Share

Chapter 3

Author: Pejuang Pena
last update Last Updated: 2025-02-27 19:53:26

Rafael memejamkan matanya saat menciumi bau yang masih tertinggal, pria itu kembali membuka matanya dan menoleh ke kebelakang, dimana wanita itu pergi. Sesuatu di dalam dirinya seolah dimanjakan hanya dengan bau wangi dari wanita itu.

"Hey, bung. Ada apa?" Tanya Timothy karena Rafael terus melamun.

Rafael menggeleng, " Ah, tidak." Jawab nya dengan dada yang berdebar kencang.

Pria itu menatap sesuatu di balik celana nya yang mulai menunjukkan tanda - tanda akan bangkit, saat wangi itu masih tertinggal, namun kini miliknya kembali tidur setelah wangi dari wanita itu ikut menghilang.

"Seperti perkataan ku tadi, ayo kita kembali mencoba nya. Aku memiliki rekomendasi klub malam dari teman ku, dan dia mengatakan di sana ada seorang striptis yang menari begitu menggoda." Bisik Timothy pada kalimat terakhir nya.

Rafael terdiam sejenak, dia kembali menatap sesuatu yang di apit kedua pahanya itu. Dia tak mungkin salah, milik nya tadi terasa merespon dengan wangi wanita, dan mungkin saja jika dia datang ke tempat yang di katakan oleh Timothy, milik nya akan kembali bangkit seperti dulu.

"Baiklah, kita pergi ke sana malam nanti." Jawab Rafael yang membuat Timothy bersorak senang.

. . .

Gruzeline membereskan barang - barang nya ke dalam tas, wanita itu juga sedikit memperbaiki riasan nya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah satu, dan dia harus segera pergi untuk menjemput Madam May.

"Dyon, aku pergi dulu. Bye." Wanita itu melambaikan tangan nya.

"Ya, hati - hatilah di jalan." Balas Dyon.

Gruzeline berlari kecil ke arah pintu, dia langsung menaiki mobilnya yang terparkir di depan kafe. Tanpa dia sadari, seseorang terus menatap kepergian nya hingga mobil yang membawa nya menghilang.

Karena jarak dari kafe ke rumah Madam May cukup dekat, tak membutuhkan waktu lama untuk nya sampai di depan rumah wanita paruh baya itu. "Hay, Mam." Gruzeline memeluk Madam May.

"Hallo, sayang." Begitu juga dengan Madam May yang mencium kedua pipi wanita itu.

"Mari menghabiskan uang bersama - sama." Seruan Gruzeline dengan semangat.

"Tentu." Sahut Madam May yang tak kalah bersemangat.

Mereka memasuki mobil dan mobil yang di tumpangi mereka langsung melaju membelah jalanan untuk mengantarkan mereka ke tempat perbelanjaan terbesar di kota mereka.

Berjam - jam waktu berlalu, mereka benar - benar menghabiskan waktu dan uang nya di tempat perbelanjaan itu. Kedua tangan Gruzeline dan Madam May penuh dengan tas - tas belanjaan yang mereka beli.

Entah itu baju, gaun, riasan, perhiasan, semua yang mereka beli khusus untuk perempuan tentu nya. Dan saat ini, mereka tengah melakukan makan malam di sebuah restoran setelah lelah berkeliling.

"Ah, rasanya akan sangat menyenangkan jika aku memiliki anak perempuan." Ucap Madam May.

"Tidak, tidak. Maksud ku, andai putri ku masih hidup dan tumbuh dewasa seperti mu, mungkin aku sangat bahagia." Ralat wanita paruh baya itu.

Gruzeline dapat melihat sorot mata sendu dari wanita paruh baya itu, dia meraih tangan Madam May dan menggenggam nya erat." Ada aku, anggap aku sebagai putri mu. Seperti aku yang menganggap mu sebagai Ibu ku," Ucap Gruzeline dengan lembut.

Madam May menatap Gruzeline dengan mata berkaca - kaca, " Hey, kau membuat ku menangis nona muda." Madam May terkekeh dan menyeka air mata nya yang mengalir.

