Share

Chapter 4

Penulis: Pejuang Pena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 03:17:28

Gruzeline mengedipkan sebelah mata nya, dia melepaskan tangan Rafael dan pergi ke atas podium. Jantung Rafael seketika berdebar dengan kencang, pria itu benar - benar merasa sesuatu di bawah sana bereaksi kembali hanya dengan kedipan manja dari dari wanita itu.

Musik mulai mengalun, dan Rafael kembali tersadar dari lamunan nya. Dia langsung menatap ke arah atas podium, dimana wanita itu tengah meliuk - liuk dengan sangat menggoda. Rafael semakin merasa sesak di celana nya, pria itu menatap ke arah celana nya yang sudah menggembung.

"Tim." Panggil Rafael pelan, dia tak percaya dengan apa yang dia lihat. Maka dari itu, Rafael meminta Timothy untuk meyakinkan diri nya.

Timothy langsung menoleh saat dia di panggil oleh Rafael, " Ada apa?" Tanya nya yang belum menyadari tatapan Rafael.

Namun karena Rafael tak menggubris nya, dan terus menatap ke arah sensitif milik nya, mau tak mau Timothy mengikuti arah pandang pria itu. Dia cukup terkejut saat dia juga melihat gembungan di celana Rafael. " Benarkah?" Ucap nya dengan terbatas - bata.

Rafael menatap Timothy yang sama tak percaya nya dengan nya, "Aku, aku tidak tahu." Ucap Rafael.

Tiba - tiba Timothy berdiri, dia memanggil seorang wanita yang siap melayani pungunjung yang tengah menyaksikan pertunjukan Gruzeline. " Bisa kah kau memuaskan teman ku?" Ucap pria itu pada wanita yang di panggil nya.

Rafael berharap yang sama seperti Timothy, pria itu ingin memastikan nya dengan meminta wanita itu untuk memuaskan nya. Tentu saja dengan senang hati wanita itu menyanggupi nya, wanita itu langsung duduk di atas pangkuan Rafael yang sudah siap menerima servis wanita itu.

Akan tetapi, setelah beberapa waktu berlalu, wanita yang sudah siap bercinta itu di hentikan oleh Rafael. Wajah penuh semangat Rafael berubah datar, dan membuat Timothy yang ada di samping nya ikut penasaran.

"Terima kasih, kau boleh pergi."

"Tapi, tuan. Aku belum melakukan nya.."

"Tidak masalah, aku akan tetap membayar mu penuh." Tolak Rafael saat wanita itu kembali akan menggenggam milik nya yang sudah kembali tertidur.

Wanita itu mau tak mau pergi dengan kekecewaan, dia bahkan berulang kali menoleh pada Rafael, berharap pria tampan itu akan kembali memanggil nya untuk memuaskan nya.

Rafael mendesah kecewa, pria itu benar - benar gila saat ini, hanya karena ingin menyatakan jika dirinya sudah pulih dari sakit nya, dia bahkan tidak memperdulikan tempat saat dia ingin melakukan nya.

Timothy di samping nya bersama dengan wanita yang tengah naik turun di atas nya itu meminta untuk wanita itu berhenti, " Terima kasih, kau bisa pergi sekarang." Ucap nya, dan kembali membenarkan pakaian nya.

Dia menoleh ke arah Rafael yang memejamkan mata, " Apakah tidak bisa?" Tanya nya ragu.

Rafael menggeleng, dia kembali menatap ke atas podium dan meliha kembali pada Gruzeline yang tengah meliuk - liukkan tubuh nya dengan sangat menggoda, dan lagi - lagi, dia merasakan miliknya kembali bangkit.

"Seperti nya, aku hanya bereaksi pada nya." Gumam Rafael dengan tatapan masih tertuju pada Gruzeline.

Timothy mengikuti arah tatap Rafael, dan dia menyadari jika milik teman nya itu hanya bereaksi pada satu wanita saja.

. . .

Gruzeline keluar dari ruangan itu, dan membiarkan para pria di puaskan oleh rekan - rekan nya, wanita itu berjalan dengan kedua bodyguard yang senantiasa menjaga nya. " Terima kasih untuk hari ini, kalian selalu bisa di andalkan." Ucap nya pada kedua bodyguard itu sebelum dia masuk ke dalam ruangan Madam May, untuk berganti pakaian di sana.

