keheningan hanya diselingi oleh detak jam dinding antik yang berdentang nyaring. Ia melirik ke arah pintu kamar Rafael, berharap pria itu segera keluar.Tiba-tiba, pintu kamar mandi yang terletak di sudut ruang tamu terbuka. Rafael muncul, hanya berbalut handuk putih yang menempel basah di tubuh atletisnya. Air masih menetes dari rambutnya yang gelap. "Kamar mandi di kamarku sedang rusak," katanya tanpa basa-basi, seo

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status