Gruzeline ikut tertawa," Seperti itulah, aku tidak suka melihat kau bersedih. Itu membuat ku ikut bersedih. Kau boleh mengingat putri mu, tapi jangan menangis, itu hanya akan membuat nya merasa sedih di sana." Gruzeline semakin mengeratkan genggaman tangan nya.

"Ah, mengapa anak ku bukan kau saja, kenapa harus Dyon." Keluh Madam May dengan nada jenaka.

"Hahahah.. Jika bukan Dyon, mungkin aku tidak akan bertemu dengan mu,"

Madam May mengangguk - angguk. "Benar juga."

Mereka berhenti mengobrol saat makanan yang sudah mereka pesan sudah datang, kedua nya mulai makan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Itulah yang selalu mereka terapkan saat sedang makan, tidak berbicara hingga mereka selesai dengan makanan mereka masing - masing.

Setelah acara makan malam mereka berdua, kedua nya kini sudah berada dalam mobil yang akan membawa mereka ke klub malam. Ya, Gruzeline akan kembali bekerja dan juga Madam May yang memang harus mengawasi para pekerja nya.

"Gara - gara terlalu asik berbelanja, aku sampai telat untuk bekerja." Gumam Gruzeline.

Madam May menoleh, " Hey, tenang saja. Aku bos mu, aku tak akan memecat mu hanya karena terlambat datang."

"Ah, senang nya memiliki bos seperti mu," Gruzeline berseru.

. . .

Rafael dan juga Timothy sudah sampai di klub malam May's. Mereka masuk ke dalam klub malam yang belum terlalu ramai, karena malam memang belum terlalu larut. Wanita - wanita yang bisa menyambut tamu langsung mendekat dengan gerakan menggoda, mereka membelai dada mereka untuk menarik perhatian mereka untuk menggunakan jasa nya.

Timothy langsung menolak, dan mengatakan jika dia ingin wanita itu menunjukkan dimana ruangan tertunjukan striptis itu. "Ah, tapi sayang nya Line belum datang. Mungkin kalian ingin di puaskan oleh kita terlebih dahulu?" Ucap wanita itu yang mengajak mereka untuk duduk di sofa yang di sediakan.

"Tidak, kita akan pergi saja, dan lain kali akan kembali...."

"Ah, itu dia." Ucap wanita itu yang membuat teman wanita lainnya langsung membungkam mulut wanita itu.

Rafael dan Timothy bingung. " Ah, maksud nya, kalian bisa menunggu di ruangan, karena sebentar lagi dia akan datang." Ucap wanita satu nya.

Timothy merasa sedikit aneh dengan sikap mereka, " Baiklah, jika seperti itu. Bisa kah salah satu dari kalian mengantar kita berdua ke sana?"

Salah satu dari mereka langsung menarik tangan Timothy dan Rafael untuk di antarkan ke ruangan khusus itu. Meski mereka sudah sedikit menjauh, Rafael dapat mendengar salah satu wanita itu sedang memarahi wanita yang menggoda Timothy tadi.

" Kau ini, bagaimana jika Line kembali di culik. Kau ingin bertanggung jawab?!"

"Maafkan aku, aku lupa."

Rafael tak mengerti dengan apa yang mereka maksud, tapi yang dia dengar hanyalah kata culik.

"Silahkan tuan - tuan, kalian bisa menunggu disini." Ucap wanita yang mengantar kan Rafael dan Timothy.

"Terima kasih." Ucap Timothy yang di balas senyuman genit wanita itu.

Kedua nya masuk ke dalam ruangan itu, terlihat sudah banyak pria yang menunggu kedatangan Line di sana. Untung nya, masih tersisa kursi untuk kedua nya duduk untuk menyaksikan penampilan striptis andalan klub malam ini.

"Apakah mereka rela menunggu lama hanya untuk satu wanita?" Tanya Rafael yang merasa pria - pria itu hanya membuang - buang waktu saja.

"Setiap kesenangan seseorang itu berbeda." Bisik Timothy.

Tak lama, pintu kembali terbuka. Dan kini yang datang adalah seorang wanita yang menggunakan sebuah jubah dan di ikuti oleh beberapa bodyguard bertubuh besar.