Mendengar ucapan terima kasih dari Gruzeline, mereka sudah terbiasa. Dan hanya wanita itu yang selalu mengatakan nya, dan karena itulah, mereka tidak akan pernah meminta bayaran atau merendahkan wanita itu, karena dia yang memperlakukan mereka dengan baik. " Sama - sama, selamat beristirahat, dan berhati - hatilah di jalan."

Gruzeline tersenyum dan masuk ke dalam ruangan, wanita itu merasakan tubuh nya yang lelah, juga matanya yang sedikit berat saat ini. " Dimana dia? Biasanya dia selalu ada di sini untuk menghitung uang bersama dengan ku. " Gumam Gruzeline saat dia tak melihat keberadaan Madam May di ruangan itu.

Tak lama, tangan kanan Madam May, Risella masuk setelah mendapatkan izin dari Gruzeline. " Maaf Line, Madam sudah pulang terlebih dahulu. Dia mengatakan ada hal mendadak yang harus dia lakukan," Ucap Risella, yang menyampaikan permintaan maaf Madam May.

"Tidak masalah, terima kasih sudah memberitahu ku, Kak Risella."

Risella membantu Gruzeline untuk menghapus make up wanita itu, juga menyiapkan pakaian ganti untuk Gruzeline. " Apakah kamu mengantuk?" Tanya Risella, saat dia melihat Gruzeline berulah kali hampir terantuk meja karena tak sengaja terpejam.

Gruzeline langsung sadar, dia berusaha membuka lebar - lebar mata nya. " Hah? Ah, tidak. Aku tidak mengantuk, aku bisa menahan nya sampai rumah nanti." Jawab Gruzeline, meski dia sendiri ragu. Setelah selesai, Gruzeline keluar dari ruangan untuk segera pulang.

"Apakah kau yakin bisa pulang sendiri? Jika tidak, aku akan meminta Marko untuk mengantar mu." Risella menatap khawatir pada Gruzeline, karena wanita itu benar - benar terlihat mengantuk. Dan ya, jam kerja Gruzeline bertambah selama beberapa jam karena keterlambatan nya, juga dia merasa lelah karena setelah belanja seharian bersama dengan Madam May, wanita itu harus langsung bekerja tanpa beristirahat.

Gruzeline menggeleng, " Aku tidak apa - apa, aku pulang dulu, bye.." Gruzeline melambaikan tangan nya, dia berjalan menuruni tangga.

Di lantai bawah, Rafael juga Timothy langsung keluar setelah Gruzeline selesai menari, mereka keluar karena tidak ada lagi hiburan di dalam sana, selain melihat orang - orang bercinta gila - gilaan di dalam ruangan itu.

Rafael menenggak minuman nya sekaligus, pria itu ingin menghilang kan rasa pusing nya karena hasrat nya yang tak tersalurkan. " Rafael, berhenti lah. Besok pagi, kau ada pertemuan dengan pemimpin perusahaan Klave." Timothy berusaha menghentikan Rafael yang akan kembali menuangkan minuman ke dalam gelas nya.

"Diamlah, aku benar - benar butuh ketenangan saat ini." Rafael menyingkirkan tangan Timothy yang berusaha menahan nya.

"Terserah kau sajalah, aku tidak mau bertanggung jawab saat kau tak bisa hadir di rapat penting besok." Timothy menyerah, bukan tanpa alasan dia melakukan nya, dia sangat mengenal Rafael, dan dia tahu, saat ini pria itu benar - benar tersiksa.

Saat Rafael akan menenggak minuman nya, tanpa sengaja matanya melihat wanita yang tak asing bagi nya, pria itu terus menatap nya hingga wanita itu menghilang di balik pintu keluar klub malam.

Rafael langsung menaruh gelas nya dengan kasar, dia tiba - tiba bangkit dan berjalan menjauh, meninggal kan Timothy yang bingung akan tingkah nya. " Hey, kau mau kemana?!" Teriak

Timothy.

Karena tak ingin terjadi apa - apa pada teman nya itu, Timothy mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar mimuman mereka dan pergi menyusul Rafael. Sedangkan Rafael, pria itu mengikuti Gruzeline yang keluar dari dalam klub untuk pulang. Dia bahkan mengikuti nya sampai Gruzeline pergi dengan mobilnya, meninggalkan parkiran klub malam.

"Hey, bung, ada apa dengan mu? Kau tiba - tiba saja berlari, lalu melamun di tengah jalan seperti ini?!" Timothy menyadarkan Rafael dari lamunan nya, dan membuat pria itu menoleh.

"Tidak, seperti nya aku bereaksi pada dua wanita." Ucap Rafael ambigu.

Timothy menatap aneh pada Rafael, " Kau mabuk?" Tebak nya, namun tak ada jawaban dari Rafael, pria itu diam dengan tatapan terus menatap jalan.

Pada akhirnya, Timothy membawa Rafael pulang ke apartemen pria itu," Sebenarnya ada apa dengan mu? Kau tiba - tiba saja berlari keluar, dan melamun di tengah jalan? Apakah kau sudah gila karena hasrat mu yang tak terpuas kan?" Oceh Timothy sambil menyetir mobil.

Sedangkan Rafael, pria itu menatap jalanan sepi dengan tatapan kosong. Timothy menoleh, dia menghela nafas saat lagi - lagi dia melihat Rafael seperti orang yang tengah dalam gangguan depresi.

" Berhenti!! "

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Little Secret    Chapter 42

    Gruzeline berlari tergesa-gesa memasuki kediaman Marvel yang megah, napasnya tersengal-sengal. Ia menghampiri pria itu yang berdiri tak jauh dari pintu masuk, wajahnya tampak khawatir dan panik. "Marvel, aku ingin berlibur ke negara M! Bisakah kau siapkan pesawat pribadi untukku sekarang juga?" ucap Gruzeline dengan nada tergesa-gesa, seolah tengah dikejar oleh sesuatu yang menakutkan. Marvel menatap Gruzeline dengan bingung, alisnya bertaut heran. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa kau begitu terburu-buru?" Marvel mengamati penampilan keponakannya itu dari atas hingga bawah. Piyama sutra yang dikenakannya tampak kusut dan tidak beraturan, rambutnya berantakan, dan yang lebih aneh lagi, Gruzeline keluar rumah tanpa alas kaki. "Marvel, aku..." Ucapan Gruzeline terhenti saat ekor matanya menangkap pergerakan di sudut ruangan. Instingnya berteriak, ada sesuatu yang salah di sini. Dengan ragu, wanita itu menoleh dan seketika wajahnya memucat pasi. Jantungnya berdegup kencang, darahnya tera

  • Little Secret    Chapter 41

    Melihat nona muda mereka berlari panik ke arah gerbang, sambil berteriak meminta untuk segera dibuka, para penjaga tanpa ragu langsung membuka gerbang besi itu. Gruzeline melesat melewati gerbang, namun hatinya masih berdegup kencang saat melihat Rafael dan yang lainnya masih mengejar dengan napas terengah-engah.Dengan langkah tergesa, wanita itu berlari menuju kediamannya, langsung menuju garasi, dan melompat masuk ke dalam mobil mewahnya. Mesin mobil meraung saat ia memacu kendaraannya keluar dari kediamannya, tepat ketika Rafael dan yang lainnya baru saja memasuki gerbang, wajah mereka merah padam karena bingung dan kelelahan."Ah... akhirnya aku bisa lolos," gumamnya lega, menyeka keringat dingin di dahinya.Telapak kakinya terasa perih dan panas akibat berlari tanpa alas kaki di atas aspal yang kasar. Piyama sutranya sudah kusut dan tidak beraturan, basah oleh keringat yang membasahi tubuhnya. Rambutnya yang panjang dan hitam berantakan menempel di wajahnya. "Bagaimana bisa Rafa

  • Little Secret    Chapter 40

    Timothy mengangguk, sedikit bingung dengan nada bicara Gruzeline. "Ya, aku anak tunggal. Tentu saja datang sendiri," jawab Timothy, tidak mengerti arah pembicaraan adik tirinya itu."Bukan itu maksudku!" Geram Gruzeline, wajahnya memerah karena kesal. Ia ingin mengatakan sesuatu, namun urung karena panggilan tiba-tiba dari kakek mereka, Tuan Besar Scott."Gruzeline, Timothy. Ayo duduk," pinta pria itu, mengisyaratkan kedua cucunya untuk bergabung di meja makan. Suasana sarapan yang tadinya tenang, kini terasa sedikit tegang.Di kediaman Marvel, pagi-pagi sekali rumah itu sudah ramai dengan kedatangan tamu. Untung saja Marvel belum berangkat ke kantor. "Kak Sabrina?" Ucap Marvel, terkejut melihat siapa tamunya. Ia segera menghampiri wanita itu."Marvel," sahut Sabrina, suaranya bergetar. Wanita itu menghambur memeluk Marvel, pria yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Pelukan itu sarat akan kerinduan dan kesedihan."Kau benar-benar sudah sangat dewasa. Terakhir aku melihatmu, saa