"Hay semua nya, selamat malam. Apakah kalian menunggu lama?" Wanita itu menyapa para tamu yang sudah menunggu penampilan nya.

Seperti kebiasaan nya, Gruzeline selalu akan mendekati tamu - tamu hanya sekedar menggoda mereka untuk memberikan nya uang banyak sebelum tampil nanti. Dan kini, wanita itu berada tepat di depan Rafael. " Seperti nya, kalian adalah tamu baru. Selamat menikmati." Ucap nya membelai wajah Rafael dan juga Timothy.

Sedangkan Rafael, tubuh pria itu berubah tegang. Dia kembali mencium bau familiar dari wanita striptis itu. Tangan nya dengan cepat mencekal tangan Gruzeline yang akan pergi ke atas podium.

Gruzeline menoleh dengan senyum menggoda nya, " Bersabar lah tuan, aku belum memulai nya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Little Secret    Chapter 42

    Gruzeline berlari tergesa-gesa memasuki kediaman Marvel yang megah, napasnya tersengal-sengal. Ia menghampiri pria itu yang berdiri tak jauh dari pintu masuk, wajahnya tampak khawatir dan panik. "Marvel, aku ingin berlibur ke negara M! Bisakah kau siapkan pesawat pribadi untukku sekarang juga?" ucap Gruzeline dengan nada tergesa-gesa, seolah tengah dikejar oleh sesuatu yang menakutkan. Marvel menatap Gruzeline dengan bingung, alisnya bertaut heran. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa kau begitu terburu-buru?" Marvel mengamati penampilan keponakannya itu dari atas hingga bawah. Piyama sutra yang dikenakannya tampak kusut dan tidak beraturan, rambutnya berantakan, dan yang lebih aneh lagi, Gruzeline keluar rumah tanpa alas kaki. "Marvel, aku..." Ucapan Gruzeline terhenti saat ekor matanya menangkap pergerakan di sudut ruangan. Instingnya berteriak, ada sesuatu yang salah di sini. Dengan ragu, wanita itu menoleh dan seketika wajahnya memucat pasi. Jantungnya berdegup kencang, darahnya tera

  • Little Secret    Chapter 41

    Melihat nona muda mereka berlari panik ke arah gerbang, sambil berteriak meminta untuk segera dibuka, para penjaga tanpa ragu langsung membuka gerbang besi itu. Gruzeline melesat melewati gerbang, namun hatinya masih berdegup kencang saat melihat Rafael dan yang lainnya masih mengejar dengan napas terengah-engah.Dengan langkah tergesa, wanita itu berlari menuju kediamannya, langsung menuju garasi, dan melompat masuk ke dalam mobil mewahnya. Mesin mobil meraung saat ia memacu kendaraannya keluar dari kediamannya, tepat ketika Rafael dan yang lainnya baru saja memasuki gerbang, wajah mereka merah padam karena bingung dan kelelahan."Ah... akhirnya aku bisa lolos," gumamnya lega, menyeka keringat dingin di dahinya.Telapak kakinya terasa perih dan panas akibat berlari tanpa alas kaki di atas aspal yang kasar. Piyama sutranya sudah kusut dan tidak beraturan, basah oleh keringat yang membasahi tubuhnya. Rambutnya yang panjang dan hitam berantakan menempel di wajahnya. "Bagaimana bisa Rafa

  • Little Secret    Chapter 40

    Timothy mengangguk, sedikit bingung dengan nada bicara Gruzeline. "Ya, aku anak tunggal. Tentu saja datang sendiri," jawab Timothy, tidak mengerti arah pembicaraan adik tirinya itu."Bukan itu maksudku!" Geram Gruzeline, wajahnya memerah karena kesal. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun urung karena panggilan tiba-tiba dari kakek mereka, Tuan Besar Scott."Gruzeline, Timothy. Ayo duduk," pinta pria itu, mengisyaratkan kedua cucunya untuk bergabung di meja makan. Suasana sarapan yang tadinya tenang, kini terasa sedikit tegang.Di kediaman Marvel, pagi-pagi sekali rumah itu sudah ramai dengan kedatangan tamu. Untung saja Marvel belum berangkat ke kantor. "Kak Sabrina?" Ucap Marvel, terkejut melihat siapa tamunya. Ia segera menghampiri wanita itu."Marvel," sahut Sabrina, suaranya bergetar. Wanita itu menghambur memeluk Marvel, pria yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Pelukan itu sarat akan kerinduan dan kesedihan."Kau benar-benar sudah sangat dewasa. Terakhir aku melihatmu, saa