  • Little Secret    Chapter 39

    Gerbang megah keluarga Scott sudah terbuka lebar saat Gruzeline tiba, hanya mengenakan piyama tidur. Sapaan hangat dari pengawal yang berjaga menyambutnya di gerbang kediaman. Sinar mentari pagi yang hangat menyentuh kulitnya, memberikan kehangatan yang nyaman."Nona, mengapa tidak menggunakan mobil?" tanya seorang pengawal. Usianya tampak senja, namun postur tubuhnya tetap tegap dan sehat, mencerminkan dedikasinya selama bertahun-tahun.Gruzeline tersenyum, menunjuk ke arah rumahnya yang tampak jelas dari tempatnya berdiri. "Dari rumahku ke sini hanya beberapa langkah kaki. Pakai mobil? Terlalu berlebihan."Pengawal itu tersenyum mendengar jawaban putri bungsu keluarga Scott. Memang benar, kediaman yang dibangun khusus untuk Ibu Gruzeline terletak tak jauh dari kediaman utama keluarga Scott. "Silakan masuk, Nona. Tuan Besar dan ayah Anda sudah menunggu di dalam."Gruzeline mengangguk, lalu mulai menyusuri halaman luas kediaman Scott menuju pintu utama. Langkahnya ringan, namun matany

  • Little Secret    Chapter 38

    Marvel menoleh pada keponakannya dengan ekspresi serius yang dibuat-buat, "Jika pria itu kaya, maka aku akan memberikan restuku."Ekspresi Gruzeline yang tadinya serius langsung berubah datar mendengar jawaban Marvel. "Aku sedang membicarakan hal yang serius, bisakah kau juga menjawabnya dengan serius?!" ucap Gruzeline dengan nada kesal.Mata Marvel menyipit, menatap Gruzeline dengan tatapan menyelidik. "Apakah kau kembali karena melarikan diri dari seseorang?" tebak Marvel.Gruzeline menghela napas panjang, "Apakah aku terlihat seperti itu?" tanya wanita itu, mencoba mengelak.Marvel mengangguk yakin, "Tentu saja. Saat kau baru tiba, aku sudah bisa melihat raut frustrasi di wajahmu. Mustahil kau akan pulang jika tidak ada masalah di tempat tinggalmu saat ini, bukan?" Lagi-lagi tebakan Marvel tepat sasaran.Gruzeline hanya terdiam, percuma saja mengelak karena Marvel pasti akan tetap mengetahuinya. Saat ini, ia hanya membutuhkan Marvel untuk melindunginya, jika memang dugaannya benar.

  • Little Secret     Chapter 37

    "Ya, Tuan," Timothy mengamati sekeliling ruangan Rafael dengan nanar. Pemandangan yang menyambutnya adalah kekacauan total. Pecahan kaca berkilauan di lantai, sobekan kain melapisi sofa yang kehilangan bentuknya, dan buku-buku berserakan seperti korban perang. Hanya meja kerja Rafael yang kokoh dan lemari besar di sudut ruangan yang tampak selamat dari amukan tersebut.{"Apakah ini cinta, ataukah obsesi yang sudah melewati batas?"} Timothy membatin, rasa kasihan tiba-tiba menyelinap dalam hatinya. {" Jika Gruzeline benar-benar harus menikah dengan Rafael, mampukah wanita itu bertahan?"} Kemarahan Rafael memang mengerikan, sebuah kekuatan destruktif yang mampu menghancurkan benda apa pun di jalurnya, bahkan mungkin melukai seseorang. Timothy ingat, Rafael pernah beberapa kali mengunjungi psikolog atas saran orang tuanya. Namun, setiap diagnosis selalu sama. Rafael secara mental sehat, tidak ada gangguan kejiwaan yang bisa menjelaskan emosinya yang meledak-ledak dan berbahaya itu."Sia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status