  • Little Secret    Chapter 39

    Gerbang megah keluarga Scott sudah terbuka lebar saat Gruzeline tiba, hanya mengenakan piyama tidur. Sapaan hangat dari pengawal yang berjaga menyambutnya di gerbang kediaman. Sinar mentari pagi yang hangat menyentuh kulitnya, memberikan kehangatan yang nyaman."Nona, mengapa tidak menggunakan mobil?" tanya seorang pengawal. Usianya tampak senja, namun postur tubuhnya tetap tegap dan sehat, mencerminkan dedikasinya selama bertahun-tahun.Gruzeline tersenyum, menunjuk ke arah rumahnya yang tampak jelas dari tempatnya berdiri. "Dari rumahku ke sini hanya beberapa langkah kaki. Pakai mobil? Terlalu berlebihan."Pengawal itu tersenyum mendengar jawaban putri bungsu keluarga Scott. Memang benar, kediaman yang dibangun khusus untuk Ibu Gruzeline terletak tak jauh dari kediaman utama keluarga Scott. "Silakan masuk, Nona. Tuan Besar dan ayah Anda sudah menunggu di dalam."Gruzeline mengangguk, lalu mulai menyusuri halaman luas kediaman Scott menuju pintu utama. Langkahnya ringan, namun matany

  • Little Secret    Chapter 38

    Marvel menoleh pada keponakannya dengan ekspresi serius yang dibuat-buat, "Jika pria itu kaya, maka aku akan memberikan restuku."Ekspresi Gruzeline yang tadinya serius langsung berubah datar mendengar jawaban Marvel. "Aku sedang membicarakan hal yang serius, bisakah kau juga menjawabnya dengan serius?!" ucap Gruzeline dengan nada kesal.Mata Marvel menyipit, menatap Gruzeline dengan tatapan menyelidik. "Apakah kau kembali karena melarikan diri dari seseorang?" tebak Marvel.Gruzeline menghela napas panjang, "Apakah aku terlihat seperti itu?" tanya wanita itu, mencoba mengelak.Marvel mengangguk yakin, "Tentu saja. Saat kau baru tiba, aku sudah bisa melihat raut frustrasi di wajahmu. Mustahil kau akan pulang jika tidak ada masalah di tempat tinggalmu saat ini, bukan?" Lagi-lagi tebakan Marvel tepat sasaran.Gruzeline hanya terdiam, percuma saja mengelak karena Marvel pasti akan tetap mengetahuinya. Saat ini, ia hanya membutuhkan Marvel untuk melindunginya, jika memang dugaannya benar.

  • Little Secret     Chapter 37

    "Ya, Tuan," Timothy mengamati sekeliling ruangan Rafael dengan nanar. Pemandangan yang menyambutnya adalah kekacauan total. Pecahan kaca berkilauan di lantai, sobekan kain melapisi sofa yang kehilangan bentuknya, dan buku-buku berserakan seperti korban perang. Hanya meja kerja Rafael yang kokoh dan lemari besar di sudut ruangan yang tampak selamat dari amukan tersebut.{"Apakah ini cinta, ataukah obsesi yang sudah melewati batas?"} Timothy membatin, rasa kasihan tiba-tiba menyelinap dalam hatinya. {" Jika Gruzeline benar-benar harus menikah dengan Rafael, mampukah wanita itu bertahan?"} Kemarahan Rafael memang mengerikan, sebuah kekuatan destruktif yang mampu menghancurkan benda apa pun di jalurnya, bahkan mungkin melukai seseorang. Timothy ingat, Rafael pernah beberapa kali mengunjungi psikolog atas saran orang tuanya. Namun, setiap diagnosis selalu sama. Rafael secara mental sehat, tidak ada gangguan kejiwaan yang bisa menjelaskan emosinya yang meledak-ledak dan berbahaya itu."Sia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status